Rabu, 02 Maret 2011

Tidak Berhenti Belajar (2)

Posting ini lanjutan post sebelumnya. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik, sebaiknya bacalah post sebelumnya terlebih dulu.

***

Di dalam bukunya yang agung, The Prophet, Kahlil Gibran mengatakan, “Cinta yang tidak diperbarui akan menjadi perbudakan.”

Alangkah tepatnya kata-kata itu. Cinta yang tak (pernah) diperbarui akan menjadi perbudakan. Dan hal itu tidak hanya berlaku pada cinta semata-mata. Segala yang kita alami dan kita lakukan dalam hidup ini membutuhkan pembaruan. Karena jika tidak, maka semuanya hanya akan menjadi rutinitas, yang kemudian memperbudak hidup kita.

Dalam hubungan cinta dan relasi suami-istri, dalam karir maupun dalam pekerjaan, dalam persahabatan, bahkan dalam hal ibadah pun, semuanya memerlukan pembaruan, peningkatan, agar kita selalu bergairah dalam melakukannya—dan tidak hanya menjadikannya sebagai rutinitas yang memperbudak. Dan satu-satunya cara yang bisa diharapkan mampu memperbarui serta meningkatkan apa pun yang kita alami dan jalani dalam hidup, adalah pembelajaran. Tanpa adanya pembelajaran, maka hidup hanya akan menjadi semacam perbudakan.

Kita ambil contoh yang sepele—hubungan pacaran, yang tentunya setiap kita sedang atau pernah mengalami dan menjalaninya. Berapa lama sih kegairahan dalam hubungan pacaran berlangsung? Sebentar—bahkan sangat sebentar—itu hanya ada dalam hitungan bulan. Waktu baru ‘jadian’ memang sedang gila-gilanya—keduanya saling bergairah satu sama lain dan masing-masing merasa tak ingin dipisahkan.

Tetapi ketika hubungan itu terus berlangsung, dan api membara dalam jiwa kita terhadap hubungan itu mulai meredup dan padam, maka hubungan pacaran yang pada mulanya indah dan penuh gairah itu pun perlahan namun pasti menjadi hanya sekadar rutinitas. Tak ada lagi kegairahan selain hanya kesan yang berubah menjadi semacam ‘kewajiban’.

Begitu pula dengan hubungan suami-istri, kan? Oh, saya memang belum pernah beristri, tapi setidaknya saya tahu tentang hal itu. Berapa lama sih dahsyatnya ‘bahtera cinta’ itu berlangsung dalam kehidupan rumah tangga? Sama saja—itu hanya ada dalam hitungan bulan yang sebentar. Selebihnya hanya sekadar menjadi rutinitas yang berkesan sebagai kewajiban.

Dunia kerja juga tak jauh berbeda dengan itu. Kalau seseorang lama menjadi pengangguran, mungkin ia akan begitu bergairah ketika pertama kali memperoleh pekerjaan—apalagi kalau itu pekerjaan yang diinginkannya. Tetapi, seiring dengan bergantinya hari dan berlangsungnya bulan, pekerjaan yang pada mulanya menggairahkan pun lama-lama menjadi sekadar rutinitas yang dikerjakan bukan karena kegairahan, namun karena faktor kewajiban.

Segala-galanya—dari soal cinta sampai urusan pekerjaan—yang tidak diperbarui akan menjadi perbudakan. Dan, sekali lagi, satu-satunya hal yang bisa diharapkan membantu manusia keluar dari kerangkeng perbudakan semacam itu hanya satu—pembelajaran.

Jangan pernah berhenti belajar, dan teruslah perbarui segalanya dalam hidup kita dengan hasil pembelajaran itu, dan kita pun akan bisa berharap untuk selalu bergairah dalam kehidupan. Berhenti belajar adalah berhenti hidup—berhenti belajar sama artinya mendaftarkan diri untuk menjadi salah satu budak dalam hidup ini.

Jadilah manusia merdeka, yang selalu merasa bergairah untuk melakukan apa saja—tanpa unsur paksaan, tanpa terjebak dalam rutinitas, tanpa menganggap itu sebagai kewajiban—dan melakukannya dengan jiwa yang merdeka. Dan salah satu ciri paling khas dalam kehidupan manusia merdeka adalah tidak berhenti belajar.

Jangan berhenti belajar, karena berhenti belajar berarti berhenti hidup. Jangan pernah berhenti belajar....

 
;