Tampilkan postingan dengan label Cinta dan Lainnya. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cinta dan Lainnya. Tampilkan semua postingan
Jumat, 01 Agustus 2025

Dalam Hujan

Dalam hujan, ada lagu yang hanya bisa didengar oleh mereka yang rindu.


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 22 September 2012.

Jumat, 10 Januari 2025

Preferensi Pasangan

Umumnya, orang punya preferensi pribadi terkait pasangan yang ingin dimiliki. Dari tampilan fisik sampai kebiasaan. Kalau boleh menyarankan, sebaiknya cari pasangan yang benar-benar sesuai preferensi pribadimu, dan jangan berpikir kamu akan bisa mengubahnya seiring waktu.

Misal, kalau kamu perempuan dan ingin pasangan yang tidak merokok, sebaiknya sejak awal cari pria yang memang tidak merokok. Jangan pernah berpikir kamu akan bisa mengubah dan menghentikan kebiasaan merokoknya, karena itu tidak akan terjadi, dan membuatmu makan hati.

Pria mungkin memang mau dan mampu mengubah kebiasaannya, dalam hal ini kebiasaan merokok. Tapi sering kali itu berdasar kesadaran pribadi, bukan karena dipaksa-paksa pasangannya. Jadi tidak usah bermimpi jadi “bidadari penyelamat” yang akan bisa mengubah pasanganmu.

Jumat, 20 Desember 2024

Beban Terberat Pacaran

Beban terberat pacaran—setidaknya bagiku—bukan uang, bukan kesetiaan, bukan tanggung jawab (aku punya semua itu)... tapi waktu. Aku tidak punya waktu! Sementara pacaran menuntut banyak waktu. Dari waktu nilpon, chatting, sampai ketemuan, dan lain-lain.

Cewek tuh ya—tolong maafkan kalau ini kasar—waktu belum jadian, sok jaimnya selangit. Tapi kalau sudah jadian, penginnya ketemuuuuuuuuuu terus. Bahkan sudah ketemuan lama saja, sering kali tidak cukup. Cewek masih butuh diperhatikan, ditilpon, dan lain-lain.

Karenanya, menurutku, aktivitas pacaran hanya cocok untuk orang-orang selo, yang punya banyak waktu luang, lebih bagus lagi kalau pengangguran! Orang-orang sibuk yang punya banyak kerjaan biasanya kewalahan kalau pacaran, karena sulit membagi waktu yang terbatas.

Terkait hubungan dengan perempuan, aku percaya bahwa setiap pria menghadapi dua pilihan... dan dia harus memilih! Pertama, mengejar impiannya. Atau kedua, menjalin hubungan dengan perempuan. Mungkin ada yang bisa mendapatkan keduanya, tapi itu satu banding sejuta.

Semakin tinggi impian/ambisi seorang pria, semakin sedikit waktu yang dimilikinya. Dan itu artinya, sekali lagi, dia harus memilih. And then, inilah hasilnya: Jika pria mengejar impiannya, perempuan akan mengikuti. Tapi jika pria mengejar perempuan, impiannya akan hilang.

Jadi, di sisi lain, perempuan juga menghadapi dua pilihan. Pilihan pertama, pria yang punya banyak waktu luang hingga bisa terus asyik pacaran, tapi tidak punya masa depan... atau pilihan kedua, pria yang jarang punya waktu luang untuk pacaran tapi punya masa depan.

Mungkin memang ada pria yang punya banyak waktu luang untuk pacaran, sekaligus punya masa depan gemilang. Tapi, realistis sajalah, itu satu banding sejuta! Kamu benar-benar beruntung kalau bisa seperti itu, atau punya pacar yang seperti itu... jika bukan utopia. 

Jumat, 01 November 2024

Sangat Sederhana

Kadang-kadang cinta sangat sederhana. Kau membuka akun Twitter atau FB seseorang, dan kemudian jatuh cinta kepadanya. Sesederhana itu.

Kadang-kadang hidup sangat sederhana. Kau menemukan seseorang yang tepat seperti yang kauimpikan, dan hidup berubah warna. Sesederhana itu.


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 7 Mei 2014.  

Minggu, 01 September 2024

Itulah Cinta

Angin menyerbuki bunga tanpa membuatnya layu. Kupu-kupu menari di antara bunga tanpa membuat mereka terluka. Itulah cinta.


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 28 Mei 2014.  

Sabtu, 10 Agustus 2024

Cara Mudah Bicara dengan Laki-laki

Wanita sering lupa bahwa lelaki adalah manusia biasa yang hanya paham bahasa manusia.

Cara mudah bicara dengan lelaki agar maksudmu bisa dipahami: Berbicaralah dengan bahasa manusia.

Sehebat apa pun lelaki, mereka tidak bisa membaca pikiran orang lain. Jika ingin menyatakan sesuatu pada mereka, gunakan kata-kata.


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 15 Mei 2014.  

Kamis, 01 Agustus 2024

Sulit Jatuh Cinta

Kalian pasti pernah, atau bahkan sering, menemani teman berbelanja—entah belanja baju, sepatu, tas, atau yang lain. Pernah memperhatikan bagaimana cara teman berbelanja?

Saya juga kadang menemani teman berbelanja, misal beli baju, dan semacamnya. Ada teman saya yang “tipe gampangan”. Dari rumah, dia sudah niat beli celana, misalnya. Sesampai di swalayan, kami langsung menuju tempat penjualan celana, lalu milih yang cocok, coba di kamar pas, dan bayar di kasir. Selesai. Sebagai teman yang menemani, saya senang dengan tipe seperti ini, karena menemaninya belanja tidak menguras tenaga.

Sebaliknya, ada teman lain, yang sepertinya “sangat rewel” dalam urusan belanja. Dari rumah, dia juga sudah niat beli celana, misalnya. Sesampai di swalayan, kami memang mendatangi tempat penjualan celana, tapi dia tidak bisa langsung menentukan mana yang cocok. 

Biasanya, kami akan mutar-mutar dulu di tempat itu, memelototi semua celana yang ada di sana, lihat dan periksa satu per satu, coba ke kamar pas, kembalikan, kurang cocok, cari lagi, dan begitu seterusnya... sampai akhirnya menemukan yang pas. Bahkan sudah begitu, kadang dia masih ragu, lalu mencoba yang lain, dan begitu seterusnya, sampai akhirnya selesai, dan membayar di kasir. Biasanya, begitu urusan belanja itu selesai, saya merasa mau semaput, saking capeknya.

Di antara dua tipe tersebut, tentu ada tipe-tipe lain dalam urusan belanja. Saya sendiri juga punya “kebiasaan”—yang mungkin lebih tepat disebut insting—tertentu.

Kalau berniat beli baju, misalnya, saya tentu akan mendatangi tempat penjualan baju. Di sana, saat memandangi baju-baju yang ada, saya akan tahu apakah suatu baju cocok untuk saya atau tidak, tanpa harus mencobanya. Kalau merasa tidak cocok, saya benar-benar tidak berminat. Sebaliknya, ketika menemukan yang cocok, saya akan langsung sreg, “Ini!” 

Proses itu bisa jadi membawa saya masuk ke tempat penjualan pakaian, dan sama sekali tidak mampu menemukan satu pun pakaian yang saya anggap tepat. Saya pernah masuk mal yang menyediakan ribuan pakaian, tapi tidak ada satu pun yang mampu menarik minat. Intinya, kalau saya tidak suka, saya memang tidak suka. Saya tidak bisa dipaksa—atau dirayu—menyukai sesuatu, karena hasilnya tetap saja; saya tidak suka.

Sebaliknya, saya juga sering masuk swalayan, dan langsung menemukan baju yang pas. Jika sudah cocok dengan suatu baju, urusan selanjutnya sangat mudah. Saat dicoba di kamar pas, tinggal melihat apakah ukurannya sesuai atau tidak. Kalau sudah sesuai, langsung bawa ke kasir. Kalau kurang sesuai, tinggal ganti ukuran. Usai pembelian, saya sudah tak berminat melihat baju-baju lain, karena biasanya tidak akan membuat saya tertarik.

Saya tipe orang yang biasa berpikir, “Kalau aku sudah memilih sesuatu, artinya itu pilihan terbaik.”

Prinsip semacam itu juga terjadi dalam hal lain. Dari membeli sepatu, tas, aneka barang, dan lain-lain. Dalam hal itu, saya tidak pernah terpengaruh tren atau semacamnya. Artinya, ketika memilih sesuatu, pilihan itu murni karena selera pribadi, bukan karena pengaruh tren atau sekadar “sedang musim”. Sebenarnya, saya bahkan tidak peduli dengan tren. 

Begitu pula saat jatuh cinta pada seseorang.

Saya menyadari, saya bukan orang yang mudah jatuh cinta. Mungkin saya bisa menyebutkan kriteria perempuan yang membuat jatuh cinta. Tetapi, ketika berhadapan dengan perempuan yang tepat seperti kriteria itu, tidak ada jaminan saya akan jatuh cinta. Ini soal hati—sesuatu yang sulit dideskripsikan. Intinya, ketika menemukan seseorang yang membuat jatuh cinta, saya akan “tahu” bahwa saya jatuh cinta kepadanya.

Dan ketika saya sudah jatuh cinta pada seseorang, saya pun tidak berminat pada yang lain. 

Dulu, ketika masih pacaran dengan seseorang, saya sering menghadapi waktu-waktu tertentu yang memungkinkan saya bertemu dengan perempuan-perempuan yang bisa jadi lebih menarik dari pacar saya. Tapi saya sama sekali tidak tertarik. Oh, tertarik mungkin ya, tapi ya cuma sebatas itu. Karena saya sulit jatuh cinta.

Soal Wanita

"Umpama ujian," katanya, "fisik wanita itu seperti pilihan ganda. Sedang hatinya seperti soal esai."


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 20 September 2012.

Ocehan Bocah

Saat cewek tahu didekati cowok, dan dia bermaksud menerima cowok tersebut, kebanyakan cewek berpikir, “Aku mau jadi pacarmu. Tapi kamu harus melakukan ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, dan kamu harus begini, begini, begini, begini, begini, begini, begini...” 

Intinya, si cewek akan mempersulit si cowok terlebih dulu, sebelum menerimanya. Tentu saja itu hak mereka.

Cuma, kalau kebetulan aku yang jadi si cowok, dan aku dipersulit seperti itu, aku akan berpikir, “Kenapa kamu mengira aku mau melakukannya? Wong kamu tidak jadi pacarku pun, SAMA SEKALI BUKAN MASALAH bagiku. Aku memang jatuh cinta kepadamu. Tapi aku tidak punya waktu untuk melakukan hal-hal tolol seperti itu.”

Senin, 01 Juli 2024

Wanita Tidak Suka Pria Baik

[Karena ini cuma catatan singkat, kalian bisa menambahkan detail-detailnya sendiri—kalau mau.]

Pria baik punya tujuan hidup, cita-cita, atau apapun sebutannya, dan dia fokus pada impian itu. Karenanya, pria baik tidak mengejar-ngejar wanita. Kalau kemudian dia tertarik pada wanita, dia mendekati dengan baik. Jika respons si wanita negatif, pria baik akan tahu diri, dan pergi.

Pria brengsek sebaliknya. Mereka tidak punya tujuan hidup, sehingga punya banyak waktu selo untuk mengejar-ngejar wanita. Ketika pria brengsek mendekati wanita, dia akan mewujudkan diri seperti yang diinginkan wanita, dan itulah kenapa banyak wanita jatuh ke pria brengsek.

Jika pria tidak punya tujuan hidup, ia akan fokus pada wanita. Ini “fakta klasik” yang telah terjadi sejak zaman dahulu kala, tapi tidak juga dipahami rata-rata wanita. Alasannya krusial; karena rata-rata wanita menginginkan sosok pria yang tepat seperti yang diwujudkan pria brengsek!

Wanita ingin dinomorsatukan, dan hanya pria brengsek—yang tidak punya tujuan hidup, hingga punya banyak waktu—yang bisa memberikan hal itu. Pria baik tidak menomorsatukan wanita, mereka menomorsatukan tujuan hidupnya! Manakah yang akan dipilih wanita? Jawabannya jelas; pria brengsek.

Wanita ingin ditelepon setiap saat, dikirimi chat setiap waktu, ditemui kapan pun, dan hal-tidak-penting-lain yang sering kali sulit dilakukan pria baik. Karena pria baik tidak punya waktu untuk hal-hal semacam itu. Sebaliknya, pria brengsek bisa melakukannya, karena mereka punya banyak waktu luang.

Jika ada pria baik yang bisa mewujudkan dirinya seperti yang diinginkan wanita—dari melakukan hal-hal tidak penting sampai menomorsatukan wanita—kemungkinan besar dia pria kaya-raya yang memang tidak perlu lagi pusing mikir kerja dan banting tulang demi cita-cita hidup.

Kita mengakui ada pria-pria semacam itu, yang baik dan kaya-raya sehingga tidak perlu kerja keras, dan punya banyak waktu selo. Tapi akui sajalah, berapa banyak pria yang seperti itu? Rata-rata pria dihadapkan pada dua pilihan penting; memilih wanita, atau mengejar tujuan hidup!

Kalau kamu wanita, dan pria yang pacaran denganmu bisa terus memberikan banyak waktu dari sekadar say hello, chat romantis tiap malam, antar jemput kemana pun dan dimana pun, dan “sempurna”, seharusnya kamu perlu curiga, “Kok dia bisa meluangkan banyak waktunya untukku?”

Pria baik—yang fokus pada tujuan hidupnya—tidak menomorsatukan wanita. Tapi pria brengsek yang tidak punya tujuan hidup—hingga punya banyak waktu selo—mampu menomorsatukan wanita. Manakah yang dipilih rata-rata wanita? Ya, pria brengsek! Dan itulah masalahnya!


Footnote: 

Agar tidak terjadi kesalahpahaman, catatan singkat ini hanya dalam konteks hubungan pra-pernikahan, semisal pacaran. Kalau sudah masuk pernikahan, kamu akan tahu sendiri seperti apa pasanganmu—tidak perlu orang lain yang menjelaskan.

Pasangan yang Realistis

Pria yang diinginkan wanita realistis dalam arti sesungguhnya—yang mungkin bisa disepakati semua orang—mungkin tidak harus kaya-raya dan secakep bintang Korea, tapi yang bertanggung jawab dan rajin bekerja, yang tidak "mengajak hidup susah". Emang siapa yang tertarik hidup susah?

Sebagai pria, aku juga begitu, kok. Aku tidak mengimpikan wanita secantik artis, misalnya, juga tidak harus punya pasangan yang sangat cerdas. Tapi cukup wanita dewasa yang punya aura mbakyu. Itu "realistis" menurutku. Kalau menurutmu beda, ya tidak apa-apa.

Di mataku, dan ini tentu subjektif, wanita baru memancarkan aura mbakyu (maksudnya kedewasaan yang menenteramkan) di kisaran usia 25 sampai 30 ke atas. Makanya aku jarang tertarik (secara bocah) pada wanita yang usianya masih di bawah itu. Wanita dewasa itu indah, menurutku.

Ya meski ada pula wanita yang masih remaja tapi sudah memancarkan kedewasaan, dan ada pula wanita dewasa yang masih kekanak-kanakan.


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 17 Desember 2022.

Pacaran Udah Out of Date

Sekian tahun lalu, aku sudah ngomong ini. Bahwa "pacaran" itu udah out of date. Sekarang adalah jamannya "mbakyuan". Apppeu.


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 8 Desember 2022.

Kamis, 20 Juni 2024

Aku Mencintaimu

"Aku mencintaimu," kata si perempuan. 

"Apa...?!" sahut si laki-laki. "Kau mau mengutukku?!"


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 27 Juli 2012.

Selasa, 20 Februari 2024

Cara Terbaik Jatuh Cinta

Cara terbaik jatuh cinta kepada bunga adalah membiarkannya tumbuh mekar.

Memetik bunga dengan alasan tertarik kepadanya adalah tindakan keliru. Begitu dipetik, bunga segera layu.


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 19 Mei 2014.

Jumat, 01 Desember 2023

Mengingatmu

Aku selalu mengingatmu sebagai pengingat diriku sendiri. Bahwa aku masih memiliki hati.


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 13 Desember 2012.

Jumat, 10 November 2023

Sejuta Alasan Jatuh Cinta

Kita punya sejuta alasan untuk jatuh cinta. Tapi sering kali hanya satu yang masuk akal.


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 4 September 2012.

Cowok Harus Tahu

Mula-mula, perempuan hanya butuh perhatian. Lama-lama, perempuan mulai butuh kepastian. #CowokHarusTahu


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 22 Agustus 2012.

Rabu, 01 November 2023

Mengapa Wanita Suka Berdandan?

Banyak wanita mengatakan bahwa mereka berdandan untuk kesenangan diri sendiri (bukan untuk menarik perhatian lawan jenis). Benarkah?

Berdasarkan penelitian, jawaban itu sebenarnya belum selesai—dan wanita tampaknya tidak mungkin mengatakan keseluruhan jawabannya terang-terangan.

Wanita memang berdandan untuk kesenangan diri sendiri, TETAPI itu baru motivasi pertama. Ada dua motivasi lain, yang tidak pernah mereka katakan. Pertama, untuk bersaing dengan sesama wanita; dan kedua, untuk menarik lawan jenis [yang sesuai kriteria mereka].

Wanita adalah makhluk kompetitif, jauh lebih kompetitif dibanding pria. Bedanya, pria bersaing secara terang-terangan, hingga mudah terlihat. Sementara wanita bersaing diam-diam hingga tak terlalu kelihatan. Karena itulah mereka suka bilang, "Ah, cantik kamu!" Padahal yo mbuh.

Wanita berdandan memang untuk kesenangan pribadi—itu benar. Tujuan kedua adalah untuk bersaing dengan sesama wanita. Ingat, mereka makhluk kompetitif, dan mereka senang tampak lebih menawan dibanding wanita lain. BARU SETELAH ITU, mereka berharap bisa menarik lawan jenis.

Banyak pria yang bingung dengan fenomena ini: Ada wanita-wanita yang memakai rok sangat mini, dengan memperlihatkan pahanya. Pria berpikir, wanita memamerkan keindahan pahanya pasti untuk menarik pria. Benar, TETAPI HANYA PRIA YANG SESUAI KRITERIA MEREKA! Di sinilah masalahnya!
Wanita senang dipandangi lawan jenis, TAPI YANG SESUAI KRITERIA MEREKA. Kalau kamu memandangi wanita dan dia menggamparmu, artinya kamu bukan kriterianya. Karena itulah, etika mengajari kita agar memperhatikan sikap, karena kita tidak bisa yakin apakah masuk kriterianya atau tidak.

Sebenarnya, pria pun mengalami hal serupa, meski mungkin tak terlalu sadar. Kalau ada wanita dewasa memandangiku, misalnya, aku berpikir, "Ingin kuserahkan diriku padamu, Mbak."

Tapi ketika dipandangi cewek ABG, rasanya aku ingin ngamuk dan berteriak, "KAMU CEWEK BAU POPOK TAHU APAAAA?"


*) Ditranksrip dari timeline @noffret, 20 Mei 2019.

Bagi Cinta

Bagi kebodohan, cinta adalah tuhan. Bagi kebijaksanaan, cinta hanyalah soal pilihan.


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 17 April 2012

Jumat, 20 Oktober 2023

Mbakyu yang Pintar Masak

Dulu, waktu masih suka keluar rumah buat makan, aku mikir, “Mending pakai Gofood, gak perlu keluar kalau hujan.” 

Giliran pas hujan, mau pesan Gofood susah banget. Alasannya, “Area resto ini sepi driver,” atau, “Semua driver lagi sibuk.” 

Yeah, driver-nya juga malas keluar!

Aku gak tahu gimana dengan kota-kota lain, ya. Tapi di kotaku, tiap hujan selalu susah pesan Gofood. Sudah pesan, restonya langsung siapin pesanan, tapi driver-nya tidak ada. Begitu terus menerus. Sampai stres, rasanya.

Solusi untuk mengatasi masalah ini kayaknya emang punya mbakyu (maksudnya istri). Lebih spesifik, istri yang pintar masak—bukan sekadar bisa masak. Kalau sekadar “bisa masak”, aku juga bisa (masak mi instan, misalnya). Pintar masak itu hasil masakannya enak dan layak dimakan.

“Halah, cari istri cuma biar ada yang masak di rumah! Gak ilmiah blas!” 

Bodo amat! Kamu nyari suami yang ganteng, pintar, dan kaya-raya, dan aku diam aja. Sekarang aku nyari istri yang pintar masak, kenapa kamu ngamuk? 

....
....

Ingin punya mbakyu yang pintar masak, ya Allah.

 
;