Tadi siang, karena cuaca adem, aku pergi ke warung batagor langganan, dan menikmatinya sambil lesehan. Habis itu nyulut udud sambil leyeh-leyeh dengan perut kenyang, dan merasakan mendung yang menyenangkan. Lalu aku teringat teman-temanku di SMA.
Teman-temanku di SMA, dulu, punya celoteh khas tiap kali mendung datang, dan suasana adem menyenangkan. “Howone hawi,” kata mereka. Artinya, “Suasananya sangat enak untuk pacaran”. Istilah itu populer, dikenalkan teman-teman kami yang keturunan Arab.
Bagi banyak orang, masa SMA adalah masa terindah. Bagiku, masa SMA tidak indah-indah amat, tapi salah satu masa terbaik dalam hidup. Karena masa SMA memberi pengaruh besar pada pikiran dan hidupku; kesadaran bahwa dunia tak hanya berisi satu etnis.
Kesadaran yang mungkin “remeh” itu benar-benar kudapatkan di SMA, karena tiap hari bersama banyak orang—teman-teman sekolah—yang memiliki ciri berbeda, karena latar belakang etnis. Ada yang keturunan Jawa, Arab, Jerman, Prancis, sampai indo (etnis campuran).
Keragaman etnis itu menjadikan kami saling belajar dan memahami banyak hal mengenai teman-teman kami, dan mendapati keunikan yang sulit ditemukan di tempat lain. Ada orang keturunan Prancis yang fasih ngomong Arab, orang Jawa yang fasih ngomong Inggris, orang keturunan Jerman yang fasih ngomong Indonesia, dan, tentu saja, orang Arab yang fasih ngomong Jowo.
Yang terakhir itu—orang Arab fasih ngomong Jowo—mendominasi SMA kami, jadi banyak pula budaya Arab yang kami serap dari mereka, termasuk istilah “hawi”.
Selain “hawi”, istilah populer lain adalah “dukhon” (udud), “khalli” (cantik), “gas’ah” (ganteng), “sughul” (kerja), “zuwaj” (menikah), hingga “khub”—sila tanya artinya ke temanmu yang Arab, aku tidak nyaman menyebutkannya di sini. Soalnya emmmesssh... appeeeeuuuhh...
Ada pula istilah “gum” (bangun), yang setara dengan “cabut, yuk” saat ingin mengakhiri nongkrong. Aslinya “qum” < “qiyam”, tapi mengadopsi bahasa Arab-Yaman, yang mengubah q menjadi g (qalbi jadi galbi, maqadir jadi magadir, hingga qum jadi gum).
Daftar ini, kalau kulanjutkan, masih panjang sekali, dan mungkin bisa jadi kamus seperti Kamus Gaul-nya Debby Sehertian. Yang jelas, di antara semua “istilah gaul” Arab, yang paling populer adalah “hawi”. Artinya “pacar”. Sedangkan “hawian” artinya “pacaran”.
Istilah itu selalu kami dengar saat mendung tiba, dan suasana adem begitu menyenangkan, seperti yang tadi kunikmati di warung batagor. Dan aku sering teringat mereka, teman-temanku yang keturunan Arab tapi fasih ngomong Jowo, saat mendung menghampiri.
Kangen wong Arab yang fasih ngomong Jowo, ya Allah...