Secara pribadi, sebenarnya, aku tidak terlalu terpengaruh pada kenaikan harga BBM. Pertama, aku kerja di rumah. Kedua, aku jarang keluyuran. Jadi sangat jarang pakai kendaraan, dan itu artinya juga tidak terlalu butuh BBM. So, kenaikan harga BBM saat ini menurutku B aja.
Tapi aku tentu tidak bisa menilai segala sesuatu hanya berdasar sudut pandang pribadi. Faktanya, ada orang-orang yang tiap hari harus menggunakan kendaraan, dan mereka sangat bergantung pada BBM, dan kenaikan harga BBM yang terjadi saat ini dirasa sangat memberatkan.
Ada familiku di Bekasi, misalnya, yang tiap hari harus menempuh perjalanan 1 jam dengan kendaraan ke tempat kerja. Pulangnya juga butuh 1 jam perjalanan. Itu jelas butuh BBM lumayan banyak. Dan ada banyak orang yang setiap hari menghadapi kenyataan seperti itu.
Masalahnya, terkait kenaikan harga BBM, ia selalu menciptakan efek domino. Harga BBM naik, maka harga banyak barang lain cenderung ikut naik. Jika kenaikan harga-harga barang itu tidak berimbang dengan pendapatan yang ikut naik, kita semua akan merasakan dampaknya.
Pemerintah berdalih bahwa kenaikan harga BBM dilakukan, karena selama ini subsidi BBM hanya dinikmati orang-orang kaya. Faktanya, ketika harga BBM naik, yang pertama kali terdampak justru orang-orang miskin! “Subsidi hanya dinikmati orang kaya” itu sebenarnya lagu lama.
Karenanya, meski secara pribadi aku tidak terlalu terdampak kenaikan harga BBM, aku sangat memaklumi orang-orang yang protes karena keberatan dengan adanya kenaikan harga BBM. Seribu atau dua ribu rupiah mungkin tak berharga bagi kita, tapi bisa bernilai bagi mereka.