Pada masa Yunani kuno, ada hewan mitologi terkenal bernama manticore atau mantichoras, yang digambarkan sebagai hewan buas dan ganas yang memiliki tiga baris gigi di masing-masing rahangnya, dan di ujung ekornya terdapat duri-duri runcing mengerikan.
Di zaman modern, para ilmuwan memprediksi bahwa sosok manticore sebenarnya rekaan orang di zaman kuno, karena ketakutan terhadap harimau, hewan yang baru dilihatnya. Beberapa orang di masa itu mungkin pertama kali menyaksikan harimau, lalu sangat ketakutan, dan menceritakannya ke orang lain.
Itulah ajaibnya omongan dari mulut ke mulut, dan “keajaiban” itu sudah terjadi sejak zaman Yunani kuno. Si A melihat harimau, ketakutan, lalu menceritakannya pada Si B. Mungkin Si A menggambarkan harimau yang dilihatnya secara akurat, tapi Si B lalu menambahi.
Mungkin Si A mengatakan pada Si B, “Aku melihat hewan aneh, besar, tampak buas, dan mengerikan.”
Si B lalu menceritakannya pada Si C, “Eh, Si A tadi melihat hewan aneh, buas, dan dia sangat ketakutan. Soalnya, hewan itu punya tiga baris gigi! Gila, kan?”
Si C, yang mendengar cerita itu, lalu menceritakannya pada Si D, “Menurut Si C, Si A tadi melihat hewan buas, aneh, dengan tiga baris gigi mengerikan. Hewan itu juga punya ekor yang ujungnya berduri. Kira-kira hewan apa yang telah dilihat Si A, kok wujudnya aneh begitu?”
Si D lalu menceritakan ulang pada Si E, dan begitu seterusnya. Tiap kali cerita berpindah mulut, deskripsinya berubah, karena si pencerita menambah-nambahi. Hasilnya, seperti yang kemudian diyakini masyarakat Yunani kuno, adalah hewan yang mereka sebut manticore.
Manticore adalah hewan mitos yang tidak bisa dibuktikan keberadaannya, karena ia hanya “khayalan” orang-orang yang doyan menambah-nambahi cerita. Karena hewan yang sebenarnya dilihat Si A adalah harimau, dan harimau jelas jauh berbeda dengan sosok manticore.
Dalam kasus ini, yang jadi topik pembicaraan adalah hewan, yang ujung-ujungnya cuma menjelma mitologi. Bayangkan jika sosok yang dibicarakan adalah dirimu. Orang yang aslinya baik, bisa berubah buruk, ketika melewati cocot orang per orang—hanya karena sentimen pribadi.