Sabtu, 12 Juni 2010

Mengonsumsi Kekacauan (3)

Posting ini lanjutan post sebelumnya. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik, sebaiknya bacalah post sebelumnya terlebih dulu.

***

Sekarang, apa sebenarnya yang dikandung oleh susu? Susu yang dikonsumsi oleh manusia dihasilkan oleh binatang, biasanya sapi. Nah, setiap binatang memiliki susu dengan keseimbangan unsur yang sesuai untuk binatang itu sendiri, namun belum tentu sesuai untuk manusia.

Ada banyak masalah yang dapat ditimbulkan dari meminum susu binatang (dalam hal ini sapi). Hormon pertumbuhan yang kuat dalam susu sapi dirancang untuk meningkatkan berat sembilan puluh pon anak sapi saat lahir, menjadi ribuan pon ketika fisiknya telah matang dua tahun kemudian. Sebagai perbandingan, bayi manusia lahir dengan berat sekitar enam sampai delapan pon, dan mencapai kematangan fisik dua puluh satu tahun kemudian dengan berat seratus sampai dua ratus pon.

Dr. William Ellis, seorang pakar yang menulis cukup banyak buku dan laporan tentang susu, menyatakan, “Kalau Anda ingin menderita alergi, minumlah susu. Kalau Anda ingin sistem tubuh Anda terhambat, minumlah susu.”

Alasannya, menurut Dr. Ellis, karena hanya sedikit orang dewasa yang mampu memetabolisme dengan baik protein dalam susu sapi. Protein utama dalam susu sapi adalah casein—suatu zat yang dibutuhkan oleh metabolisme sapi agar tetap sehat. Namun, casein bukanlah zat yang dibutuhkan oleh manusia. Menurut penelitiannya, bayi atau orang dewasa sulit sekali untuk dapat mencerna casein—biasanya mereka hanya mampu mencerna sampai 50 persennya saja.

Nah, unsur protein (dalam hal ini casein) yang hanya setengah tercerna itu sering kali masuk ke dalam darah, dan mempengaruhi jaringan tubuh—hingga menyebabkan alergi. Itu belum cukup. Protein yang setengah tercerna itu juga memberatkan kerja hati (limpa) di dalam tubuh kita, karena hati harus bekerja keras membuang semua protein sapi yang setengah tercerna tersebut, dan pada gilirannya itu menimbulkan beban bagi seluruh sistem pembuangan dalam tubuh manusia.

Lalu bagaimana dengan ASI (air susu ibu)? Kalau protein utama dalam susu sapi adalah casein, maka protein utama dalam ASI adalah lactalbumin—suatu zat protein yang sangat mudah dicerna oleh manusia.

Sekarang, produk susu binatang yang selama ini dikampanyekan secara besar-besaran di berbagai iklan itu menyebutkan kalau susu (binatang, sapi) kaya protein. Benarkah itu? Semua ahli telah bersepakat bahwa susu terbaik di dunia adalah ASI. Nah, berapakah kira-kira kandungan protein dalam ASI? 50 persen? Terlalu banyak! 30 persen? Masih terlalu banyak! 10 persen? Tidak, di dalam ASI hanya terdapat 2,38 persen protein!

Jika ASI yang dianggap sebagai susu terbaik di dunia saja hanya mengandung 2,38 persen protein, maka tentunya susu binatang memiliki jumlah protein yang jauh lebih sedikit dari ASI. Jadi siapa yang menyatakan bahwa susu binatang itu kaya protein?

Iklan-iklan yang biasa kita lihat di televisi menyangkut susu juga mengatakan bahwa susu mengandung kalsium yang sangat bagus untuk tubuh. Tapi apakah benar begitu? Sekarang mari kita buka hasil penelitian Dr. William Ellis.

Dr. Ellis telah melakukan penelitian terhadap 25.000 (dua puluh lima ribu) orang, dan ia menemukan bahwa mereka yang meminum tiga, empat, atau lima gelas susu per hari memiliki kadar kalsium darah paling rendah!

Lebih dari itu, apakah kita sebenarnya memang membutuhkan banyak kalsium? Kalau menyaksikan iklan-iklan susu di televisi, kita seperti diberitahu bahwa kalsium adalah sesuatu yang maha penting bagi tubuh. Tapi apakah memang benar begitu? Hasil penelitian para pakar yang bertanggung jawab menyebutkan bahwa apabila kadar kalsium berlebih dalam tubuh, maka ia akan tertimbun dalam ginjal, dan membentuk batu ginjal. Secara normal, tubuh kita membuang 80 persen kalsium yang kita konsumsi untuk menjaga kepekatan darah dalam tubuh.

Apabila kita memang membutuhkan kalsium, maka kita bisa memperolehnya dari sayuran hijau, mentega dari bijan, atau kelapa—semuanya itu kaya akan kalsium dan mudah dicerna, sekaligus mudah digunakan dalam tubuh. Tumbuhan lobak, misalnya, juga mengandung kalsium yang lebih bagus dua kali lipat dibanding susu. Namun yang jelas, orang yang membutuhkan terlalu banyak kalsium—menurut penelitian para pakar—tidak bisa dibenarkan.

Kemudian, apa dampak susu yang ditimbulkan pada tubuh orang yang mengkonsumsinya? Susu yang masuk ke dalam tubuh akan mengakibatkan penyumbatan, penggumpalan otot yang mengeras, dan menyumbat serta mengikat semua kandungan susu itu dalam usus halus—yang pada gilirannya akan menyulitkan kinerja tubuh.

Sementara Louis L. Hay, dalam buku Reflections on Your Journey, menyebutkan bahwa susu yang dikonsumsi oleh kebanyakan manusia pada zaman inilah yang telah menimbulkan begitu banyak kanker payudara dan kanker-kanker lainnya, serta penyakit jantung. Perlu saya katakan di sini bahwa Louis L. Hay adalah wanita yang buku-buku karyanya menjadi bacaan wajib bagi para wanita cerdas di berbagai belahan dunia, dan ia juga pernah menjadi salah satu pasien kanker rahim karena ketidaktahuannya dulu terhadap efek negatif yang ditimbulkan oleh susu.

Lalu bagaimana dengan keju? Ini hanyalah susu pekat. Jangan lupa, dibutuhkan empat sampai lima quart (1 quart = 1,3 liter) susu untuk membuat satu pon keju. Kandungan lemaknya sudah cukup untuk membuat kita sebaiknya menjauhinya.

Sampai di sini, saya ingin menegaskan bahwa saya tidak bermaksud mendiskreditkan para peternak sapi atau pedagang susu. Mereka adalah orang-orang baik yang mencari nafkah dengan cara yang halal. Yang ingin saya tekankan di sini hanyalah bahwa apa yang kita yakini sebagai kebenaran bisa saja merupakan hasil kebohongan, apa yang kita percayai sebagai manfaat bisa saja ternyata bencana.

Di dalam hidup, kita menjadi makhluk yang mengkonsumsi segala sesuatu—dari mengkonsumsi makanan dan minuman sampai mengkonsumsi pengetahuan dan keyakinan. Dan di sela-sela aktivitas serta kesibukan dalam mengkomsumsi itu, ada baiknya kalau sewaktu-waktu kita memeriksa diri sendiri, belajar dan mempertanyakan, karena ada kalanya kita ternyata hanya mengkonsumsi kekacauan.

 
;