Minggu, 20 April 2025

Jembatan Kaca di Cina

Setiap kali melihat orang-orang melangkah di titian kaca Cina, aku selalu terbayang sirathal mustaqim. "Ada yang melesat seperti kilat, ada yang berlari, ada yang berjalan pelan, ada yang merangkak..." (meski tentu tidak ada yang jatuh ke neraka).

Titian kaca ini mungkin yang model baru, pakai sensasi retak saat kaca diinjak. Padahal tanpa sensasi retak seperti itu pun sudah sangat mengerikan. Kita melangkah di atas kaca bening, di sebuah jembatan yang tergantung ratusan meter di atas tebing. Rasanya tak karuan.

Titian kaca itu dibangun dengan tujuan "agar para wisatawan bisa menikmati keindahan pemandangan di bawah." Kenyataannya, kebanyakan wisatawan yang melangkah di atas kaca itu pada mikir, "KEINDAHAN PEMANDANGAN DI BAWAH APAAN? INI KAPAN SAMPAI UJUNG, BANGSAT? MAU MATI RASANYA!"

Sangat langka orang yang bisa melangkah santai di jembatan kaca itu. Apalagi sampai selo "menikmati pemandangan di bawah". Saat sudah masuk area jembatan, rata-rata mereka akan jalan cepat, agar cepat sampai. Sebagian ada yang merangkak, dan tidak sedikit yang sampai menangis.

Seorang teman, bernama Salman, pernah melewati jembatan kaca itu, dan dia misuh-misuh sepanjang jalan. Waktu ditanya apakah dia bersedia liburan ke sana lagi, Salman dengan mantap menjawab, "Ora sudi! Mending ndusel nang hotel!"

Aku sepakat dengannya.


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 1 Maret 2020.

 
;