Betapa pun banyaknya kucing berkelahi,
selalu saja banyak anak kucing lahir.
—Abraham Lincoln
Yang membuat jengkel bukanlah suara berisik kucing ketika berkelahi. Yang
membuat jengkel adalah tata bahasa yang dipakai kucing ketika berkelahi.
—Mark Twain
Saya tak pernah paham mengapa wanita bisa mencintai kucing. Kucing suka kebebasan, tidak suka mendengarkan, cuek jika dipanggil, suka keluar malam, dan kalaupun di rumah lebih suka sendirian atau tidur. Dengan kata lain, kucing memiliki semua kebiasaan laki-laki yang dibenci wanita, tapi wanita tetap mencintai kucing.
—Jay Leno
—Abraham Lincoln
Yang membuat jengkel bukanlah suara berisik kucing ketika berkelahi. Yang
membuat jengkel adalah tata bahasa yang dipakai kucing ketika berkelahi.
—Mark Twain
Saya tak pernah paham mengapa wanita bisa mencintai kucing. Kucing suka kebebasan, tidak suka mendengarkan, cuek jika dipanggil, suka keluar malam, dan kalaupun di rumah lebih suka sendirian atau tidur. Dengan kata lain, kucing memiliki semua kebiasaan laki-laki yang dibenci wanita, tapi wanita tetap mencintai kucing.
—Jay Leno
Kalau saja saya bisa menulis semisterius kucing.
—Edgar Allan Poe
—Edgar Allan Poe
Waktu itu sudah dini hari, ketika saya masuk ke kamar dan mulai membaringkan tubuh yang letih di atas tempat tidur. Sebelum terlelap, mata saya sempat menangkap jarum jam di dinding kamar sudah menunjukkan pukul 01:01.
Satu jam kemudian, tidur saya terbangun karena suara ledakan. Suara ledakan itu sangat keras dan terdengar amat dekat, sehingga saya sampai terbangun meski sebenarnya tubuh sangat lelah. Yang membuat saya gelisah, suara ledakan itu terdengar berada di dalam rumah. Apa yang terjadi, pikir saya sambil keluar dari kamar dengan pikiran resah.
Saya segera menyalakan lampu-lampu rumah, dan seketika seisi rumah yang semula gelap gulita berubah terang benderang. Sambil mengantuk, saya memeriksa satu per satu sisi ruangan untuk mencari-cari sumber ledakan tadi. Kaca-kaca jendela tampak masih utuh, suasana dapur terlihat rapi seperti biasa, semua bagian atap tidak ada yang terlihat bocor atau berlubang. Jadi apa yang meledak tadi...?
Saya yakin suara ledakan tadi bukan mimpi. Jadi saya pun terus mencari kesana kemari di dalam rumah, untuk menemukan apa sebenarnya yang meledak, sehingga saya bisa tidur kembali dengan tenang. Semua pintu saya periksa, dan semuanya masih dalam keadaan terkunci.
Saat memeriksa ruang tengah, jantung saya berdetak makin cepat. Di sana, di atas karpet, tampak hamburan pecahan kaca berwarna hitam. Saya langsung tahu itu pecahan kaca yang semula menempel pada rak televisi. Tapi mengapa kaca itu bisa pecah, dan apa yang menyebabkannya meledak...?
Di ruang tengah rumah saya terdapat rak televisi seperti umumnya yang ada di rumah-rumah orang lain. Rak itu punya pintu kaca di bagian depannya, dan di bagian dalam terdapat susunan rak yang biasa digunakan untuk menyimpan CD dan lainnya. Nah, kaca rak itulah yang pecah berkeping-keping, yang tadi meledak sehingga suara ledakannya membangunkan saya dari tidur.
Dengan hati-hati saya mendekati serpihan kaca di atas karpet itu, dan dengan hati-hati pula memeriksa rak yang kini tak berkaca. Bagian dalam rak itu terlihat biasa-biasa saja, tak ada yang aneh. CD koleksi saya masih terjajar rapi di sana, dan sekali lagi tak ada yang aneh. Lalu mengapa kaca rak ini bisa pecah, dan meledak?
Tiba-tiba saya merinding.
Saya menengok ke jam dinding. Jarumnya menunjukkan pukul 02:02. Tiba-tiba seluruh rasa lelah seperti menguap, dan adrenalin membakar tubuh saya. Harus ada jawaban yang masuk akal, pikir saya dengan gundah. Harus ada jawaban yang logis mengapa kaca ini bisa meledak dan pecah.
Maka saya pun pergi ke dapur, membuat teh hangat, lalu duduk, dan menyulut rokok. Selama berjam-jam kemudian, saya mencari berbagai kemungkinan yang sekiranya dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan tadi. Tapi tak ada yang masuk akal. Sampai subuh terdengar, saya belum mampu menemukan jawaban apa pun. Ketika pagi menjelang, rasa kantuk yang tadi sempat pergi kini datang kembali, dan akhirnya saya pun tidur dengan rasa penasaran.
Saya bangun tidur selepas dhuhur, dan sejak itu benar-benar mengawasi seluruh isi rumah. Saya sudah bertekad untuk menemukan jawaban atas pecahnya kaca rak di ruang tengah. Dari siang sampai malam, sampai larut malam, saya terus duduk dengan tenang, sambil terus mengawasi seisi rumah.
Tepat pukul satu dini hari, mata saya terpaku ke arah rak televisi yang kemarin pecah kacanya, dan saya menyaksikan... seekor kucing keluar dari dalam rak itu!
Maka terjawablah sudah misteri sialan itu!
Selama ini memang ada seekor kucing berukuran cukup besar, yang kadang masuk dan berkeliaran di rumah. Selama ini saya membiarkan saja, karena saya pikir mungkin dia kesepian dan butuh kawan.
Jadi—dalam kerangka pikiran saya—kucing itu menggunakan ruangan di rak televisi untuk tidur atau beristirahat, tanpa sepengatahuan saya. Selama ini kelakuannya tidak saya ketahui sehingga dia bebas keluar masuk ke dalam rak itu tanpa terganggu—karena saya lupa menutup (mengunci) pintu kacanya. Nah, kemarin malam itu rupanya si kucing lagi apes. Ketika dia berada di dalam rak itu, saya menutup pintu kaca rak tersebut, tanpa mengetahui ada seekor kucing di dalamnya!
So, mungkin kucing itu kaget dan panik ketika bangun tidur dan mendapati pintu kaca tempat beristirahatnya telah tertutup dengan rapat. Kedalaman rak itu hampir satu meter. Kemudian, dengan menggunakan energi gerak berdasarkan hukum fisika yang rumusnya pasti akan memusingkan jika ditulis di sini, kucing itu akhirnya berhasil memecahkan pintu kaca rak itu, demi untuk bisa keluar dari dalamnya. Dan ledakan pecahnya kaca itulah yang kemarin malam saya dengar hingga terbangun dari tidur.
....
....
Oke, itu kisah yang terjadi setahun lalu. Tapi gara-gara kisah itu, saya kemudian berpikir dan terus berpikir mengenai kucing. Saya bertanya-tanya, apa sebenarnya manfaat kucing bagi manusia. Saya percaya, semua penciptaan di muka bumi ini memiliki unsur manfaat—eksplisit maupun implisit. Jadi, apa manfaat kucing...?
Kalau seseorang memelihara kucing persia atau kucing anggora di rumahnya, mungkin alasannya karena penampilan kucing itu memang indah dan rupawan. Artinya, kucing semacam itu dipelihara karena keindahannya. Tapi bagaimana dengan kucing kampung atau bahkan kucing garong? Apa manfaatnya...?
Yang lebih aneh lagi, selama ini ada semacam kepercayaan yang menyatakan bahwa kita tidak boleh membunuh kucing. Bahkan orang bisa panik kalau tanpa sengaja menabrak kucing di tengah jalan, dan biasanya dia akan mengurus pemakaman kucing itu dengan layak. Tapi apa sebenarnya kehebatan seekor kucing? Semakin lama memikirkan hal ini, semakin dalam rasa penasaran saya.
Beberapa tokoh terkenal dalam sejarah, ada yang sengaja menjauh dari kucing—bahkan sampai fobi terhadap kucing—karena tak ingin bermasalah dengannya. Napoleon Bonaparte, yang dikenal sebagai Singa Daratan Eropa, sangat berhati-hati, bahkan menjauh dari kucing. Dia berkata, “Aku lebih suka berhadapan dengan sekompi tentara musuh, daripada berurusan dengan seekor kucing!”
Julius Caesar, pahlawan legendaris yang gagah perkasa, juga sangat menghindari kucing karena tak ingin bermasalah dengan sosok hewan satu itu. Begitu pula Jengis Khan, Alexander the Great, dan Adolf Hitler. Mereka semua tidak ingin “berurusan” dengan kucing, karena sama-sama percaya bahwa hewan itu dapat mendatangkan masalah.
Ronald Reagan, aktor film Hollywood yang menjadi presiden Amerika, mengawali karir politiknya sebagai gubernur di California. Ketika menjabat sebagai Gubernur California, Reagan pernah mengeluarkan Perda (Peraturan Daerah) yang isinya melarang warga California menendang kucing.
Isaac Newton, bocah jenius penemu teori gravitasi, secara khusus membuat sebuah pintu kecil di rumahnya, demi agar kucing-kucing di sekitar lingkungannya dapat mudah keluar-masuk di rumahnya.
Lebih jauh lagi, Florence Nightingale, wanita yang berperan penting dalam konsep pembangunan rumah sakit modern, memelihara lebih dari 60 kucing selama hidupnya. Abraham Lincoln, presiden paling berpengaruh dalam sejarah kepresidenan Amerika, sangat menyayangi kucing. Winston Churcill, Perdana Menteri Inggris paling terkenal, juga memelihara kucing.
Jika ditarik ke abad-abad lampau, Mesir Kuno juga sangat dikenal sebagai pemuja kucing. Bagi bangsa Mesir Kuno, kucing adalah jelmaan dewa—karenanya mereka sangat menghormati kucing. Jika orang Mesir Kuno ditinggal mati kucing piaraannya, mereka akan mencukur rambut alis mereka sebagai bentuk duka cita.
Jadi, apa hebatnya seekor kucing, hingga orang-orang sampai “segitunya” sama kucing? Lebih spesifik lagi, apa sebenarnya manfaat kucing bagi manusia, sehingga manusia memeliharanya?
Di dalam hubungan antara manusia dengan hewan, biasanya hewan dipelihara karena memberikan manfaat bagi manusia. Kita lihat, ayam dipelihara karena telurnya. Sapi dipelihara karena susunya. Anjing dipelihara karena kesetiaannya. Kerbau dipelihara karena tenaganya. Kambing dipelihara karena dagingnya. Bahkan burung pun dipelihara karena suara kicaunya.
Lalu apa yang diperoleh manusia dari seekor kucing yang dipeliharanya...?
Dalam hal kesetiaan, kucing sering kali tidak setia kepada tuannya. Kau bisa membuat kucingmu kenyang dengan makanan mahal. Tetapi, begitu kau lengah, kucingmu bisa saja naik ke maja makan atau masuk lemari tempatmu menyimpan ikan. Dia tidak setia!
Kucing juga tidak memberikan manfaat yang jelas—bahkan suaranya pun lebih sering terdengar mengganggu daripada menyenangkan. Lebih parah lagi, dia tidak ambil pusing kalau mau buang kotoran. Akibatnya, kalau kita memelihara kucing, bisa jadi seluruh ruangan rumah kita akan menjadi tempatnya buang hajat. Lebih dari itu, kucing juga memiliki potensi bahaya bagi manusia, sehingga ibu hamil disarankan untuk menjauh dari kucing.
Apa manfaat kucing bagi manusia? Saya memikirkan pertanyaan itu hingga berbulan-bulan lamanya, namun tetap belum mampu menemukan jawabannya. Di antara banyak buku dan makalah-makalah ilmiah yang saya pelajari menyangkut objek ini, tidak satu pun yang menjelaskan manfaat kucing.
Jadi, itulah manfaatnya!
Sekarang, saya tahu apa manfaat kucing bagi manusia. Yaitu menunjukkan kepada kita, bahwa kadang-kadang di dunia ini ada sesuatu yang tidak bermanfaat. Kesimpulan ini, bagi saya, menunjukkan betapa anehnya selera humor alam semesta.
Satu jam kemudian, tidur saya terbangun karena suara ledakan. Suara ledakan itu sangat keras dan terdengar amat dekat, sehingga saya sampai terbangun meski sebenarnya tubuh sangat lelah. Yang membuat saya gelisah, suara ledakan itu terdengar berada di dalam rumah. Apa yang terjadi, pikir saya sambil keluar dari kamar dengan pikiran resah.
Saya segera menyalakan lampu-lampu rumah, dan seketika seisi rumah yang semula gelap gulita berubah terang benderang. Sambil mengantuk, saya memeriksa satu per satu sisi ruangan untuk mencari-cari sumber ledakan tadi. Kaca-kaca jendela tampak masih utuh, suasana dapur terlihat rapi seperti biasa, semua bagian atap tidak ada yang terlihat bocor atau berlubang. Jadi apa yang meledak tadi...?
Saya yakin suara ledakan tadi bukan mimpi. Jadi saya pun terus mencari kesana kemari di dalam rumah, untuk menemukan apa sebenarnya yang meledak, sehingga saya bisa tidur kembali dengan tenang. Semua pintu saya periksa, dan semuanya masih dalam keadaan terkunci.
Saat memeriksa ruang tengah, jantung saya berdetak makin cepat. Di sana, di atas karpet, tampak hamburan pecahan kaca berwarna hitam. Saya langsung tahu itu pecahan kaca yang semula menempel pada rak televisi. Tapi mengapa kaca itu bisa pecah, dan apa yang menyebabkannya meledak...?
Di ruang tengah rumah saya terdapat rak televisi seperti umumnya yang ada di rumah-rumah orang lain. Rak itu punya pintu kaca di bagian depannya, dan di bagian dalam terdapat susunan rak yang biasa digunakan untuk menyimpan CD dan lainnya. Nah, kaca rak itulah yang pecah berkeping-keping, yang tadi meledak sehingga suara ledakannya membangunkan saya dari tidur.
Dengan hati-hati saya mendekati serpihan kaca di atas karpet itu, dan dengan hati-hati pula memeriksa rak yang kini tak berkaca. Bagian dalam rak itu terlihat biasa-biasa saja, tak ada yang aneh. CD koleksi saya masih terjajar rapi di sana, dan sekali lagi tak ada yang aneh. Lalu mengapa kaca rak ini bisa pecah, dan meledak?
Tiba-tiba saya merinding.
Saya menengok ke jam dinding. Jarumnya menunjukkan pukul 02:02. Tiba-tiba seluruh rasa lelah seperti menguap, dan adrenalin membakar tubuh saya. Harus ada jawaban yang masuk akal, pikir saya dengan gundah. Harus ada jawaban yang logis mengapa kaca ini bisa meledak dan pecah.
Maka saya pun pergi ke dapur, membuat teh hangat, lalu duduk, dan menyulut rokok. Selama berjam-jam kemudian, saya mencari berbagai kemungkinan yang sekiranya dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan tadi. Tapi tak ada yang masuk akal. Sampai subuh terdengar, saya belum mampu menemukan jawaban apa pun. Ketika pagi menjelang, rasa kantuk yang tadi sempat pergi kini datang kembali, dan akhirnya saya pun tidur dengan rasa penasaran.
Saya bangun tidur selepas dhuhur, dan sejak itu benar-benar mengawasi seluruh isi rumah. Saya sudah bertekad untuk menemukan jawaban atas pecahnya kaca rak di ruang tengah. Dari siang sampai malam, sampai larut malam, saya terus duduk dengan tenang, sambil terus mengawasi seisi rumah.
Tepat pukul satu dini hari, mata saya terpaku ke arah rak televisi yang kemarin pecah kacanya, dan saya menyaksikan... seekor kucing keluar dari dalam rak itu!
Maka terjawablah sudah misteri sialan itu!
Selama ini memang ada seekor kucing berukuran cukup besar, yang kadang masuk dan berkeliaran di rumah. Selama ini saya membiarkan saja, karena saya pikir mungkin dia kesepian dan butuh kawan.
Jadi—dalam kerangka pikiran saya—kucing itu menggunakan ruangan di rak televisi untuk tidur atau beristirahat, tanpa sepengatahuan saya. Selama ini kelakuannya tidak saya ketahui sehingga dia bebas keluar masuk ke dalam rak itu tanpa terganggu—karena saya lupa menutup (mengunci) pintu kacanya. Nah, kemarin malam itu rupanya si kucing lagi apes. Ketika dia berada di dalam rak itu, saya menutup pintu kaca rak tersebut, tanpa mengetahui ada seekor kucing di dalamnya!
So, mungkin kucing itu kaget dan panik ketika bangun tidur dan mendapati pintu kaca tempat beristirahatnya telah tertutup dengan rapat. Kedalaman rak itu hampir satu meter. Kemudian, dengan menggunakan energi gerak berdasarkan hukum fisika yang rumusnya pasti akan memusingkan jika ditulis di sini, kucing itu akhirnya berhasil memecahkan pintu kaca rak itu, demi untuk bisa keluar dari dalamnya. Dan ledakan pecahnya kaca itulah yang kemarin malam saya dengar hingga terbangun dari tidur.
....
....
Oke, itu kisah yang terjadi setahun lalu. Tapi gara-gara kisah itu, saya kemudian berpikir dan terus berpikir mengenai kucing. Saya bertanya-tanya, apa sebenarnya manfaat kucing bagi manusia. Saya percaya, semua penciptaan di muka bumi ini memiliki unsur manfaat—eksplisit maupun implisit. Jadi, apa manfaat kucing...?
Kalau seseorang memelihara kucing persia atau kucing anggora di rumahnya, mungkin alasannya karena penampilan kucing itu memang indah dan rupawan. Artinya, kucing semacam itu dipelihara karena keindahannya. Tapi bagaimana dengan kucing kampung atau bahkan kucing garong? Apa manfaatnya...?
Yang lebih aneh lagi, selama ini ada semacam kepercayaan yang menyatakan bahwa kita tidak boleh membunuh kucing. Bahkan orang bisa panik kalau tanpa sengaja menabrak kucing di tengah jalan, dan biasanya dia akan mengurus pemakaman kucing itu dengan layak. Tapi apa sebenarnya kehebatan seekor kucing? Semakin lama memikirkan hal ini, semakin dalam rasa penasaran saya.
Beberapa tokoh terkenal dalam sejarah, ada yang sengaja menjauh dari kucing—bahkan sampai fobi terhadap kucing—karena tak ingin bermasalah dengannya. Napoleon Bonaparte, yang dikenal sebagai Singa Daratan Eropa, sangat berhati-hati, bahkan menjauh dari kucing. Dia berkata, “Aku lebih suka berhadapan dengan sekompi tentara musuh, daripada berurusan dengan seekor kucing!”
Julius Caesar, pahlawan legendaris yang gagah perkasa, juga sangat menghindari kucing karena tak ingin bermasalah dengan sosok hewan satu itu. Begitu pula Jengis Khan, Alexander the Great, dan Adolf Hitler. Mereka semua tidak ingin “berurusan” dengan kucing, karena sama-sama percaya bahwa hewan itu dapat mendatangkan masalah.
Ronald Reagan, aktor film Hollywood yang menjadi presiden Amerika, mengawali karir politiknya sebagai gubernur di California. Ketika menjabat sebagai Gubernur California, Reagan pernah mengeluarkan Perda (Peraturan Daerah) yang isinya melarang warga California menendang kucing.
Isaac Newton, bocah jenius penemu teori gravitasi, secara khusus membuat sebuah pintu kecil di rumahnya, demi agar kucing-kucing di sekitar lingkungannya dapat mudah keluar-masuk di rumahnya.
Lebih jauh lagi, Florence Nightingale, wanita yang berperan penting dalam konsep pembangunan rumah sakit modern, memelihara lebih dari 60 kucing selama hidupnya. Abraham Lincoln, presiden paling berpengaruh dalam sejarah kepresidenan Amerika, sangat menyayangi kucing. Winston Churcill, Perdana Menteri Inggris paling terkenal, juga memelihara kucing.
Jika ditarik ke abad-abad lampau, Mesir Kuno juga sangat dikenal sebagai pemuja kucing. Bagi bangsa Mesir Kuno, kucing adalah jelmaan dewa—karenanya mereka sangat menghormati kucing. Jika orang Mesir Kuno ditinggal mati kucing piaraannya, mereka akan mencukur rambut alis mereka sebagai bentuk duka cita.
Jadi, apa hebatnya seekor kucing, hingga orang-orang sampai “segitunya” sama kucing? Lebih spesifik lagi, apa sebenarnya manfaat kucing bagi manusia, sehingga manusia memeliharanya?
Di dalam hubungan antara manusia dengan hewan, biasanya hewan dipelihara karena memberikan manfaat bagi manusia. Kita lihat, ayam dipelihara karena telurnya. Sapi dipelihara karena susunya. Anjing dipelihara karena kesetiaannya. Kerbau dipelihara karena tenaganya. Kambing dipelihara karena dagingnya. Bahkan burung pun dipelihara karena suara kicaunya.
Lalu apa yang diperoleh manusia dari seekor kucing yang dipeliharanya...?
Dalam hal kesetiaan, kucing sering kali tidak setia kepada tuannya. Kau bisa membuat kucingmu kenyang dengan makanan mahal. Tetapi, begitu kau lengah, kucingmu bisa saja naik ke maja makan atau masuk lemari tempatmu menyimpan ikan. Dia tidak setia!
Kucing juga tidak memberikan manfaat yang jelas—bahkan suaranya pun lebih sering terdengar mengganggu daripada menyenangkan. Lebih parah lagi, dia tidak ambil pusing kalau mau buang kotoran. Akibatnya, kalau kita memelihara kucing, bisa jadi seluruh ruangan rumah kita akan menjadi tempatnya buang hajat. Lebih dari itu, kucing juga memiliki potensi bahaya bagi manusia, sehingga ibu hamil disarankan untuk menjauh dari kucing.
Apa manfaat kucing bagi manusia? Saya memikirkan pertanyaan itu hingga berbulan-bulan lamanya, namun tetap belum mampu menemukan jawabannya. Di antara banyak buku dan makalah-makalah ilmiah yang saya pelajari menyangkut objek ini, tidak satu pun yang menjelaskan manfaat kucing.
Jadi, itulah manfaatnya!
Sekarang, saya tahu apa manfaat kucing bagi manusia. Yaitu menunjukkan kepada kita, bahwa kadang-kadang di dunia ini ada sesuatu yang tidak bermanfaat. Kesimpulan ini, bagi saya, menunjukkan betapa anehnya selera humor alam semesta.