Kamis, 01 April 2010

Memahami Arti Kematian



Posting ini adalah lanjutan posting sebelumnya (Bertanya Hidup kepada Mati). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik, sebaiknya bacalah posting sebelumnya terlebih dulu.

***

Di dalam posting sebelumnya, saya menawarkan untuk melihat kematian dari sudut pandang yang lebih baik dan perspektif yang lebih objektif—yakni sudut pandang kematian. Tetapi, karena kita belum mati, maka tentunya kita tidak bisa menilai sesuatu dari sudut pandang itu. Nah, sebagai upaya untuk menuju ke sana, mari kita bertanya dulu apa sebenarnya hakikat kematian...?

Ketika seseorang disebut “mati”—apakah sebenarnya yang “mati” itu? Manusia tidak hidup dengan menggunakan fisik atau jasadnya semata-mata—manusia juga memiliki jiwa di samping jasad atau raganya. Ketika seorang manusia mati, apakah jiwa-raganya menjemput kematian—ataukah hanya fisik atau raganya saja yang mati? Sepertinya kita bisa bersepakat bahwa ketika kematian datang menjemput, maka yang mati dalam diri manusia hanyalah fisiknya, raganya, jasadnya. Sementara jiwanya tak pernah mati.

Bahkan fisik atau jasad yang mati itu pun, sesungguhnya tidak bisa dikatakan seratus persen mati, karena fisik yang mati itu kemudian menciptakan kehidupan baru bagi makhluk lain yang memanfaatkannya—dan sel-sel dari fisik atau jasad yang telah mati itu kemudian hidup pada makhluk hidup lain.

Sekarang tinggalkan jasad atau fisik, dan mari kita lihat jiwa kita. Ketika kita mati, ketika napas berhenti dari jasad kita, maka fisik kita pun akan dianggap mati. Tetapi jiwa kita...? Kemana jiwa itu pergi ketika jasad yang semula dihuninya telah mati dan tak dapat digunakannya lagi? Saya tidak percaya bahwa kematian manusia adalah kematian jiwanya pula. Dan kita pun sepertinya sama-sama percaya bahwa kemanusiaan kita sungguh tak ada nilainya jika tak dilengkapi dengan jiwa.

Jadi, apa sebenarnya yang disebut “kita” itu? Apa hakikat manusia sesungguhnya? Fisiknya? Atau jiwanya...? Dalam opsi yang lebih baik tentunya kita akan memilih bahwa manusia adalah fisik sekaligus jiwa. Tetapi jika opsinya adalah pilihan antara fisik dan jiwa, apakah hakikat manusia itu? Tentunya kita akan memilih jiwa—karena manusia tak lagi memiliki nilai jika tidak memiliki jiwa. Tanpa jiwa, manusia hanyalah robot setengah pintar yang dapat berpikir. Tanpa jiwa, manusia hanyalah sekerat daging yang dapat berubah menjadi bangkai saat mati.

Jadi, untuk dapat memahami kematian dengan baik, maka kita harus meletakkan sudut pandang kematian itu secara baik terlebih dulu—dan saya percaya bahwa manusia yang mati hanyalah mati fisiknya atau jasadnya, tetapi tidak dengan jiwanya. Fakta bahwa kita meyakini adanya alam lain setelah kematian dengan jelas menunjukkan bahwa kita juga percaya keabadian jiwa. Jika manusia disebut sebagai makhluk fana, maka sesungguhnya yang fana hanyalah jasad atau fisiknya, tetapi tidak dengan jiwanya. Jiwa memiliki tempat tersendiri, alam tersendiri, dan...jiwa tak pernah mati.

Sampai di sini, tidakkah sekarang kita melihat dan menemukan sebuah perspektif yang baru...? Kita tidak mati saat kematian datang menjemput—kita hanya meninggalkan jasad yang telah kita huni selama beberapa waktu untuk kemudian hidup secara bebas di alam yang lebih luas—sebebas dan seluas jiwa kita. Fisik kita amat terbatas—jasad kita adalah pembatas, dan selama beberapa waktu fisik yang amat terbatas itu mengurung jiwa kita di dalamnya. Sebegitu lamanya dan sebegitu kuatnya jasad itu mengurung jiwa kita, sampai-sampai kita meyakini dengan sepenuh hati bahwa jasad itulah diri kita seutuhnya, bahwa fisik itulah diri kita sesungguhnya.

Ketika kematian datang menjemput, ketika napas berhenti berhembus, sesungguhnya kita tidak mati. Kita hanya melepaskan penjara yang selama ini telah mengurung jiwa kita. Dan jika ada sesuatu yang dapat melepaskan diri kita dari penjara yang telah mengurung dan membelenggu, mengapa kita malah ketakutan terhadapnya...?

Kematian hanyalah pintu yang terbuka—tempat jiwa kita keluar dari penjara sempit untuk kemudian terbang ke alamnya yang luas tak berbatas.


 
;