Rabu, 10 Maret 2021

Utopia Para Jenius

Jeff Bezos ingin memindahkan manusia ke luar angkasa, demi “bumi yang lebih baik”. Elon Musk bermimpi mengubah dunia dengan energi bersih, demi “bumi yang lebih baik”. Bill Gates menghamburkan uang untuk pengobatan berbagai penyakit, demi “bumi yang lebih baik”.

Semuanya utopis.

Yang dilakukan (dan diimpikan) Jeff Bezoz, Elon Musk, hingga Bill Gates, adalah berupaya menambal masalah tanpa membereskan akar masalah—khas manusia dalam menghadapi kenyataan yang tidak ingin diakui dan dihadapinya. Ironis, untuk orang-orang sejenius mereka.

Masalah bumi, dan masalah seluruh umat manusia, sebenarnya hanya ada dua—kapitalisme dan over-populasi. Dua hal itulah yang menghancurkan planet ini habis-habisan, dari penggundulan hutan, pemanasan global, sampah yang menggunung, sampai kota-kota yang nyaris tenggelam di laut.

Kapitalisme mengisap semua kekayaan bumi, bahkan mengisap keringat manusia. Sebagai hasilnya, kapitalisme menghasilkan keluaran berupa polusi, pencemaran air dan udara, kerusakan lingkungan, gunung sampah, wabah penyakit, pemanasan global, berbagai bencana—sebut lainnya.

Dan kapitalisme bisa tumbuh, hidup, bahkan berkuasa, karena didukung over-populasi. Kapitalisme tidak akan laku, jika populasi manusia terkendali. Karenanya, mengutuk kapitalisme sambil terus beranak pinak adalah lelucon paling ironis, sekaligus sangat tidak akademis.

Rumusnya sederhana: Semakin banyak manusia, semakin sedikit sumber daya bumi yang bisa diperoleh. Dan itu artinya, mau tak mau, semua orang harus masuk ke dalam sistem kapitalisme, karena hanya dengan sistem itulah setiap orang bisa makan dan melanjutkan hidup. This is a game.

Sosialisme, sosialisme-demokratis, atau sosialisme apa pun, mungkin terdengar indah. Tapi sistem-sistem itu tidak akan berdaya ketika berhadapan dengan over-populasi. Sebenarnya bukan hanya sosialisme, bahkan sistem lain—misal sistem khilafah—juga sama, tidak akan berdaya.

Mungkin ada yang ingin ngemeng bahwa sistem khilafah pernah terbukti berhasil menyejahterakan umat manusia. Itu benar, khususnya di zaman Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Tapi di masa itu populasi manusia masih terkendali. Dan Umar bin Abdul Aziz juga benar-benar pemimpin sejati.

Saat ini, jika ingin memaksakan sistem khilafah, mau tak mau harus berhadapan dengan dua hal. Pertama, over-populasi. Kedua, mungkinkah di zaman sekarang masih ada manusia seperti Umar bin Abdul Aziz? 

Jika belum tahu siapa dia, sila lihat ocehan ini:



Selama populasi manusia tak terkendali, sampai kapan pun kapitalisme akan menjadi raja, karena itulah satu-satunya sistem yang bisa bekerja—terlepas suka atau tidak. Dan selama kapitalisme yang menguasai dunia, kerusakan akan terus terjadi, pengisapan manusia akan terus terjadi.

Karenanya, yang dilakukan dan diimpikan Jeff Bezos, Elon Musk, juga Bill Gates, hanyalah berupaya menambal masalah tanpa mau melihat akar masalah—atau pura-pura tak tahu. Bahkan, sebenarnya, mereka pun menjadi bagian dari masalah, wong semuanya sama-sama menggerakkan kapitalisme.

Jadi, bagaimana solusinya? Thanos, Magneto, dan En Sabah Nur, memiliki solusi yang cemerlang, tapi kalian pasti tidak akan setuju—dan inilah masalah lainnya. Padahal solusi mereka masuk akal; runtuhkan peradaban, dan musnahkan manusia di bumi, hingga tinggal setengahnya!

Di Georgia, AS, ada monumen misterius yang memberi tahu cara menjadikan “bumi yang lebih baik”, yaitu dengan mengusahakan agar jumlah penduduk bumi hanya sebanyak 500 juta orang. Tidak ada yang tahu siapa pembuat monumen itu—mungkin Thanos, atau mungkin En Sabah Nur.

PS:

Kalau-kalau ada yang mengira aku cuma ngarang/mengada-ada, monumen misterius itu benar-benar ada, dan bisa dilihat/didatangi sampai sekarang. Namanya Georgia Guidestones, terletak di Elbert County, Georgia, AS. Kalian bisa googling, karena datanya sangat banyak di internet.


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 9 Desember 2019.

 
;