Aku sering TIDAK membeli sesuatu karena barang itu
terlalu dipromosikan. #PengakuanKonsumen
—Twitter, 30 Juni 2012
Dari 10 hal/barang yang kubeli, 9 di antaranya kubeli
BUKAN karena promosi. #PengakuanKonsumen
—Twitter, 30 Juni 2012
Aku suka promosi/iklan yang ELEGAN. Iklan jor-joran
justru menjauhkanku dari ketertarikan. #PengakuanKonsumen
—Twitter, 30 Juni 2012
Segala hal yang BERLEBIHAN sering kali jadi membosankan,
bahkan menjengkelkan. Begitu pun iklan. #PengakuanKonsumen
—Twitter, 30 Juni 2012
Iklan BERLEBIHAN itu seperti orang aneh berteriak,
“Lihat aku! Lihat aku!” Mungkin aku akan menengok,
tapi tak tertarik. #PengakuanKonsumen
—Twitter, 30 Juni 2012
Produser iklan: “Promosi dibuat untuk doktrinasi.” |
Konsumen: “Memangnya siapa yang tertarik doktrinasi?”
#PengakuanKonsumen
—Twitter, 30 Juni 2012
Seperti apa sih wanita cantik? Yang tidak MENOR.
Semua yang BERLEBIHAN itu MENOR.
Termasuk iklan. #PengakuanKonsumen
—Twitter, 30 Juni 2012
Produser iklan: “Promosikan terus, hingga masyarakat hafal.” |
Konsumen: “Well, aku tidak membeli semua yang kuhafal.”
#PengakuanKonsumen
—Twitter, 30 Juni 2012
Kita mengganti chanel di TV ketika iklan. Apa yang kita lakukan
ketika mendapati hal sama di TL? #PengakuanKonsumen
—Twitter, 30 Juni 2012
Ketika sebuah formula dianggap berhasil, tidak berarti formula
sama akan berakhir sama. Kita sering terjebak pada naifnya logika.
—Twitter, 30 Juni 2012
Kita hidup di Zaman Iklan. Promosi adalah agama,
semua tempat jadi sarana ibadahnya,
dan target penjualan serta keuntungan menjelma nabi.
—Twitter, 30 Juni 2012
*) Ditranskrip dari timeline @noffret.