Selasa, 01 Mei 2012

Pembodohan Massal Bernama Isu Pemanasan Global (14)

Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik, dan agar tidak terjadi kesalahpahaman atau kerancuan, sebaiknya jangan baca catatan ini sebelum membaca catatan sebelumnya.

***

Dan mereka menyatakan bahwa penggunaan energi listrik yang dapat diperbarui (semisal kincir angin dan matahari) tidak akan menimbulkan kerugian ekonomi, karena harganya lebih murah. Inilah bukti pernyataan omong kosong yang tidak didasari fakta valid.

Salah satu pengguna energi listrik berbasis batubara terbesar di dunia adalah Australia. Jika negara ini diminta untuk mengganti energi batubara yang mereka gunakan saat ini, maka industri di Australia—yaitu pertambangan, pengolahan metal, pertanian, dan pengolahan makanan—akan mengalami kematian. Dan mengenai harga energi tersebut, sekarang kita lihat faktanya.

Energi berbasis batubara di Australia seharga 30 dolar sampai 40 dolar per megawatt jam (MWh). Sementara energi listrik berbasis nuklir, harganya dua kali lipat dari itu, yaitu 70 dolar sampai 80 dolar per MWh. Harga energi listrik berbasis kincir angin jauh lebih mahal, yaitu 80 dolar sampai 130 dolar per MWh—itu pun hanya akan menyala jika ada angin bertiup. Kemudian, energi listrik berbasis matahari memiliki harga 300 dolar sampai 500 dolar per MWh, dan tersedia hanya jika matahari bersinar.

Jadi, sungguh sangat absurd jika para pendukung isu pemanasan global menyatakan bahwa penggunaan energi dengan sumber semisal kincir angin dan matahari jauh lebih murah dan tidak menimbulkan kerugian. Faktanya sama sekali tidak seperti itu, dan fakta selalu berbicara jauh lebih keras dari pernyataan apa pun.

....
....

Sekarang, fellas, kita sampai pada pertanyaan inti sekaligus paling penting dari semua uraian panjang lebar ini. Benarkah pemanasan global itu ada? Jawabannya, ya… ada. Tetapi pemanasan global bukan hanya terjadi pada masa sekarang, dan penyebabnya pun bukan karena ulah manusia, namun semata-mata karena gejala alam. Ini tak jauh beda dengan musim dingin dan musim panas, atau musim kemarau dan musim hujan—suatu siklus alam yang kadang datang sewaktu-waktu.

So, pemanasan global adalah fenomena yang alamiah, dan tidak tergantung pada berapa banyak—atau berapa sedikit—karbondioksida yang dibuat manusia. Isu atau teori pemanasan global, sebagaimana yang digembar-gemborkan saat sekarang, menurut Steven Milloy, “adalah induk dari segala ilmu pengetahuan sampah!”

Suhu dan iklim bumi yang berubah-ubah sama sekali tidak ada hubungannya dengan tingkat karbon yang dihasilkan manusia atau hewan, karena semuanya adalah proses alamiah. Pada tahun 1998, misalnya, suhu bumi memanas, tapi kemudian turun lagi. Itu fenomena biasa, karena alam memiliki aturan mainnya sendiri.

Dalam KTT Kopenhagen, Desember 2009, beberapa negara peserta konferensi menyatakan bahwa kita harus berusaha mencegah suhu bumi naik 2 derajat Celcius. Karena, menurut mereka, peningkatan sebesar 2 derajat Celcius akan membawa dampak yang berbahaya bagi umat manusia.

Kedengarannya hebat. Tapi mungkin mereka lupa bahwa pada abad ke-9 hingga abad ke-13, suhu bumi bahkan lebih panas 4 derajat Celcius dibanding saat ini. Periode pemanasan itu disebut Medieval Warm Period. Pada waktu itu belum ada produksi karbon besar-besaran seperti sekarang. Medieval Warm Period itu kemudian berakhir pada tahun 1300, dan bumi mulai mendingin secara drastis. Periode dingin itu disebut Little Ice Age, dan berlangsung selama 500 tahun. Kemudian, pada tahun 1850, suhu bumi kembali naik. Intinya, bumi punya aturan mainnya sendiri.

Karena itu, klaim yang menyatakan bahwa karbondioksida yang diproduksi manusia menjadi penyebab adanya pemanasan global, atau pernyataan bahwa pemanasan global mengakibatkan berbagai bencana alam dan sebagainya, jelas menunjukkan itu hanya klaim dan pernyataan tak berdasar, atau dapat dicurigai sebagai upaya pembodohan.

Lanjut ke sini.

 
;