Senin, 10 November 2014

Dilema Suami

Kalau suami tidak bekerja, atau malas bekerja, atau kehilangan pekerjaan, istri marah-marah, karena tidak ada uang belanja, dan hidup sehari-hari terasa susah.

Kalau suami bekerja dengan normal, berangkat pagi dan pulang sore, istri sering mengeluh, karena menurutnya keadaan mereka tak pernah berubah, dia tak bisa membeli ini-itu seperti teman-temannya.

Kalau suami rajin bekerja, sering lembur sampai malam, demi bisa mengumpulkan banyak uang untuk memanjakan istrinya, si istri masih marah dan sok bijak menyatakan, “Aku tidak butuh itu semua! Aku hanya ingin sering bersamamu!”

....
....

Kalau suami sering pergi untuk berbagai urusan, apalagi sampai berhari-hari, istri jadi mudah curiga dan sering marah-marah.

Kalau suami tak perlu pergi-pergi karena pekerjaannya sehari-hari bisa dikerjakan di rumah, istri sering merecoki dengan mengajaknya pergi-pergi.

Kalau suami malas kerja, istri marah karena menganggap suaminya tak bertanggung jawab. Kalau suami rajin kerja, istri marah karena menganggap suami lebih mementingkan pekerjaannya.

....
....

Kalau suami tampak lusuh, istri marah-marah dan meminta suami untuk berdandan rapi agar enak dipandang.

Kalau suami tampak necis dan wangi, istri marah-marah karena curiga suaminya sedang jatuh cinta pada wanita lain.

....
....

Kalau suami dianggap tidak perhatian, istri marah-marah karena tidak diperhatikan, “Aku punya suami tapi seperti tak punya suami!”

Kalau suami begitu perhatian, istri marah-marah dan curiga, menganggapnya sebagai topeng suami untuk menutupi perselingkuhan.

....
....

Suami istri punya sejuta alasan untuk bertengkar—meributkan hal-hal paling remeh sampai yang paling besar, dari yang ilmiah sampai yang paling tak masuk akal.

Kalau dipikir-pikir memang benar, bahwa semua hal di dunia ini berpasangan. Ada lelaki, ada perempuan. Ada suami, ada istri. Ada honeymoon... juga ada poisonmoon.

 
;