Minggu, 20 Agustus 2023

Kangen Wong Arab yang Fasih Ngomong Jowo

Tadi siang, karena cuaca adem, aku pergi ke warung batagor langganan, dan menikmatinya sambil lesehan. Habis itu nyulut udud sambil leyeh-leyeh dengan perut kenyang, dan merasakan mendung yang menyenangkan. Lalu aku teringat teman-temanku di SMA.

Teman-temanku di SMA, dulu, punya celoteh khas tiap kali mendung datang, dan suasana adem menyenangkan. “Howone hawi,” kata mereka. Artinya, “Suasananya sangat enak untuk pacaran”. Istilah itu populer, dikenalkan teman-teman kami yang keturunan Arab.

Bagi banyak orang, masa SMA adalah masa terindah. Bagiku, masa SMA tidak indah-indah amat, tapi salah satu masa terbaik dalam hidup. Karena masa SMA memberi pengaruh besar pada pikiran dan hidupku; kesadaran bahwa dunia tak hanya berisi satu etnis.

Kesadaran yang mungkin “remeh” itu benar-benar kudapatkan di SMA, karena tiap hari bersama banyak orang—teman-teman sekolah—yang memiliki ciri berbeda, karena latar belakang etnis. Ada yang keturunan Jawa, Arab, Jerman, Prancis, sampai indo (etnis campuran).

Keragaman etnis itu menjadikan kami saling belajar dan memahami banyak hal mengenai teman-teman kami, dan mendapati keunikan yang sulit ditemukan di tempat lain. Ada orang keturunan Prancis yang fasih ngomong Arab, orang Jawa yang fasih ngomong Inggris, orang keturunan Jerman yang fasih ngomong Indonesia, dan, tentu saja, orang Arab yang fasih ngomong Jowo. 

Yang terakhir itu—orang Arab fasih ngomong Jowo—mendominasi SMA kami, jadi banyak pula budaya Arab yang kami serap dari mereka, termasuk istilah “hawi”.

Selain “hawi”, istilah populer lain adalah “dukhon” (udud), “khalli” (cantik), “gas’ah” (ganteng), “sughul” (kerja), “zuwaj” (menikah), hingga “khub”—sila tanya artinya ke temanmu yang Arab, aku tidak nyaman menyebutkannya di sini. Soalnya emmmesssh... appeeeeuuuhh...

Ada pula istilah “gum” (bangun), yang setara dengan “cabut, yuk” saat ingin mengakhiri nongkrong. Aslinya “qum” < “qiyam”, tapi mengadopsi bahasa Arab-Yaman, yang mengubah q menjadi g (qalbi jadi galbi, maqadir jadi magadir, hingga qum jadi gum).

Daftar ini, kalau kulanjutkan, masih panjang sekali, dan mungkin bisa jadi kamus seperti Kamus Gaul-nya Debby Sehertian. Yang jelas, di antara semua “istilah gaul” Arab, yang paling populer adalah “hawi”. Artinya “pacar”. Sedangkan “hawian” artinya “pacaran”.

Istilah itu selalu kami dengar saat mendung tiba, dan suasana adem begitu menyenangkan, seperti yang tadi kunikmati di warung batagor. Dan aku sering teringat mereka, teman-temanku yang keturunan Arab tapi fasih ngomong Jowo, saat mendung menghampiri.

Kangen wong Arab yang fasih ngomong Jowo, ya Allah...

Menemukan Cinta

Kadang-kadang kita menemukan cinta. Kadang-kadang cinta yang menemukan kita.


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 11 Januari 2012.

Cekikikan

Entah kenapa, aku sering cekikikan sendiri kalau ada orang menyebut mbakyu.


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 11 Maret 2012.

Bahitingispoile

Ada stiker berisi tulisan “Bahitingispoile”, dan tertempel di tiang listrik. Stiker itu kecil, dan saya melihatnya karena kebetulan sedang beli es buah di pinggir jalan. Usai menikmati es buah, saya duduk santai sambil merokok. Di dekat saya ada tiang listrik, dan tanpa sengaja saya melihat stiker tadi.

Bahitingispoile. Apa arti tulisan itu? Saya membuka ponsel, dan mencoba mengetikkan kata itu di Google, tapi tidak ada satu kata pun yang terindeks. Artinya, Google tidak mengenal kata itu.

Ponsel saya dilengkapi AI. Ketika saya menanyakan kata itu—Bahitingispoile—pada AI di ponsel, ia juga tidak mengenali kata itu. Menurutnya, kata itu tidak dikenali dalam bahasa mana pun di dunia. “Mungkin Anda salah mengeja,” kata AI. 

Tentu saja saya tidak salah mengeja.

Dan sampai sekarang saya masih teringat kata itu. Bahitingispoile.

Semoga Amir Masuk Surga

Dari tadi menikmati lagu-lagu UK’s, dan merasakan hati begitu adem. Amir, vokalis UK’s, selalu menyanyi dengan sangat fasih. Dia pasti bisa membedakan idgham bighunnah dan idgham bilaghunnah.

Semoga Amir masuk surga.


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 14 Oktober 2021.

Berbukalah dengan Sederhana

Berbukalah dengan sederhana, dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada. #Appeeuuuuh 

*Itu kalimatnya Sapardi Djoko Damono, bukan kalimatku.


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 4 Juni 2019.

Menggepuk Batu-bata

Ooh... menggepuk batu-bata.

Pusing

Aku pusing lihat timeline.


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 22 Mei 2019.

OAOB

Iya.

Catatan yang Kutulis Pas Kenaikan BBM

Secara pribadi, sebenarnya, aku tidak terlalu terpengaruh pada kenaikan harga BBM. Pertama, aku kerja di rumah. Kedua, aku jarang keluyuran. Jadi sangat jarang pakai kendaraan, dan itu artinya juga tidak terlalu butuh BBM. So, kenaikan harga BBM saat ini menurutku B aja.

Tapi aku tentu tidak bisa menilai segala sesuatu hanya berdasar sudut pandang pribadi. Faktanya, ada orang-orang yang tiap hari harus menggunakan kendaraan, dan mereka sangat bergantung pada BBM, dan kenaikan harga BBM yang terjadi saat ini dirasa sangat memberatkan.

Ada familiku di Bekasi, misalnya, yang tiap hari harus menempuh perjalanan 1 jam dengan kendaraan ke tempat kerja. Pulangnya juga butuh 1 jam perjalanan. Itu jelas butuh BBM lumayan banyak. Dan ada banyak orang yang setiap hari menghadapi kenyataan seperti itu.

Masalahnya, terkait kenaikan harga BBM, ia selalu menciptakan efek domino. Harga BBM naik, maka harga banyak barang lain cenderung ikut naik. Jika kenaikan harga-harga barang itu tidak berimbang dengan pendapatan yang ikut naik, kita semua akan merasakan dampaknya.

Pemerintah berdalih bahwa kenaikan harga BBM dilakukan, karena selama ini subsidi BBM hanya dinikmati orang-orang kaya. Faktanya, ketika harga BBM naik, yang pertama kali terdampak justru orang-orang miskin! “Subsidi hanya dinikmati orang kaya” itu sebenarnya lagu lama.

Karenanya, meski secara pribadi aku tidak terlalu terdampak kenaikan harga BBM, aku sangat memaklumi orang-orang yang protes karena keberatan dengan adanya kenaikan harga BBM. Seribu atau dua ribu rupiah mungkin tak berharga bagi kita, tapi bisa bernilai bagi mereka.

Kamis, 10 Agustus 2023

Nasib Malang Anak Pertama

Well... sambil nunggu udud habis.

@recehtapisayng
Aku cowok, jadi kurang relate dengan ini. Tapi cowok yang jadi anak pertama—terlepas cucu pertama atau bukan—juga menghadapi beban luar biasa, bahkan siksaan batin, yang mungkin sampai menyebabkan bidadari menangis.

Banyak temanku (cowok) yang jadi anak pertama di keluarganya. Rata-rata keluarga kami—aku dan teman-teman yang sama-sama anak pertama—bukan keluarga berada. Jadi, biasanya, setelah lulus SMA, kami tidak bisa melanjutkan pendidikan, dan langsung sibuk cari kerja.

Hasil kerja usai lulus SMA itu sering kali tidak kami nikmati sendiri, tapi dibagi untuk keluarga. Yang punya adik juga merasa punya kewajiban membiayai sekolah/kuliah adik[-adik]nya, dan itulah yang teman-temanku lakukan. Mereka lulus SMA, tapi adik-adiknya lulus kuliah.

Lalu, terjadilah sesuatu yang sering kali “tragis”, tapi sangat jarang dipahami orang-orang lain. Ketika adik-adik yang dibiayai kakaknya itu lulus kuliah, mereka mulai mencari kerja. Namanya lulusan kuliah, mereka pun bisa mendapat pekerjaan yang lebih bagus dengan gaji besar.

Jadi, adik-adik yang dibiayai kuliahnya itu mendapat pekerjaan lebih bagus dengan gaji lebih besar, dibanding kakak-kakak mereka yang banting tulang membiayai kuliah mereka. Karena kakak-kakak mereka cuma lulusan SMA, dengan pekerjaan sederhana dan penghasilan sekadarnya.

Lalu, adik-adik itu mulai membangun hidup mereka sendiri. Dengan penghasilan yang besar, mereka mulai membeli rumah lewat KPR, dan biasanya, tidak lama setelah itu, mereka pun menikah dan punya anak. Hidup mereka pun sempurna; punya pekerjaan bagus, punya rumah, dan menikah.

Dan bagaimana dengan kakak-kakak yang membiayai mereka?

Nasib sang kakak sering kali tak berubah! Mereka tetap jadi buruh pabrik atau pekerja kasar lain, dengan gaji tak seberapa. Boro-boro mikir beli rumah atau menikah, mereka sering kali masih jadi tumpuan keluarganya.

Lalu, tibalah sesuatu yang sangat menyakitkan hati mereka.

Ketika sang adik menikah, orang-orang (tetangga, saudara) dengan enteng mengatakan, “Tuh, adikmu aja udah menikah, masak kamu kalah?”

Bisakah kalian membayangkan bagaiamana sakitnya perasaan kakak-kakak yang malang itu?

Mereka—kakak-kakak yang malang itu—telah mengorbankan hidupnya, mengorbankan masa depannya, bahkan mengorbankan dirinya sendiri, demi membiayai keluarga, mengurusi orang tua, hingga menguliahkan adik-adiknya. Dan apa yang mereka dapatkan kemudian? Ejekan, sindiran, dan nyinyiran!

“Adikmu aja udah nikah, masak kamu kalah?”

“Adikmu aja udah berkeluarga, masak kamu belum?” 

Masalah yang terjadi tidak sesederhana itu, asshole! Dan sebelum mencibir, mengejek, menyindir atau menyinyiri orang lain agar cepat kawin, sebaiknya belajarlah empati terlebih dulu.

Banyak orang—khususnya anak pertama—yang menghadapi fenomena miris semacam itu. Kehidupan mereka terus memprihatinkan, karena hasil kerja mereka tidak seberapa, tapi sering habis untuk menghidupi keluarga. Sementara adik-adiknya—yang dibiayai kakaknya—justru hidup enak.

Mungkin akan bagus, kalau saja adik-adik yang telah sukses karena dikuliahkan kakaknya itu membalas budi baik kakak-kakak mereka, atau setidaknya membantu sang kakak membiayai keluarga orang tua mereka. Tapi sering kali, sayangnya, hal bagus semacam itu tidak terjadi.

Kenapa? Alasannya klasik; sang adik menganggap itu memang tugas dan kewajiban kakaknya! 

Jadi, ketika adik-adik itu dikuliahkan sampai lulus, mereka menganggap “itu sudah kewajiban kakakku”. Ketika akhirnya mereka sukses, mereka tidak terpikir/memikirkan kakaknya.

Ketimpangan sosial, salah satunya, terjadi dari fenomena semacam ini. Sang kakak menjadi tumbal (atau menumbalkan dirinya) demi keluarga dan adik-adiknya, dan dia tetap hidup melarat. Sementara adik-adiknya justru jadi orang-orang sukses, menikah, dan berkeluarga.

Salah satu temanku, yang menghadapi fenomena ini, terang-terangan mengatakan, “Orang-orang (tetangga, saudara) sering membanding-bandingkan aku dan adikku. Aku tetap miskin, belum menikah, sementara adikku sukses dan sudah berkeluarga. Tapi orang-orang hanya melihat sebatas itu.”

Yang dilihat orang-orang—masyarakat—hanya “sebatas itu”, bahwa si kakak tampak menyedihkan, sementara adiknya sudah jadi orang. Padahal kesuksesan sang adik berkat pengorbanan kakaknya. Dan ketika sang adik sukses, dia hanya sibuk memikirkan diri dan keluarga kecilnya sendiri.

Ini tragedi yang terjadi di mana-mana... dalam sunyi. Anak pertama punya semacam kewajiban membiayai keluarga, menguliahkan adik-adiknya, sementara adik-adik mereka hanya mengurus diri mereka sendiri. Ketika adik-adik itu sukses, menikah, dan berkeluarga, mereka lupa kakaknya.

Ocehan ini tidak bermaksud bahwa kakak (si anak pertama) tidak ikhlas membiayai keluarga dan adik-adik. Kita ikhlas, tentu saja.

Ocehan ini adalah upaya mengajak siapa pun untuk berempati, dengan tidak membanding-bandingkan kakak-adik, dan tidak nyinyir bertanya “kapan kawin?”


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 13 Oktober 2021.

Logat Indonesia

Rata-rata orang Indonesia kalau ngomong pakai bahasa Indonesia, biasanya logat daerahnya akan terasa/terdengar. Khususnya kalau memang tinggal di daerahnya masing-masing. Tapi ya tidak apa-apa, malah sepertinya bagus, karena ciri khas daerahnya tetap terbawa, dan dikenali.

Jangankan ngomong pakai bahasa Indonesia, wong ngomong pakai bahasa Inggris saja kadang logat lokal daerahnya masih terbawa. Tempo hari sempat ramai wacana soal itu di Twitter, dan para ahli menyatakan bahwa logat lokal dalam conversation itu bukan masalah. Itu bagian pembelajaran.

Orang Tegal, misalnya, kalau ngomong pakai bahasa Indonesia, ya logat Tegalnya akan terdengar. Begitu pula orang Madura, orang Betawi, orang Semarang, orang Pemalang, orang Pekalongan, orang Padang—setidaknya aku pernah mendengar mereka bicara pakai bahasa Indonesia.

Sekali lagi, menurutku, logat daerah dalam berbahasa Indonesia itu bukan masalah. Itu bahkan unik, karena secara tak langsung menunjukkan keragaman suku dan daerah kita. 

Jam Segini

Jam segini lihat truk tronton seperti lihat gorengan.


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 19 Mei 2019.

Pagi

Pagi yang mbuh.


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 2 Juni 2019.

Lapar, Kangen, Hujan

Lapar, kangen, dan hujan, adalah kombinasi yang membingungkan.


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 20 Februari 2012.

Lembut dan Emeesshh

Berbukalah dengan yang lembut dan emmmeesssshhhh. #Appeuuuuhh

Misalnya... bakpau.


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 14 Mei 2019.

Amerika Serikat

Ooh... Amerika Serikat.

Percakapan Terhenti

Ngobrol sama bocah.

Aku: Howone semromong.

Dia: Semromong kabeh, sak dunyo.

Aku: Yo ora sak dunyo. Antartika wae mesti tetep adem.

Dia: Uhm... Antartika kuwi opo?

Aku: Antartika kuwi Kutub Selatan.

Dia: Ooh. Lha nang kono, agamane opo, kok iso adem?

Percakapan pun terhenti.


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 13 Mei 2019.

Usumnya

Ooh... usumnya.

Ya Ampun

Ya ampun, baru sadar ini jadwalnya update blog.


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 20 Mei 2019.

Selasa, 01 Agustus 2023

Pengetahuan yang Populer Tidak Berarti Pasti Benar

Bangsa mana yang pertama kali membuat mumi?

Mesir.

Salah!

Pengetahuan yang populer tidak berarti pasti benar. Bangsa pertama di dunia yang membuat mumi adalah Bangsa Chincorro, yang tinggal di tempat yang sekarang disebut Chili, Amerika Selatan.

Bangsa/kebudayaan Chincorro telah hidup sejak 7000 Sebelum Masehi. Sementara Bangsa Mesir baru muncul pada sekitar 3150 Sebelum Masehi.

Bangsa Chincorro hidup sebagai pemburu/pengumpul, sementara kebudayaan mereka yang terkenal adalah mumifikasi, yang merupakan tertua di bumi.
....
....

Siapa penemu telepon?

Alexander Graham Bell.

Salah!

Siapa penemu lampu pijar?

Thomas Edison.

Salah!

Penemu telepon adalah Antonio Meucci. Sementara Thomas Edison bukan menemukan lampu pijar, melainkan hanya menemukan filamen (unsur yang memungkinkan lampu pijar menyala).

....
....

Terbuat dari apa sepatu Cinderella?

Kaca.

Salah!

Sepatu Cinderella terbuat dari bulu bajing. Versi asli kisah Cinderella menyebut sepatunya terbuat dari "vair", yang artinya "bulu bajing". Kekeliruan soal bahan pembuat sepatu ini gara-gara Charles Perrault salah mengartikan.

Uhmmm... tapi Charles Perrault itu siapa?

Charles Perrault adalah orang pertama yang menuliskan kisah Cinderella, berdasarkan tradisi lisan. Dalam tradisi lisan, sepatu Cinderella disebut terbuat dari "vair". Charles Perrault salah dengar dan mengira terbuat dari "verre" (kaca).

....
....

Di mana tempat terdingin di dunia?

Antartika!

Hahahaha....

Ini kalau dilanjutkan bakal ngeri, karena ternyata banyak pengetahuan yang kita terima dan yakini keliru semua!

Ironi pengetahuan adalah bahwa pengetahuan yang kita pikir pengetahuan ternyata bukan pengetahuan.


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 16 Mei 2019.

Jangan Memaksakan Hubungan

Sejujurnya, aku salut pada cowok yang berusaha menyapa, ngajak ngobrol, atau berkomunikasi dengan cewek, dan terus berusaha, meski jawaban atau respons si cewek tampak dingin, singkat-singkat, atau tidak responsif. Sejujurnya pula, aku tidak punya kemampuan seperti itu.

Kalau aku menyapa seseorang dan dia hanya diam, aku berhenti. Kalau aku mengajak ngobrol seseorang dan dia menjawab singkat-singkat, aku berhenti. Kalau aku membuka komunikasi dengan seseorang dan jawabannya terasa dingin, aku berhenti. Dan aku tidak akan mencoba lagi.

Tentu aku paham kalau cewek kadang bersikap sok jaim, atau jual mahal, dengan menjawab singkat meski sebenarnya juga ingin ngobrol panjang. Tapi itu masalah dia, bukan masalahku. Komunikasi adalah percakapan dua arah, dan itu pekerjaan dua pihak. Tidak usah dibikin rumit!

Aku percaya pada kalimat “jangan memaksakan koneksi”. Kalau seseorang memang “match” dengan kita, semuanya akan berlangsung normal, wajar, dan dua pihak sama-sama nyaman. Tapi kalau kita tidak “match” dengan seseorang, biasanya juga akan sulit untuk menjalin hubungan.

Jika seseorang hanya diam ketika kusapa—atau jawabannya garing/singkat-singkat ketika diajak ngobrol—aku akan mengartikan dia tidak tertarik. Dan jika dia tidak tertarik, kenapa aku harus memaksa? Aku tidak suka mengganggu orang lain, atau merepotkan diri sendiri.

Pengalaman dan Pengetahuan

Seseorang bekerja untukku, dan aku memberi instruksi jelas, mudah, dan sederhana, "Lakukan seperti ini."

Dia menolak, karena menurutnya itu "tidak sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya", jadi dia memaksa agar mengerjakan tugas itu sesuai yang diyakininya.

Aku mengizinkan.

Aku mengizinkan, karena dia yang akan mengerjakan, juga karena menghormati pengetahuannya. Jadi, aku biarkan dia melakukan sesuatu yang jelas-jelas berbeda dari yang kuinstruksikan.

Tetapi, bahkan sebelum dia mulai mengerjakan tugasnya, aku sudah tahu pekerjaan itu akan gagal.

Yang kukhawatirkan akhirnya terjadi. Tadi dia melaporkan hasil pekerjaannya, yang benar-benar gagal, dan meminta izin untuk mengulang pekerjaan tersebut dari awal, kali ini akan ia lakukan sesuai instruksiku semula.

Aku menolak. Aku tidak suka mengerjakan hal sama dua kali.

Kami berdiri bersisian, memandangi hasil pekerjaannya yang gagal total. Dia masih meminta agar diizinkan mengulangi pekerjaannya, dan aku tetap menolak.

Sikap keras kepala kadang perlu dimonumenkan, sebagai peringatan. Bahwa pengalaman sering lebih penting dari pengetahuan.


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 6 Desember 2020.

Luruh

Ada rindu yang jatuh. 
Bersama daun-daun luruh. 
Pada cinta yang mengutuh.


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 9 Desember 2012.

Mencari Pasangan

Banyak orang mencari pasangan, dan banyak yang gagal. Karena mereka cuma mencari untuk mendapatkan. Mereka melupakan kesiapan dan ketulusan.


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 13 Januari 2012.

Ingin Terlihat

Ingin kok terlihat. Kayak gak ada keinginan lain yang lebih berfaedah.

Calon Bocahmu

Di Twitter ada orang-orang yang bikin username "Gebetanmu", "Masa Depanmu", "Calon Suami/Istrimu", "Calon Imammu", dan calon-calon lain, tapi tidak ada yang bikin username "Calon Mbakyumu" atau "Calon Bocahmu". Ini menunjukkan netizen Indonesia masih dalam abad kegelapan. #Apeu


*) Ditranksrip dari timeline @noffret, 23 Mei 2019.

Gurih dan Harum

Berbukalah dengan yang gurih dan harum. #Appeeuuuhh

Misalnya... iniiiih. #Emesssshhhh


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 24 Mei 2019.

Petaka Terbesar

Petaka terbesar dalam hidup, mungkin, adalah hilangnya gairah dalam hidup. Atau, mungkin pula, gairah yang meredup.


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 21 September 2012.

Pokok-pokok Utama

O, pokok-pokok utama.

 
;