Memang, lebih baik sendiri tapi damai, 
daripada terluka karena mencintai.
—Twitter, 21 Maret 2014
Mother Theresa bisa mencintai seseorang 
yang selalu menyakitinya. 
Tapi, maaf, aku bukan Mother Theresa.
—Twitter, 21 Maret 2014
Mahatma Gandhi bisa mengasihi orang 
yang selalu melukai perasaannya. 
Tapi maaf, aku bukan Gandhi.
—Twitter, 21 Maret 2014
Seseorang menyatakan, “Mencintailah 
hingga terluka.” Ya, itulah yang pernah kulakukan, 
dan aku tak sudi melakukannya lagi!
—Twitter, 21 Maret 2014
Berurusan dengan manusia adalah berurusan 
dengan batas. Di antaranya batas kesabaran, 
batas perasaan, batas toleransi, dan batas terluka.
—Twitter, 21 Maret 2014
Ada orang sangat ketakutan pada gelap, 
karena kegelapan pernah melukainya. Begitu pun, 
ada orang sangat takut terluka, dengan alasan sama.
—Twitter, 21 Maret 2014
Jika lebih dari separuh hidupmu penuh luka, 
yang kauinginkan hanya cinta. Jika cinta ternyata 
juga melukai, kau akan lebih memilih sendiri.
—Twitter, 21 Maret 2014
Kau tidak bisa yakin seseorang tulus menyayangimu, 
jika yang ia tunjukkan selalu upaya melukai 
dan menyakitimu. Begitu pun aku.
—Twitter, 21 Maret 2014
Jika kedekatan pada akhirnya menjadi cara kita 
untuk saling menyakiti dan terlukai, mungkin 
lebih baik kita kembali asing satu sama lain.
—Twitter, 21 Maret 2014
Hidup adalah soal pilihan. Dan, terus terang, 
aku akan memilih apa pun, selama itu mendatangkan 
kedamaian, tanpa luka, meski sendirian.
—Twitter, 21 Maret 2014
Kesepian, keterasingan, dan kesendirian tak pernah 
membuatku takut. Yang kutakuti adalah kesadaran 
bahwa orang yang kucintai bisa melukaiku.
—Twitter, 21 Maret 2014
Kau bisa menyatakan atau bahkan memakiku, 
“Pengecut!” Dan aku bisa memberimu jawaban 
yang telah lama kuhafal, “Persetan!”
—Twitter, 21 Maret 2014
Setiap orang memiliki luka, trauma, dan 
ketakutannya sendiri, dan kita bisa menelusurinya 
hingga ke ujung neraka yang paling luka.
—Twitter, 21 Maret 2014
Kita bertahan dengan adaptasi, dan aku tak malu 
mengakui bahwa aku rapuh. Itu caraku melindungi 
diri sendiri, agar jarak luka semakin jauh.
—Twitter, 21 Maret 2014
Aku butuh waktu lama untuk yakin dan tak ragu 
memberikan hatiku kepadamu. Tapi satu luka kecil saja 
sudah cukup membuatku pergi menjauh.
—Twitter, 21 Maret 2014
“Pada akhirnya adalah luka,” kata Nietzsche. 
Sekarang aku memahami mengapa ia lebih memilih 
sendirian dan gila, daripada terluka.
—Twitter, 21 Maret 2014
*) Ditranskrip dari timeline @noffret.
  
 
 
