Sabtu, 05 Februari 2011

Cara Hidup Mengajar Kita



Dalam bukunya yang terkenal, 'Man’s Search for Meaning', Dr. Viktor Frankl mengisahkan pengalaman hidupnya selama tiga tahun menjadi tawanan di kamp konsentrasi Nazi. Dalam situasi mengerikan sekalipun, seperti saat itu, selalu ada orang-orang yang menghibur sesama tahanan yang lain sambil membagikan roti mereka yang terakhir. Orang-orang seperti itu mungkin hanya sedikit, namun itu telah menjadi bukti bahwa segala sesuatu boleh dirampas dari seseorang, kecuali kebebasannya untuk menentukan sikap dalam menghadapi keadaan apa pun.

Dr. Frankl juga menghadapi pilihan dalam menentukan sikap itu. Di dalam kamp konsentrasi itu ia menyaksikan seluruh keluarganya dibunuh dan istrinya dibantai. Ia bisa memilih untuk mengutuk nasibnya sendiri, mencaci-maki Nazi yang telah menyakitinya, menyalahkan kehidupan atau bahkan menyalahkan Tuhan.

Tetapi dia juga bisa memilih untuk menjadikan pengalamannya ini sebagai sarana untuk merenung secara positif, untuk menemukan hikmah di baliknya. Dan Dr. Frankl memilih yang terakhir. Di dalam kamp tahanan itu ia merenung dan merumuskan filsafat hidup yang kemudian dikenal sebagai logoterapi. Karena ini pulalah kemudian ia menjadi salah satu psikiater terkemuka di Eropa, dan sekaligus profesor tamu di Harvard University.

Hidup adalah serangkaian pelajaran yang tak pernah usai, dan pelajaran demi pelajaran yang ditawarkannya itu, disadari atau tidak, akan terus mendewasakan kita. Kehidupan adalah sekolah yang lebih besar, dimana semua yang ada di dalamnya adalah guru dan kita menjadi muridnya.

Apabila suatu pelajaran diberikan dan kita bisa memahaminya, maka pelajaran pun akan diganti dengan yang lebih besar. Kalau suatu pelajaran disampaikan tetapi kita tidak juga bisa memahaminya, maka pelajaran itu akan terus disampaikan secara berulang-ulang, dalam aneka wujud, dengan berbagai macam bentuk, dengan sekian banyak cara, sampai kita benar-benar bisa memahaminya.

Dan pelajaran-pelajaran itu biasanya berada tepat di bawah hidung kita, dan seringkali kita mengetahui benar pelajaran tersebut, namun susahnya, seringkali kita berharap bahwa seharusnya bukan itu pelajarannya!


 
;