Dalam dua bulan ini, memang ada dua buku terbaru saya yang terbit, berjudul Something Stupid dan Keajaiban Sebuah Ciuman. Dua buku fiksi itu diterbitkan oleh Diva Press, dan saat ini sudah terdisplai di toko-toko buku di seluruh Indonesia. Dan, mungkin, teman-teman yang bertanya via email itu sedikit heran karena melihat sampul buku-buku itu yang mirip teenlit.
Sebenarnya, Something Stupid maupun Keajaiban Sebuah Ciuman bukan teenlit. Biar kalian punya sedikit bayangan, berikut ini saya jelaskan saja. Yeah, biar kalian lebih mantap untuk membelinya, hehe…
Keajaiban Sebuah Ciuman adalah kumpulan kisah fantasi kontemporer, yang saya tulis dengan menggabungkan fantasi dan kenyataan. Ada lima kisah yang terkumpul dalam buku ini, yang semuanya ber-genre fantasi.
Penulisan buku ini dilatarbelakangi kegelisahan serta keinginan untuk mengeksplorasi imajinasi saya seliar-liarnya. Seperti yang pernah saya tuliskan di sini, saya sering iri kalau membaca novel atau menonton film-film Hollywood, karena mereka sepertinya sangat leluasa dalam mengeksplorasi imajinasi untuk memperkaya cerita—sesuatu yang sepertinya belum banyak digunakan para kreator di Indonesia.
Saya ingin bisa memuntahkan imajinasi seperti itu, dan—akhirnya—fiksi-fantasi menjadi pilihan yang saya pikir dapat mewadahinya.
Menulis Keajaiban Sebuah Ciuman benar-benar menyenangkan. Karena ber-genre fantasi, saya sangat leluasa dalam memilih tokoh, jalan cerita, serta pemilihan setting untuk lokasi cerita, dan saya benar-benar “menggila” ketika melakukannya. Meski tetap menggunakan setting lokasi yang benar-benar ada, namun saya mencampurnya dengan setting lokasi yang benar-benar khayali.
Di salah satu kisah yang terdapat dalam Keajaiban Sebuah Ciuman, misalnya, saya menciptakan lokasi khayali yang saya sebut “Semarang Bawah”. Kota khayalan itu ada di bawah kota Semarang yang kita kenal sekarang. Dalam kisah yang saya tulis, Semarang yang kita lihat itu bernama “Semarang Atas”, yang dihuni manusia, sedang “Semarang Bawah”, yang dihuni para kurcaci, adalah kota yang ada di bawah “Semarang Atas”.
Nah, seorang tokoh yang saya ciptakan dalam kisah itu terperosok ke “Semarang Bawah”, karena kecebur got yang terbuka di trotoar dekat Simpang Lima, dan menjalani petualangan mendebarkan di sana. Sedang kisah-kisah lainnya meliputi petualangan di negeri peri, kisah patung yang berubah jadi manusia di Yogyakarta, malaikat yang turun ke bumi, dan… silakan baca bukunya. :D
Kemudian, buku kedua, Something Stupid, adalah novel roman. Proses penulisan novel ini dulu pernah saya ceritakan di sini. Agar kalian juga punya gambaran mengenai novel tersebut, berikut ini saya tuliskan sedikit sinopsisnya.
Indra dan Ferry—dua tokoh dalam Something Stupid—adalah saudara kembar identik yang benar-benar mirip. Sebegitu miripnya, sampai-sampai orang sulit membedakan keduanya. Hal itu sering dimanfaatkan Indra dan Ferry untuk bermain “tukar tempat”, dan mereka tak pernah ketahuan meski berkali-kali melakukannya.
Ketika beranjak dewasa, keduanya tetap mirip, namun memiliki jalan hidup yang berbeda. Indra kuliah di sebuah universitas di Jakarta, sementara Ferry kuliah di kotanya sendiri, Semarang. Dua saudara kembar itu pun mulai berpisah.
Di Jakarta, Indra menjadi artis sinetron, menikmati hidup glamour, serta dikelilingi perempuan cantik. Wajahnya muncul di televisi, beritanya ada di koran, dan kehadirannya selalu mengundang perhatian. Sementara di Semarang, Ferry menjadi mahasiswa sederhana, kuliah di sebuah kampus tak terkenal, dan berpacaran dengan Anisa, mahasiswi sekampusnya.
Ketika libur semester tiba, Indra pulang ke Semarang, dan dua saudara kembar itu pun kembali bertemu. Dalam pertemuan itulah mereka kemudian merencanakan bertukar tempat, seperti yang dulu sering mereka lakukan.
Ferry ingin merasakan kehidupan glamour seperti yang biasa dinikmati Indra, sementara Indra ingin ‘beristirahat’ dengan menjadi orang biasa yang tak dikenal. Maka rencana itu pun dimatangkan, dan mereka akan bertukar tempat selama sebulan. Itu permainan berbahaya yang telah mereka pikirkan dengan sangat matang dan hati-hati—sebuah rencana yang sempurna.
Ferry berangkat ke Jakarta dengan membawa semua identitas Indra, sementara Indra menggantikan tempat Ferry di Semarang. Dua saudara kembar itu pun menikmati permainan mereka. Ferry menjalani kehidupan sebagai artis, bergaul dengan orang-orang terkenal, sementara Indra menjalani kehidupan sebagai mahasiswa yang pacaran dengan seorang perempuan sederhana.
Tetapi kemudian... sesuatu yang tak disangka terjadi.
Sebelum mereka sempat mengakhiri permainan itu, Ferry tewas dalam kecelakaan saat pulang dari sebuah pesta selebriti di Puncak, Bogor. Mobil yang ia tumpangi terperosok ke jurang, dan menewaskan semua orang di dalamnya, termasuk Ferry.
Indra yang ada di Semarang shock dan kebingungan. Seluruh dunia tidak ada yang tahu bahwa orang yang tewas dalam kecelakaan itu adalah Ferry, bahkan Anisa juga tidak tahu bahwa pacarnyalah yang tewas dalam tragedi itu.
Bagaimana Indra harus menjelaskan pada dunia bahwa dirinya masih hidup? Bagaimana ia harus menjelaskan pada Anisa bahwa kekasih yang amat dicintainya telah meninggal dalam permainan itu...?
Ehmm... meski novel roman, namun Something Stupid saya tulis dengan multi-plot dan alur kisah yang berjalan cepat, sehingga—saya berharap—pembaca akan dapat menikmatinya dengan asyik karena plot dan alurnya terus berganti secara simultan, sekaligus saling membelit, dan terus menghadirkan kejutan tak terduga. Novel setebal 440 halaman ini adalah roman paling panjang yang pernah saya tulis.
Untuk novel ini, editor Penerbit Diva Press berkomentar, “Ini kisah cerdas nan romantis, yang ditulis dengan alur penuh kejutan, dan sangat menarik!”