Jumat, 27 September 2013

E-Mail Dengan Nama Biskuit

Lelaki pertama berkata, “Apa yang ada dalam benakmu, jika seseorang berkirim e-mail kepadamu, menggunakan nama merek biskuit?”

Lelaki kedua mengerutkan kening. “Sori, aku belum paham. Bagaimana maksudmu?”

“Maksudku, seseorang berkirim e-mail untukmu, dan e-mailnya menggunakan nama biskuit. Apa yang kaupikirkan jika menerima e-mail seperti itu?”

“Tentunya dia punya nama, kan? Maksudku, orang bisa saja menggunakan nama seaneh apa pun untuk e-mail-nya. Tapi biasanya dalam e-mail itu kan ada nama yang benar. Maksudku, bisa saja aku membuat e-mail dengan nama blablabla@gmail.com. Tapi biasanya kan ada nama jelas yang menyertai e-mail itu, yaitu namaku yang benar.”

“Bagaimana kalau tidak? Maksudku, nama e-mail yang aneh itu tidak disertai nama jelas. Oh, well, aku tidak akan repot membahasnya kalau saja e-mail aneh itu disertai nama jelas, karena itu hal biasa. Tapi ini sama sekali tidak disertai nama yang benar, selain hanya e-mail itu. E-mail dengan nama biskuit.”

Lelaki kedua terdiam sesaat, kemudian berujar, “Mungkin dia tidak ingin kau tahu siapa dirinya.”

“Benar.” Lelaki pertama mengangguk. “Tapi kupikir bukan cuma itu. Di dunia maya, semua orang bisa menyamarkan diri dan mengaku sebagai siapa saja. Maksudku, aku bisa saja berkirim e-mail pada seseorang dengan menggunakan nama lain untuk menyamarkan identitasku. Itu mudah, kita tinggal mencari suatu nama yang cocok, lalu menggunakannya sebagai identitas e-mail. Tapi yang jelas aku tidak akan menggunakan nama biskuit sebagai nama e-mailku. Itu terlalu aneh.”

Lelaki kedua tersenyum. “Jadi, apa yang kaupikirkan?”

Lelaki pertama membalas senyum kawannya. “Kau tahu kalimat apa yang paling menggelisahkan di dunia?”

“Coba katakan.”

“Kenapa aku selalu menarik orang gila?”

Keduanya tertawa.

 
;