Sabtu, 20 November 2021

Pilihan Hati

Kenapa banyak laki-laki yang pacaran dengan perempuan cantik, tapi menikah dengan perempuan biasa? Dan kenapa banyak pula perempuan yang pacaran dengan laki-laki ganteng, tapi menikah dengan laki-laki sederhana?

Teguh (vokalis Vagetoz) ditanya Ruri (vokalis Repvblik), mengenai kriteria perempuan yang ingin ia nikahi. Dan ini jawaban Teguh, “Di zaman sekarang tuh gampang-gampang susah [mencari jodoh]. Apalagi yang gaul-gaul gitu, enggak masuk untuk saya." 

Laki-laki matang—Teguh berusia 38 tahun saat itu—rata-rata memang memiliki kriteria berbeda dengan laki-laki yang lebih muda [berusia 20-an]. Ini rahasia umum yang kita semua tahu. Pasangan yang ingin kita pacari bisa berbeda dengan yang ingin kita nikahi. 

Saat masih remaja, dan hubungan sebatas pacaran, kriteria kita mungkin sangat fisikal dan artifisial. Yang cowok ingin cewek cantik, dan begitu pula sebaliknya. Tapi seiring usia makin matang, dewasa, dan mulai terpikir pernikahan, kriteria pasangan biasanya berubah.

Yang dipikirkan laki-laki ketika ingin menikah, biasanya, tidak sekadar apakah si perempuan cantik atau tidak. Sebagaimana yang dipikirkan perempuan ketika ingin menikah juga di antaranya, “Apakah dia baik dan bertanggung jawab?” Dan pertanyaan lain serupa.

“Yang gaul-gaul”—meminjam ungkapan Teguh Vagetoz—mungkin tampak menarik saat kita masih belia. Tapi hubungan yang dewasa, lebih spesifik pernikahan, tidak sekadar dibangun dengan “yang gaul-gaul”, tapi lebih pada kesadaran, kematangan, dan tanggung jawab.

Kita ingin “yang gaul-gaul” ketika masih belia, karena orientasi kita masih sebatas pacaran, dan pacaran adalah aktivitas kita di luar (di hadapan mata orang-orang lain). Kita butuh “kebanggaan”—pacar kita cakep atau semacamnya; orientasinya masih fisikal dan artifisial.

Tetapi ketika berpikir tentang pernikahan, seketika orientasi kita berubah, karena pernikahan adalah aktivitas yang kita lakukan di dalam (maksudnya di dalam rumah, di ruang privat). Yang kita cari bukan lagi sebatas kebanggaan artifisial, tapi kedamaian dan ketenteraman.

Syukur alhamdulillah kalau pasangan kita cakep sekaligus bertanggung jawab dan menenteramkan hati. Tapi jika pilihannya adalah cakep ATAU menenteramkan, orang waras mana pun akan memilih yang kedua. Buat apa cakep, kalau saban hari ngajak ribut dan bertengkar?

“Di zaman sekarang tuh gampang-ampang susah [mencari jodoh]. Apalagi yang gaul-gaul gitu, enggak masuk untuk saya," kata Teguh Vagetoz. 

Begitu pula menurut saya. “Yang gaul-gaul” juga tidak cocok buat saya, karena yang saya rindukan adalah sosok mbakyu. Appeeeeuuuu...

 
;