Kamis, 23 September 2010

Empat Macam Penerbit (2)

Kedua, penerbit rumahan. Penerbit jenis ini biasanya bukan penerbit berskala besar. Namanya juga penerbit rumahan, maka skala mereka juga terbatas. Tapi jangan salah paham. Meskipun penerbit rumahan, banyak dari mereka yang tetap menjalankan organisasinya dengan profesional, dan mereka pun menjalin hubungan kerjasama dengan para penulis dengan standar profesional.

Penerbit rumahan tentu saja memiliki sekretaris, staf redaksi, bagian pemasaran, dan lain-lain. Hanya saja, karena skalanya tidak bisa dibilang besar, maka biasanya kemampuan mereka dalam menerbitkan buku juga tidak besar-besaran. Misalnya, kalau penerbit besar mampu menerbitkan dua puluh judul buku dalam waktu sebulan, maka penerbit rumahan biasanya hanya menerbitkan lima sampai sepuluh judul dalam waktu sebulan.

Begitu pun dalam jumlah eksemplar terbitannya. Kalau misalnya penerbit besar mampu mencetak lima ribu sampai sepuluh ribu eksemplar untuk setiap judul buku, penerbit rumahan hanya mampu mencetak seribu sampai tiga ribu eksemplar untuk tiap judul buku. Penerbit besar memiliki dana penerbitan yang besar, penerbit rumahan (biasanya) memiliki dana yang terbatas.

Selain itu, ada kalanya pula penerbit jenis ini dikelola dengan manajemen keluarga. Artinya, setiap naskah yang masuk bukan dinilai oleh staf redaksi yang bekerja di penerbit itu, melainkan langsung dinilai oleh pemilik atau direktur penerbitnya. Jika si direktur oke dengan suatu naskah, maka staf redaksi pun akan ikut oke—dan naskah itu pun akan terbit. Begitu pun sebaliknya.

Sebenarnya, memilih penerbit rumahan tidak menjadi masalah, selama mereka jujur dan profesional. Penerbit rumahan biasanya dituju oleh para penulis pemula yang mungkin masih kurang pede untuk mengirimkan naskahnya ke penerbit besar atau yang terkenal. Tidak masalah bekerjasama dengan penerbit jenis ini—selama hubungan kerjasama itu saling menguntungkan.

Seperti yang sudah saya singgung di atas, penerbit rumahan pun ada yang bekerja dengan standar profesional. Karenanya, meski mungkin buku kita tidak dicetak dan diterbitkan dalam jumlah besar, tetapi setidaknya kita bisa menjalin hubungan kerjasama dengan perasaan nyaman—tanpa khawatir dicurangi atau dirugikan. Toh, kalau kemudian buku itu laris terjual dan habis, penerbit itu pun akan kembali mencetaknya, hingga jumlah eksemplar yang terbit tetap berjumlah besar.

Jadi, inti yang perlu diingat di sini bukan ukuran atau popularitas penerbitnya semata-mata, melainkan pada kejujuran dan profesionalitasnya. Sekali lagi, memilih penerbit itu tak jauh beda dengan memilih pacar. Dan bagi saya, lebih baik punya pacar yang biasa-biasa saja tetapi baik hati dan penuh pengertian—daripada punya pacar yang tampak hebat dan menawan tapi menyusahkan dan menjengkelkan.

Lanjut ke sini.

 
;