Rabu, 20 Desember 2023

Waktu yang Tepat untuk Menikah

Lagi buka-buka majalah Cosmopolitan edisi lama, dan nemu hasil studi yang menarik. Para peneliti di University of Winnipeg, Kanada, menemukan fakta terkait relasi pria-wanita. Menurut penelitian mereka, pacaran bikin pria cepat bosan, tapi pernikahan bikin wanita cepat bosan.

Beverley Fehr, salah satu peneliti, menyatakan, “Mereka yang masih berpacaran mungkin jarang mengalami kebosanan, karena lebih mudah melepaskan diri dari hubungan ketika rasa bosan datang.” Sementara dalam pernikahan—ini kalimatku—tidak ada kesempatan “melepaskan diri”.

Sebagai bocah, dari dulu aku percaya, bahwa pria dan wanita memang dua makhluk berbeda, dan, secara biologi, mereka tidak bisa disatukan sampai lama. Orang-orang kuno sudah tahu kenyataan itu, hingga mereka sengaja menciptakan doktrinasi untuk mengikat keduanya sampai mati.

Tentu saja ada pria-pria dan wanita-wanita, yang menjalani perkawinan bertahun-tahun, dan mereka tidak pernah bosan sama sekali pada pasangannya—oh, well, aku percaya. Dan kalaupun itu benar-benar ada, aku juga percaya itu deviasi, karena bertentangan dengan hukum alam.

Jadi, aku percaya bahwa—secara biologi, dalam perspektif evolusi—pria dan wanita tidak bisa disatukan sampai lama dalam perkawinan, karena ending-nya kebosanan. Tapi kita hidup di masyarakat yang memegang norma perkawinan. Bagaimana solusinya? Bagiku sederhana saja, dan mudah.

Karena aku harus mengikuti norma masyarakat, dalam hal ini harus menikah (karena tidak mungkin samen leven, misalnya), aku akan menikah pada waktu yang tepat—waktu yang, secara hukum alam, tidak sampai membuatku bosan pada pasangan. Artinya, tidak buru-buru menikah!

Merujuk studi tadi, orang-orang mulai mengalami kebosanan akut ketika memasuki usia 30 tahun perkawinan. Fakta ini, bagiku, sangat penting dalam memberi tahu kapan waktu yang tepat untuk menikah—kalau memang bermaksud menikah.

Ocehan ini kutulis 2 tahun yang lalu, mengungkap asal usul patriarki, yang sebenarnya dimaksudkan sebagai instrumen penting perkawinan. Lihat bagaimana cerdik dan liciknya sistem ini membelit kita semua.


Footnote:

Sebagai pelengkap ocehan ini, aku ingin mengutip beberapa pernyataan para artis/selebritas terkait perkawinan. Kalian mungkin tidak ingin mendengarnya.

“Pernikahan adalah institusi mematikan. Saya kira kita harus membuat aturan sendiri. Saya tidak berpikir kita harus menjalani hidup dalam sebuah hubungan berdasarkan tradisi lama yang tidak sesuai lagi dengan dunia kita." —Cameron Diaz

"Tanpa ingin terdengar pesimis, saya belajar untuk tidak mempercayai pernikahan. Saya percaya pada komitmen yang dibuat di hati Anda. [Tapi] tidak ada kertas yang dapat membuat Anda tetap tinggal [bersama seseorang selamanya]." —Diane Kruger

“Pernikahan bukan suatu keharusan. Saya belum punya alasan untuk mengubah pendapat saya tentang pernikahan. Saya tidak cukup pintar ataupun bijak untuk menikah." —Sunny, Girls Generation

"Saya belum pernah bertemu seseorang yang bisa membuat saya berpikir, 'Wow, aku bisa membayangkan menghabiskan sebagian hidupku bersamamu’. Saya bahkan tidak tahu apakah manusia memang secara genetik diciptakan untuk bersama satu orang saja seumur hidup mereka." —Shailene Woodley

"Menurut saya, monogamis itu tidak natural. Mungkin saya bisa dicerca kalau berbicara seperti ini, tetapi monogami memang butuh usaha besar dan kerja keras." —Scarlet Johansson


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 2 Agustus 2021.

Kamu Berhak Bahagia

Hidup ini sebenarnya mudah. Yang menjadikan hidup terasa sulit, karena kita berusaha menjalani hidup seperti yang dipikirkan atau diinginkan orang lain. “Kamu harus begini, kamu harus begitu,”—itulah yang membuat hidup terasa sulit. Padahal kamu berhak hidup dengan caramu.

Kamu berhak hidup dengan caramu sendiri, dan kamu bisa mengatakan persetan pada apa pun yang mencoba mengatur-atur hidupmu. Selama kamu tidak mengganggu orang lain, tidak melecehkan atau merugikan orang lain, kamu berhak hidup dengan caramu sendiri, apa pun pilihanmu!

Sudah terlalu lama kita hidup dengan disetir atau bahkan dicengkeram aturan-aturan yang dibuat orang lain, padahal mereka tidak punya kontribusi apa pun dalam hidup kita. Mereka ingin kita begini, mereka ingin kita begitu, padahal mereka bukan siapa-siapa dalam kehidupan kita.

Kamu berhak menikah atau tidak, berhak punya anak atau tidak. Kamu berhak menjalani kehidupan seperti yang kamu impikan, yang membuatmu bahagia. Kamu yang menjalani kehidupanmu sendiri, bukan orang lain. Jadi dengarkan hatimu, bukan omongan orang-orang lain.

Kamu tidak punya kewajiban menyenangkan semua orang. Karenanya, kalau ada orang yang tidak menyukaimu, itu masalah mereka—bukan masalahmu. Tugasmu adalah menjalani kehidupan dengan baik, bermanfaat, mengisi hidup dengan hal-hal yang membuatmu bahagia.

Dan jika ada yang mencoba mengusik ketenteraman hidupmu... katakan “persetan” pada mereka.

Cara Mengalahkan Algoritma

Cara kerja mesin, komputer—atau algoritma yang sekarang mencengkeram kita—bisa diprediksi. Tapi cara kerja manusia, sesungguhnya, tidak. Sayangnya, atau ironisnya, manusia berpikir dan menjalani hidup secara mekanis, persis mesin, sehingga justru bisa ditebak dan diprediksi.

Manusia menciptakan mesin-mesin canggih dengan “memasukkan pikiran manusia” ke dalamnya. Karena itulah, komputer bisa bermain catur, algoritma bisa menebak kita, dan melakukan banyak pekerjaan lain. Itu “manusia” dalam skala ribuan kali, tapi tetap “manusia”.

Jika kita bersaing melawan mesin canggih ini—“manusia” yang kemampuannya telah dilipatgandakan hingga ribuan kali—kita akan mati sia-sia, karena percuma. Kita tidak akan menang. Jadi, selama kita masih berpikir seperti umumnya manusia normal, selamanya kita akan kalah.

Jangankan melawan mesin-mesin canggih dan keparat-keparat algoritma yang genius, bahkan melawan kalkulator yang sederhana saja kita kalah! Kemampuan mengetik, aritmatika, rasionalitas, logika, bahkan membajak sawah, telah bisa dilakukan mesin, bahkan jauh lebih baik.

Karenanya, menurut saya, cara menang melawan mesin-mesin canggih—dan algoritma—adalah berpikir “seperti bukan manusia umumnya”. Orisinalitas yang irasional, sedikit kegilaan yang tidak logis—sebagai ganti logika yang kaku—tak bisa ditiru bot atau diprediksi algoritma.

Gebyar

Seorang bocah bertanya, “Apakah kamu pernah menulis sesuatu yang di dalamnya terdapat kata ‘gebyar’?”

Saya mengingat-ingat sejenak, lalu menjawab, “Sepertinya belum pernah.”

“Kalau begitu, kamu harus menulisnya!”

“Apakah itu penting?”

“Sangat penting,” dia menjawab. “Karena hidup ini sungguh sia-sia jika kita tidak pernah menulis sesuatu yang di dalamnya terdapat kata ‘gebyar’.”

....
....

Maka saya pun menulis catatan ini.

Agar hidup saya tidak sia-sia. 

Menyenangkan

Menyenangkan, bagiku, sederhana. Ngobrol dengan teman, sambil leyeh-leyeh.


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 6 November 2020.

Noffret’s Note: Danilla

Selalu senang melihat Danilla tertawa.

Barusan nonton Danilla Riyadi di YouTube. Salah satu komen berbunyi, "... jiwa cowok liar yang terjebak dalam tubuh wanita cantik." Seketika aku ngakak.

Meski dia penyanyi, aku lebih suka lihat Danilla ngomong atau lagi ngoceh, karena bikin yang lihat jadi senyum-senyum atau cekikikan sendiri.


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 19 Agustus 2019 dan 22 Februari 2020.

Hari Ibu

Omong-omong soal Hari Ibu, catatan ini relevan dibaca kembali. Karena ibumu bukan ibuku.

Shitlicious, Young Lex, dan Ibu di Balik Layar » http://bit.ly/2EKliKC


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 22 Desember 2020.

Keraguan

Keraguan adalah temanku. Dan ia kini membunuhku perlahan-lahan.


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 3 April 2012.

Heran

Heran. Apa orang-orang yang saban tahun ribut soal Natal itu gak capek atau bosan? Wong aku cuma lihat saja sudah capek campur bosan!


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 21 Desember 2019.

Sruh Sruh

Ooohh...

Minggu, 10 Desember 2023

Mental Kaya, Mental Miskin

Thread di bawah ini menarik, dan sangat saintifik, meski masih menyisakan satu pertanyaan yang tidak/belum terjawab.

Aku bisa menjawab pertanyaan itu hanya dengan satu kata. Tapi jika kukatakan, belum tentu orang akan percaya, karena akan terdengar tidak saintifik.

Mental.

Mental Kaya, Mental Miskin


Pendidikan, kesehatan, koneksi, atau apa pun yang bisa disebut privilese di luar diri seseorang, semuanya bisa diperoleh anak miskin—terlepas bagaimana caranya. Tapi ada satu hal yang sulit diperoleh anak miskin, yaitu "mental kaya"—sesuatu yang secara default dimiliki anak kaya.

Aku menyetujui semua uraian dalam thread saintifik tadi, karena nyatanya memang tak terbantah. Tapi thread tadi belum menyentuh 1 faktor penting yang nyatanya memang sulit diukur; bahwa yang merusak kehidupan orang miskin bukan hanya kemiskinannya, tetapi juga mental miskinnya.

Mental itulah yang, dalam pikiranku, menjadikan anak miskin sulit kaya, sebagaimana anak kaya—yang lahir di keluarga kaya—sulit miskin.

Seperti yang kusebut tadi, ini terdengar tidak saintifik, bahkan terdengar tidak adil. Untungnya, "mental" itu bisa dipelajari, meski sulit.

Mental kaya dan mental miskin dimiliki orang per orang secara default, tergantung di keluarga mana ia dilahirkan. Ini bukan sekadar mindset yang bisa diukur; ini lebih pada—bagaimana aku harus menyebutnya?—semacam kristalisasi "doktrin hidup" yang diterima orang per orang.

Sekadar ilustrasi, kita bisa membayangkan diri kita, yang lahir dan tumbuh besar di permukiman umum, dengan Tarzan yang tumbuh besar di hutan. Meski secara fisik mirip, tapi "mental" kita jelas berbeda dengan Tarzan, sebagaimana "mental" Tarzan jelas berbeda dengan diri kita.

Susahnya, "mental" itu sulit diukur, khususnya dengan metode saintifik, sehingga penelitian-penelitian terkait hal ini biasanya akan mentok pada "privilese umum" seperti pendidikan, lingkungan, dan semacamnya—yang bahkan tidak mampu mengungkap penyebab kemiskinan secara tuntas.

Omong-omong, aku kadang membayangkan soal ini dengan rel kereta api. Bagaimana sepasang rel kereta api dari Jakarta ke Tegal, misalnya, bisa terus sejajar dan searah?

Jawabannya sangat jelas, gamblang, sekaligus mutlak; karena mereka memang "dipaksa" begitu!

Sekarang bayangkan dalam pikiran, kita "belokkan" salah satu rel tersebut agar berubah 1 cm saja. Dari Jakarta, rel yang dibelokkan 1 cm itu bisa melenceng sangat jauh—sebegitu jauh hingga mungkin tidak sampai di Tegal, tapi ke kota lain yang jaraknya puluhan kilometer.

Mental.

Hidup kita mirip sepasang rel itu; yang kaya akan terus kaya, yang miskin akan terus miskin—sejajar, searah—karena memang "dipaksa" begitu! Karena itulah aku menyebut urusan "mental" ini telah dimiliki orang per orang secara default, tergantung di keluarga mana ia dilahirkan.

Karenanya, dalam perspektifku, cara agar keluar dari "takdir kemiskinan" adalah dengan "membelokkan mental" kita. Sekali mental itu bisa kita "belokkan", arah dan jalan hidup kita akan berubah jauh. Persis seperti rel tadi. Tetapi, itu jelas bukan pekerjaan mudah.


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 6 Juni 2020.

Uang Besar adalah Motivasi Besar

Baru selesai nonton podcast Deddy Corbuzier yang menantang Ivan Gunawan menurunkan berat badan, 20 kg dalam 3 bulan. Hadiahnya Rp500 juta.

Apakah Ivan Gunawan akan berhasil? Kemungkinan besar dia akan berhasil. Karena taruhannya Rp500 juta. Uang besar adalah motivasi besar.

Omong-omong, kelebihan berat badan itu beda dengan bongsor. Ada orang-orang yang memang perawakannya bongsor (tinggi besar) tapi tidak kelebihan berat badan, karena proporsional. Selain bongsor, ada pula semok, sintal, bahenol, appeeeuuhhh...

Konon, laki-laki yang tinggi besar menginginkan pasangan wanita yang kurus atau mungil. Sementara laki-laki yang kurus atau ramping (aku termasuk dalam hal ini), justru menginginkan wanita yang tinggi besar. Nyatanya banyak pasangan yang begitu, kan?

Tapi yo mbuh kabeh, namanya jodoh.


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 25 Juli 2021.

Membuktikan Ketidakberadaan

Di suatu jam kuliah, Bertrand Russel, filsuf Inggris, berkata, “Tidak ada badak di ruang kelas ini.”

Salah satu murid Russel waktu itu Ludwig Wittgenstein, dari Austria. Ketika mendengar gurunya mengatakan “tidak ada badak”, Wittgenstein tak percaya, dan berusaha membuktikannya.

Wittgenstein berusaha mencari badak di bawah meja-meja, di antara kursi-kursi, tapi tidak ada badak, bahkan anak badak sekalipun. 

Dan itulah pelajarannya. 

Untuk membuktikan suatu keberadaan mungkin akan sukar, tapi membuktikan ketidakberadaan benar-benar tidak mungkin.


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 28 Juni 2021.

Harta Paling Berharga

Harta paling berharga adalah sehat. #NoDebat

Nasihat seputar menjaga kesehatan mungkin terdengar cemen, kalau kita mendengarnya saat sehat. Tapi ketika sakit, kita biasanya akan menyadari bahwa nasihat-nasihat [yang mungkin terdengar cemen] itu seharusnya kita dengarkan.

Dua minggu yang lalu, cuaca di tempatku panasnya luar biasa. Sampai subuh pun terasa panas (sumuk, semromong). Lalu, tiba-tiba, cuaca berubah dingin. Perubahan cuaca ekstrem ini berdampak pada kesehatan sebagian orang. Aku termasuk di dalamnya.


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 23 Juni 2021.

Masalah di Indonesia

Salah satu masalah di Indonesia yang tak juga selesai adalah... pesan teh anget, yang datang teh panas.


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 2 Juli 2021.

I'm so Tired

Tadi, melangkah sendirian di trotoar, di depanku ada sepasang pria-wanita yang juga melangkah, dengan tas-tas belanjaan di tangan. Si wanita terdengar berkata, "I'm so tired."

Seketika otakku menerjemahkan, "Awakku lempoh (badanku capek sekali)."

Dan itu pula yang kurasakan.


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 24 Juli 2021.

Kisah Indah yang Kubaca

Turut berduka cita atas meninggalnya Gustin Suradji. Novel-novelnya dulu pernah menemani masa remajaku—kisah-kisah indah yang bisa kubaca di masa itu.


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 6 Juli 2021.

Menghambat Banyak Hal

Aku sering merasa, dan menghadapi, Jumat-Sabtu-Minggu adalah tiga hari yang menghambat banyak hal.

Seharusnya di dunia ini tidak ada hari libur.


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 19 Juni 2021.

Curut EA Masuk

Tambah ramai nih...



*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 8 Oktober 2023.

Blig

Oooh... blig.

Jumat, 01 Desember 2023

Kecoak Bikin Pusing

Paling benci kalau kamar kemasukan kecoak!

"Cobalah lihat sisi baiknya. Untung bukan godzilla yang masuk kamar."

YA NGGAK GITU JUGA MAINNYA, HADEEEH!

Kenapa kecoak susah dibasmi dan terkenal sangat kuat? Karena mereka sudah ada di bumi sejak 300 juta tahun silam. Mereka tahu cara bertahan hidup—dalam arti sebenarnya—sesuatu yang, sayangnya, tidak dimiliki manusia. Dinosaurus punah, hewan-hewan lain punah, tapi kecoak... tidak.

Kecoak bisa hidup di segala musim dan iklim. Dalam cuaca panas menyengat atau dingin membekukan, keparat-keparat kecil itu tetap enjoy dan tidak pernah stres. Saat Nagasaki dan Hiroshima dibom pada Perang Dunia II, yang selamat dari radiasi nuklir cuma kecoak!

Saat ini, ada lebih dari 3.000 spesies kecoak menghuni planet Bumi. Mereka tinggal di rumah kita, menyusup ke rumah sakit, merangkak di restoran, memanjat saluran sanitasi, terbang di antara sampah, sampai berkeliaran di dasar hutan lebat Amazon. Keparat ini ada di mana-mana!

Kecoak bisa hidup selama sebulan tanpa kepala. Ketika akhirnya mati, ia mati bukan karena kehilangan kepala, tapi karena kelaparan. Kecoak tidak butuh kepala untuk bernapas, bahkan tidak butuh otak sebagai alat kontrol tubuh. Kehilangan kepala bukan masalah bagi kecoak.

Di alam liar, kecoak sering menjadi mangsa burung, mamalia kecil, juga hewan amfibi. Tapi di perkotaan, kecoak tidak punya musuh—selain menghadapi kita, tentu saja. Dan kenapa kecoak tidak langsung mati saat kita pukul pakai sandal? Karena punggungnya memiliki pelindung kuat.

Selain memiliki daya tahan hidup yang luar biasa, kecoak sangat cepat berkembang biak. Dalam sebulan, keparat-keparat itu bisa menghasilkan lebih dari 40 yunior, atau 480 anak dalam setahun! Sepertinya mereka berprinsip banyak anak banyak rezeki, persis seperti sebagian orang.

Apa yang dimakan kecoak? Mereka kaum omnivora—makan apa saja. Kubis, feses, lem, sisa makanan di dapur, organisme mati (termasuk mayat manusia), bahkan memakan anaknya sendiri! Oh, ya, kecoak juga doyan melahap bir! Kalau kau menyimpan bir di rumah, pastikan tutupnya rapat!

Yang jadi masalah, kecoak tidak hanya menjijikkan bagi banyak orang—dan memicu fobia bagi sebagian yang lain—tapi juga menjadi penyebar bakteri dan penyakit bagi manusia. Kecoak juga menyebabkan gangguan pernapasan serta memicu asma, selain mengontaminasi makanan.

Apakah kecoak juga punya manfaat bagi kehidupan? Ya. Bagaimana pun, kecoak adalah bagian dari rantai makanan di alam. Kalau mereka punah, kehidupan akan kacau. 

Jika manusia punah, kehidupan di bumi akan baik-baik saja. Tapi kalau kecoak punah, kehidupan di bumi akan berantakan!

Lalu apa manfaat kecoak bagi manusia? Setidaknya, kecoak membantu membersihkan lingkungan kita dari sisa-sisa organisme. Percaya atau tidak, kecoak sangat peduli kebersihan! Mereka tidak peduli berada di tempat sekotor apa pun, tapi mereka berupaya tubuh mereka selalu bersih!

Kecoak juga mengandung protein tinggi, sehingga layak disantap—kalau doyan, tentu saja. Bagaimana cara memasaknya? Pertama, cabut semua kaki dan sayapnya. Potong kepalanya, dan buatlah irisan di tengah badan. Sebelum dipanggang, campur dengan irisan bawang dan garam.

Oh ya, kecoak juga sebenarnya bisa dijadikan hewan peliharaan—tentu bagi yang tidak jijik atau fobia dengannya. 

Apa untungnya memelihara kecoak? Asal tahu saja, susu paling mahal di dunia adalah susu kecoak! Kalau bisa mengumpulkan 1 liter saja susu kecoak, dijamin langsung kaya.


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 7 Mei 2019.

Hidup Terlalu Singkat untuk Mengurusi Hal-hal Tidak Jelas

Inilah alasan aku malas diajak ketemuan untuk hal-hal gak jelas. Cuma buang-buang waktu dan energi, tapi gak ada manfaatnya.

Hidup Terlalu Singkat untuk Mengurusi Hal-hal Tidak Jelas

Kalau ada orang yang hanya kenal di dunia maya mengajakku ketemuan, tapi tujuannya tidak jelas, jujur saja aku tidak tertarik. Mending aku ngurusin kerjaan yang menumpuk, atau membaca buku, atau melakukan hal lain yang jelas bermanfaat.

Beda kalau ajakannya jelas—misal, “ayo kita ketemu untuk membicarakan ini”, atau, “ayo kita ketemu untuk melakukan ini”—maka aku mulai tergerak. Karena ada tujuan jelas. Sebutkan tempatnya, dan aku akan datang menemuimu.

Hidup ini terlalu singkat untuk mengurusi hal-hal tidak jelas.


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 2 September 2023.

Yang Ideal Biasanya Utopis

Dulu kalau mau duduk, tinggal duduk saja. Sekarang kalau mau duduk harus mengeluarkan ponsel dari saku celana.

Sering aku kangen dengan ponsel-ponsel lama Sony-Ericsson. Di masanya, ponsel-ponsel produksi mereka enak digenggam, nyaman dikantongi, dan bentuknya begitu manis serta elegan.

Beda banget dengan ponsel kekinian. Sekarang, bentuk ponsel gitu-gitu aja—datar, besar, kadang berat saat digenggam, dan tidak nyaman dikantongi. Sebegitu tidak nyaman, sampai mau duduk saja harus mengeluarkan ponsel dari saku celana.

Kelebihan [sebagian] ponsel zaman sekarang, tentu saja, kecanggihannya yang luar biasa. Sebegitu canggih, sampai aku kadang takjub pada ponsel yang aku gunakan.

Mungkin akan ideal, andai saja ponsel bisa secanggih sekarang, tapi juga memiliki bentuk/tampilan yang modis seperti ponsel zaman dulu. Jadi enak digenggam, nyaman dikantongi, dan bisa diandalkan untuk berbagai kebutuhan.

Tapi yang ideal-ideal itu biasanya memang utopis, atau setidaknya sulit diwujudkan. Yang bentuknya manis dan elegan, kemampuannya biasa-biasa saja. Sementara yang kemampuannya luar biasa, wujudnya biasa-biasa saja.


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 31 Oktober 2021.

Mengingatmu

Aku selalu mengingatmu sebagai pengingat diriku sendiri. Bahwa aku masih memiliki hati.


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 13 Desember 2012.

Hotel di Alam Kubur

Di Swedia, ada hotel aneh bernama Sala Silver Mine. Yang menarik, hotel ini berada di kedalaman 155 meter di bawah tanah, dan bentuk kamarnya mirip gua dengan dinding-dinding tanah yang mengelilingi—mirip alam kubur dengan ukuran lebih besar.

Apakah nyaman? Tergantung, apakah kita mengidap klaustrofobia atau tidak. Yang jelas, kamar hotel itu bukan hanya tertutup—karena berada di kedalaman tanah—tapi juga menjadi tempat paling sepi dan paling hening di bawah langit. Benar-benar mirip alam kubur!

Apakah tidur di kamar bawah tanah itu akan didatangi malaikat yang akan menanyakan siapa Tuhanmu?

Ya enggak, laaah. Wong itu kamar hotel, bukan alam barzah! Lagian malaikat tentu bisa membedakan mana yang benar-benar alam kubur dan mana kamar hotel!


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 9 Mei 2019.

Curhat Seseorang

“Aku bahkan sampai justru.”

Curut EA Rusak Gara-gara Togel

Curut EA perlu membaca ini.

Curut EA Rusak Gara-gara Togel

*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 27 Agustus 2023.

Kerupuk Itu Penting

Seenak-enaknya mi ayam, kalau gak pakai kerupuk tetap gak enak.


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 9 Mei 2019.

Nyanyi

Lemah rasa kakiku melangkah pergi, menuju ke destinasi tak pasti... #nyanyi


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 3 April 2012.

Me

300:6 

 
;