Rabu, 20 November 2024

Malam Minggu Berkah

Intro: 

Ocehan ini adalah tanggapan pada ribut-ribut di Twitter sekian tahun lalu, saat ada orang yang di-bully banyak orang karena menyuruh-nyuruh orang lain cepat menikah. Aku menulis ocehan ini sambil ngobrol dengan beberapa teman yang kebetulan ketemu di tempat makan, jadi isinya mungkin kurang tertata atau kurang terfokus.

....
....

Aku tidak mendukung tindakan bullying itu, tentu saja. Tapi aku juga harus mengakui bahwa aku senang karena mendapati makin banyak orang menyadari hal ini. Bahwa kawin adalah urusan privat orang per orang; pilihan yang (seharusnya) tidak dirusuhi orang lain. #MalamMingguBerkah

Mungkin tweet perempuan itu dimaksudkan untuk bercanda (atau bisa jadi pula dia memang ingin cepat kawin). Tapi warga Twitter tampaknya telah sampai pada kesadaran bahwa "bercanda" menyuruh orang cepat kawin itu perbuatan yang tercela. Jadi dia pun di-bully. #MalamMingguBerkah

Ngoceh soal ini, membuatku ingat kejadian tempo hari. Di Twitter, tempo hari, ada seorang perempuan yang di-bully warga Twitter—hingga dia menghapus akunnya—gara-gara tweet yang bertendensi menyuruh orang cepat kawin. Kalian tentu tahu yang kumaksud. #MalamMingguBerkah

Mayoritas orang (khususnya di sekeliling kita, mungkin) masih menganggap bahwa setiap orang wajib menikah. Jangankan orang-orang yang masih "terbelakang", bahkan orang-orang modern yang aktif di media sosial pun banyak yang masih punya pikiran seperti itu. #MalamMingguBerkah

Orang-orang yang doyan menyuruh-nyuruh orang lain cepat kawin mungkin merasa dirinya hebat. Padahal, di mata kami (orang yang mereka suruh cepat kawin), mereka tampak menggelikan, tak berpendidikan, dan terbelakang. Ini mungkin kasar, tapi harus ada yang mengatakan.

Aku bertanya pada teman-temanku—yang saat ini sedang makan—apa yang ada dalam pikiran mereka tiap nemu orang yang menyuruh-nyuruh kawin. 

Jawaban mereka:

"Risih."

"Jijik."

"Kasihan."

"Tidak nyaman."

"Kok mereka (orang yang nyuruh-nyuruh kawin) tidak malu, ya?"

Menyuruh, menyindir, memprovokasi, atau bercanda dengan tendensi agar orang cepat kawin, itu perbuatan yang tidak etis (tak beretika)—khususnya jika dilakukan orang-orang yang menganggap diri modern seperti kita. Itu salah satu ciri orang-orang "terbelakang". #MalamMingguBerkah

Hidup di tengah masyarakat yang menganggap perkawinan sebagai satu-satunya "syarat menjadi manusia normal", membuat kami jadi seperti alien—atau teralienasi—karena sudah dianggap layak untuk menikah tapi masih lajang. Padahal perkawinan cuma pilihan. #MalamMingguBerkah

Ucapan seorang teman yang sepertinya patut di-quote:

"Yang kutakutkan dari mendekati perempuan, bukan jika ditolak, tapi jika diterima. Dan yang kutakutkan dari menjalin hubungan (dengan perempuan), bukan putus di tengah jalan, tapi jika sampai ke pernikahan." #MalamMingguBerkah

Biasanya, kita akan benar-benar tahu arti kehadiran teman, jika rata-rata teman kita sudah menikah dan sibuk dengan keluarga masing-masing, lalu kita menemukan teman(-teman) yang masih lajang. Itulah yang kualami. #MalamMingguBerkah

Tadi keluar rumah dengan maksud mau makan, sambil istirahat sejenak. Tapi gara-gara malam Minggu, sekarang ketemu teman-teman—yang sama-sama ambyar—dan kayaknya bakal sampai pagi. #MalamMingguBerkah


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 22 September 2019.

 
;