Minggu, 03 Juni 2012

Pulang

Pada akhirnya, kita akan berhenti di suatu belokan titik.
@noffret


Aku bisa melemparkan angan ke tempat paling jauh, dan mengikutinya. Aku bisa melangkahkan kaki ke tempat paling jauh, dan menikmatinya. Aku bisa pergi ke ujung mana pun paling tersembunyi, lekuk dunia paling sunyi. Aku pun bisa menyeberangi samudera atau melintasi langit mana pun untuk menjejakkan kaki di tempat yang kuinginkan. Tetapi, pada akhirnya, kapan pun waktunya, aku harus pulang.

....
....

Selalu tiba waktunya untuk pulang, karena jalan sepanjang pertanyaan. Menatap masa lalu yang semakin menjauh, dan menatap esok yang luas terbentang. Selalu ada masanya untuk pulang.

Pada waktu bayangan itu datang, bertahun-tahun lalu, aku membayangkan pada akhirnya adalah permulaan. Sebuah awal untuk mengakhiri, sebuah jeda untuk reffrain tarikan napas.

Dan hari-hari itu berjalan, melangkah. Atau berlari. Pernah ada suatu waktu ketika aku pergi, sendirian, dan memutuskan untuk mengakhiri segalanya. Menyelesaikan mimpi buruk yang tak kunjung selesai—teriakan sunyi kepada langit. Dan luka. Dan tangis.

Satu per satu datang dan pergi. Datang dan pulang. Pada waktu itu aku ingin ikut bersama mereka—pergi, atau pulang, meninggalkan larut gelap malam. Tapi aku bertahan, menyatakan pada diri sendiri bahwa jalan masih panjang…

Berapa panjang waktu itu telah berlalu…? Kadang-kadang, saat duduk sendirian, membayangkan semua itu berkelebatan dalam benak, aku ingin tersenyum dan memaki, menyebutkan apa saja yang dapat kukatakan. Lalu hilang. Hilang lagi.

Mungkin sebenarnya kuhilangkan, karena ingin kulupakan. Tapi ketika malam datang dan kesunyian merobek langit, suara dan bayangan dan mimpi buruk itu kembali bermunculan seperti roh-roh kegelapan dari negeri yang tak kukenal.

Dan sekarang kembali datang. Kembali datang…

Aku rindu. Dan menangis. Aku ingin kembali. Aku ingin pulang.

Pulang kepada pulang.

 
;