Jumat, 10 Mei 2013

Satu-satunya Kepunahan yang Bermanfaat bagi Bumi Hanyalah Kepunahan Manusia (3)

Posting ini lanjutan posting sebelumnya. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik, sebaiknya bacalah post sebelumnya terlebih dulu.

***

Jika kepunahan pohon dimulai hari ini, diperkirakan hewan-hewan herbivora akan punah dalam waktu satu tahun mendatang, sementara hewan-hewan karnivora akan punah dalam 4 sampai 5 tahun kemudian. Manusia yang biasa mengonsumsi hasil tanaman mungkin dapat menggunakan hewan sebagai pengganti, tapi persediaan hewan hanya mungkin dapat memenuhi kebutuhan manusia selama 50 tahun.

Tetapi, sekali lagi, masalahnya tidak cuma sebatas itu. Seperti kita tahu, manusia punya ketergantungan penting dengan pohon dalam hal pernapasan. Untuk bertahan hidup, manusia butuh bernapas—menghirup oksigen dan melepaskan karbondioksida. Karbondioksida yang kita lepaskan diserap oleh pohon, dan—setelah melalui proses fotosintesis—diubah menjadi oksigen yang kemudian dihirup manusia.

Jika pohon tidak ada, maka proses fotosintesis akan berhenti, dan itu artinya karbondioksida yang kita lepaskan tidak bisa didaur ulang. Artinya pula, cadangan oksigen di Bumi akan menjadi terbatas, dan semakin menyusut hari demi hari. Bumi yang kita tinggali perlahan-lahan akan kehabisan oksigen, dan manusia—demi mempertahankan hidup—pasti akan berebutan mendapatkannya.

Apa yang bisa dilakukan untuk dapat memperoleh oksigen yang terbatas? Tentu saja mengurangi jumlah manusia, agar cadangan oksigen tidak cepat habis. Itu terlalu mengerikan untuk dibayangkan.

Jika kepunahan pohon dimulai hari ini, diperkirakan umat manusia yang sekarang berjumlah 7 miliar masih memiliki waktu hingga 200 tahun sampai semua oksigen di atmosfer benar-benar lenyap. Artinya, berdasarkan estimasi di atas, punahnya pohon dapat mengakibatkan kepunahan manusia dalam 200 tahun.

Karena keberadaan pohon, abu pabrik, asap kendaraan, dan debu jalanan dapat menempel pada dedaunan, yang akan terbawa air ketika hujan turun. Dengan kata lain, keberadaan pohon mengurangi kotoran di Bumi, serta mengurangi zat pencemar udara.

Selain itu, asap tebal yang berasal dari pembakaran pabrik yang menggunakan bahan bakar minyak juga mengandung sulfurdioksida (SO2), selain karbondioksida. Di udara, SO2 akan bereaksi dengan uap air, membentuk asam sulfat (H2SO4). Jika bercampur air hujan, zat itu akan menghasilkan hujan asam yang membahayakan kesehatan kulit, serta menimbulkan korosi. Namun keberadaan pohon mencegah kemungkinan itu, karena pohon mampu menetralkan kandungan asamnya. Artinya, tanpa pohon, manusia akan menghadapi ancaman lain selain ketersediaan makanan dan oksigen.

Kehancuran yang ditimbulkan dari punahnya pohon tidak berhenti sampai di situ. Karena pelepasan karbon yang begitu banyak—akibat tak bisa diserap pohon—maka perubahan iklim akan terjadi, dan permukaan laut akan naik. Hal itu akan mengakibatkan hilangnya terumbu karang dan ikan, musnahnya mata pencaharian banyak orang, meningkatnya penyakit tropis, dan bertumbuhkembangnya aneka macam bakteri.

Berdasarkan penelitian, secara sederhana dapat disimpulkan bahwa satu batang pohon dapat menghasilkan 1,2 kg oksigen per hari. Setiap hari, satu orang membutuhkan sekitar 0,5 kg oksigen. Artinya, satu batang pohon menunjang kehidupan dua orang. Jika kita menebang satu batang pohon, sama artinya kita sedang mencekik dua orang sampai mati.

Apa yang akan terjadi jika Bumi kehilangan pohon? Seperti yang telah digambarkan di atas, jawabannya adalah horor. Bumi akan segera menuju kiamat jika pohon telah habis, dan tumbuhan telah punah. Seperti efek mengerikan yang akan timbul jika hewan punah dari Bumi, efek yang sama juga akan terjadi jika pohon atau tumbuhan yang musnah.

Meski hewan dan tumbuhan dapat hidup tanpa manusia, tetapi manusia tidak bisa hidup tanpa hewan dan tumbuhan. Punahnya hewan dan tumbuhan akan berdampak pada punahnya manusia.

Sekarang, apa yang akan terjadi jika manusia yang punah dari muka Bumi?

Jawabannya terdengar indah. Jika manusia punah, maka Bumi akan kembali kosong dan hening seperti jutaan tahun lalu. Tanah akan kembali subur karena kandungan dan kekayaannya tidak terus-menerus dikeruk. Air akan kembali bersih, karena pencemaran akibat manusia telah terhenti. Udara akan kembali murni, karena asap pabrik dan knalpot kendaraan tak ada lagi.

Lalu pohon-pohon akan kembali menjulang ke langit, hutan akan kembali terbentuk, rerimbunan daun akan menjadi baju bagi Bumi. Hewan-hewan akan kembali berkeliaran di lingkungannya tanpa khawatir mendengar letusan senjata, atau suara gergaji mesin yang menumbangkan pohon di alam mereka. Burung-burung akan bernyanyi riang di antara ranting pohon, menggantikan bising perkotaan dan suara ingar-bingar televisi.

Jika manusia punah, Bumi akan menjadi tempat yang sangat indah dan damai. Tidak ada lagi peperangan, tidak ada lagi ledakan bom, tidak ada lagi senjata biologi atau senjata kimia yang diciptakan untuk kejahatan terhadap manusia lainnya. Batas-batas negara yang terus menjadi sumber pertikaian akan hilang, pertentangan keyakinan yang terus menjadi akar masalah dunia akan punah, dan iri hati serta kesombongan yang menjadi sifat khas manusia akan musnah.

Sementara itu, pabrik-pabrik buatan manusia akan runtuh, dan cerobongnya berhenti mengeluarkan asap beracun. Kendaraan-kendaraan yang menjadi sarana gengsi manusia akan aus dan hilang dimakan usia dan cuaca, hingga tak ada lagi kotoran mencemari udara. Benda-benda buatan manusia akan habis perlahan-lahan, dan Bumi akan kembali menjadi tanah yang murni.

Sungai-sungai akan kembali jernih, karena limbah kotor produksi manusia tak lagi mengalir ke sana. Ikan-ikan akan berenang dengan gembira karena dapat hidup di lingkungan sebersih semula. Gajah akan berangkulan dengan sesamanya tanpa ketakutan, cenderawasih akan menari dan bercinta dengan tenang, dan burung-burung perkasa di langit mengepakkan sayapnya dengan hening, menikmati udara yang murni tanpa polusi.

Ketika malam tiba, jangkrik akan bernyanyi memanggil-manggil pasangannya, katak akan bercengkerama dengan kawan-kawan di bawah hujan, dan serigala akan melolong rindu pada rembulan. Kelelawar akan keluar dari gua tempatnya hidup, mencari makan di tengah kegelapan, sementara hewan-hewan lain tertidur dengan tenang bersama anak-anak dan pasangannya di rerimbunan hutan.

Saat pagi menjelang, udara bersih menyapa Bumi seperti biasa, seperti semula, seperti jutaan tahun yang lalu. Pohon-pohon melambaikan daun-daunnya yang hijau, buah-buahnya yang ranum, dahan-dahannya yang kokoh. Dan di antara ranting, burung-burung berkicau menyambut datangnya hari—satu lagi hari indah tanpa makhluk buas perusak segala. Mereka bernyanyi... mungkin bersyukur pada alam semesta yang telah memusnahkan manusia dari Bumi.

....
....

Hewan dan tumbuhan bisa hidup tanpa manusia. Bahkan Bumi menjelma surga yang murni tanpa polusi setelah manusia tak ada lagi. Jika terjadi kepunahan, satu-satunya kepunahan yang memberikan manfaat bagi Bumi hanyalah kepunahan manusia. Punahnya hewan atau tumbuhan mengubah Bumi menjadi neraka. Tapi punahnya manusia justru memberikan manfaat bagi Bumi sebagai planet yang layak huni.

Sampai di sini, saya bertanya-tanya dalam hati, atas dasar apa manusia berani mengklaim diri sebagai pemimpin di muka Bumi...?

 
;