Jika kita dapat menilai secara arif dan jernih, segala sesuatu yang terjadi dalam hidup—pahit ataupun manis—selalu ada hikmahnya, manfaatnya, pelajarannya, dan itulah inti dari hidup ini. Kehidupan adalah proses pembelajaran yang tanpa henti.
Socrates punya nasihat yang unik tapi bijaksana. Katanya, “Silakan kawin jika itu yang kauinginkan. Apabila kau mendapatkan seorang istri yang baik, kau akan bahagia; dan seandainya kau mendapat istri yang buruk, kau akan menjadi ahli filsafat!”
Nasihat itu dialami sendiri oleh Socrates. Ketika berusia 50 tahun, Socrates menikah dengan Xanthippe yang terkenal sebagai wanita jahat dan cerewet. Socrates juga bukan suami yang ideal. Ia selalu pergi setiap pagi tanpa membawa hasil, dan sering pulang larut malam jika ada acara yang harus dihadiri.
Suatu hari, Socrates tengah berdiskusi dengan seorang teman di rumahnya. Mereka berdiskusi siang malam sampai membuat Xanthippe muak, marah, dan mengusir mereka keluar rumah.
Di luar rumah, Socrates dan temannya mencari dua kursi, dan kembali melanjutkan acara diskusi mereka sampai larut malam. Xanthippe kehilangan kesabaran. Ia mengambil seember air dan mengguyur mereka. Socrates basah, tetapi dia tersenyum dan mengatakan pada temannya, “Kau tahu, Kawan, setelah guntur menyambar, biasanya hujan akan segera turun.”
Setelah memahami dan menyadari bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidup selalu ada hikmahnya, maka langkah berikutnya untuk dapat hidup dengan tenang dan bahagia adalah menghadapi segala sesuatu yang terjadi dengan senyuman, dan jiwa yang besar.
Apabila roda kehidupan berhenti, putarlah kembali dan lanjutkan hidupmu. Jika dunia bersikap dingin, nyalakanlah api supaya hangat. Jika kehidupan memberikan jeruk yang masam, buatlah jus segar agar tetap bisa dinikmati. Kita tidak bisa memerintahkan kehidupan agar selalu berjalan sesuai yang kita harapkan. Kita tak bisa berpesan pada kehidupan agar hanya memberikan hal-hal yang kita inginkan. Yang bisa kita lakukan, dan satu-satunya yang bisa kita lakukan, hanyalah ‘berimprovisasi’ dengannya.
Dengan itu, kita bisa tetap menikmati setiap rasa yang diberikan hidup untuk kita. Manis bisa kita nikmati, pahit bisa menyembuhkan, asam bisa menyegarkan, dan getir bisa melembutkan. Jika kita selalu menghadapi hidup dengan jiwa yang besar, kehidupan akan seperti permen yang ramai rasanya, namun tetap nikmat terasa.