Senin, 01 September 2014

10 Motivator Terbaik Dunia

Terlalu banyak nasihat instan, sama banyaknya
dengan pelajaran dangkal. Di zaman sekarang, pengetahuan
hanya sebatas cahaya kunang-kunang.
@noffret


Tidak sedikit orang yang sinis terhadap motivator ataupun buku-buku motivasi, dan saya memahami alasan atau penyebab kesinisan mereka. Pada saat ini, istilah motivator atau motivasi memang telah menjadi “dangkal” akibat banyaknya orang yang berlomba-lomba menjadi motivator.

Ada banyak “produk” motivasi saat ini yang bisa kita temukan di mana-mana—dari buku, rekaman, sampai baris-baris tweet di timeline. Banyak motivator “dadakan” muncul, sama banyaknya dengan orang-orang yang “mendadak” jadi ustadz hanya karena merasa fasih menyitir hadist dan ayat-ayat suci.

Dulu, seseorang disebut ustadz atau ulama setelah menjalani pendidikan di pesantren bertahun-tahun, mempelajari tumpukan kitab dengan sangat mendalam, mendaras ilmu dari pagi sampai sore, menghabiskan malam-malam tanpa tidur, bermunajat tanpa henti, kemudian terlahir menjadi seorang ahli agama yang mumpuni. Sekarang, nyaris setiap orang bisa menjadi ustadz hanya dengan modal setumpuk hadist, dan gaya ceramah yang menghibur.

Dangkal.

Begitu pula motivator. Dulu, tidak ada orang yang menyebut dirinya “motivator”. Napoleon Hill, David Schwartz, Joseph Murphy, sampai Dale Carnegie—adalah contoh segelintir orang yang telah mempengaruhi berjuta-juta orang di dunia, yang telah memotivasi tak terhitung banyaknya manusia, namun mereka tidak pernah menyebut dirinya motivator. Sebutan itu diberikan orang-orang yang merasa telah termotivasi oleh karya-karya mereka.

Para “motivator” di zaman dulu adalah orang-orang yang telah menjalani hidup dengan sangat keras, melalui proses pembelajaran luar biasa, melewati hari-hari penuh perjuangan, hingga kemudian berhasil mengkristalkan pengalaman dan pemikirannya yang mampu membangkitkan motivasi dan inspirasi orang-orang lainnya. Sekarang, siapa pun bisa menjadi motivator hanya dengan modal kata-kata berbunga, dan teriakan “Semangat!”

Dangkal.

Karena itu pula, saya pun memahami mengapa ada banyak orang yang sinis terhadap motivator dan buku-buku motivasi. Orang-orang yang sinis itu mungkin berpikir bahwa kata-kata yang disemburkan para motivator hanyalah penyemangat sementara, yang kemudian dilupakan para penerimanya. Ironisnya, sering kali kenyataannya memang begitu.

Orang-orang sangat bergairah membaca buku-buku motivasi, atau mendengarkan ceramah para motivator, merasakan semangatnya menyala-nyala, dan setelah itu kembali malas seperti biasa. Itu telah menjadi semacam kisah klise para penggila motivasi. Semangat berkobar dalam waktu sesaat, lalu hilang lagi tanpa bekas. Akibatnya, motivator dan motivasi hanya semacam candu. Ia dicari hanya untuk mengobati sakaw.

Dangkal. 

Sejujurnya, hidup saya telah tertolong oleh buku-buku motivasi yang ditulis orang-orang yang benar-benar tahu arti hidup. Bahkan, saya merasa berutang budi atas buku-buku dan pemikiran-pemikiran mereka yang telah membentuk pikiran dan mengubah hidup saya. Beberapa orang hebat yang telah berperan dalam hidup saya di antaranya adalah David J. Schwartz, Napoleon Hill, Dale Carnegie, dan Norman Vincent Peale.

Mereka adalah para motivator dalam arti sebenarnya—orang-orang yang mampu memotivasi dan menginspirasi orang lainnya bukan sekadar dengan kata-kata, tetapi juga dengan latar belakang dan pengalaman hidupnya sendiri. Mereka bukan orang-orang yang hanya pintar berteori dalam memberikan motivasi, tetapi benar-benar telah menjalani hidup luar biasa, yang kemudian membentuk pikiran serta cara pandang dalam menatap kehidupan dan manusia.

David J. Schwartz, misalnya, terlahir sebagai anak miskin. Pada usia belia, dia harus bekerja keras sebagai loper koran. Ketika beranjak dewasa, dia menjadi sales yang menawarkan barang secara door to door. Masyarakatnya, bahkan orangtuanya sendiri, meramalkan masa depannya suram. Tetapi orang ini kemudian berhasil memimpin perusahaan beromset multi-miliar dollar, dan The Magic of Thinking Big, buku yang ditulisnya, telah mengubah pikiran serta kehidupan berjuta-juta orang di dunia, termasuk saya.

Selain David J. Schwartz, Napoleon Hill juga motivator yang luar biasa. Dia hidup sezaman dengan Thomas Alva Edison, Andrew Carnegie, hingga Henry Ford. Sepanjang hidupnya, Napoleon Hill mewawancarai dan mempelajari kehidupan orang-orang hebat itu, untuk menemukan penyebab mereka bisa menjadi hebat. Itu studi paling mengagumkan yang pernah terjadi di planet ini—ketika orang-orang paling luar biasa di satu zaman membagikan rahasia-rahasia mereka.

Setelah bertahun-tahun mempelajari kehidupan orang-orang hebat dan istimewa itu, Napoleon Hill kemudian menuliskannya dalam buku yang juga luar biasa, berjudul Think and Grow Rich. Itu juga salah satu buku yang telah mengubah total pikiran serta kehidupan saya. Buku itu ditulis dengan dalam, penuh wawasan, didasarkan pada pengalaman nyata, dan bukan sekadar tumpukan kata berbunga-bunga. Hasilnya, Think and Grow Rich menjadi karya abadi yang telah mempengaruhi kehidupan berjuta-juta orang, bahkan hingga hari ini.

Lalu ada pula Dale Carnegie. Oh, well, orang ini benar-benar seorang guru! Kalian akan paham maksud saya jika telah membaca buku-bukunya. Selain Dale Carnegie, ada Norman Vincent Peale. Dia adalah pendeta yang tidak hanya hebat di mimbar gereja, tapi juga di kehidupan nyata. Meski menyandarkan pemikiran-pemikirannya pada ajaran Alkitab, Norman Vincent Peale tidak hanya membuka hati umat Kristiani, tetapi juga membuka mata pikiran berjuta-juta orang di dunia, lintas keyakinan, lintas agama.

Selain mereka, ada pula Anthony Robbins. Dia penasihat beberapa presiden Amerika, atlet, hingga artis Hollywood. Kalau dia menulis, kita akan tercengang, kadang-kadang tak percaya, dan bertahun-tahun kemudian kita baru menyadari kebenaran tulisannya. Setelah Anthony Robbins, ada Stephen R. Covey, yang telah dianggap sebagai guru internasional, yang karya-karyanya menjadi pegangan jutaan orang.

Joseph Murphy mungkin tidak terlalu terkenal. Tapi dia adalah master dalam bidang pikiran. Melalui karya-karyanya, kita akan melihat betapa mempesona dan kuatnya pengaruh pikiran manusia. Lalu ada pula James Allen yang buku-bukunya telah menjadi karya klasik, serta menjadi rujukan para pakar pengembangan diri. Terakhir, ada Andrew Mattews, yang selalu bisa menjelaskan hal-hal berat dengan cara jenaka, sehingga bukunya menjadi bacaan yang mendidik serta menghibur.

Selama bertahun-tahun, saya telah membaca tak terhitung banyaknya buku motivasi, dari yang paling hebat sampai yang paling buruk, yang ditulis orang Amerika sampai orang India. Dan, berdasarkan buku-buku yang telah saya baca, berikut inilah orang-orang yang saya anggap 10 motivator terbaik dunia, yang karya-karyanya layak dibaca dan dipelajari, karena merekalah para motivator dalam arti sesungguhnya.
  1. David J. Schwartz
  2. Dale Carnegie
  3. Napoleon Hill
  4. Norman Vincent Peale
  5. Anthony Robbins
  6. Stephen R. Covey
  7. Andrew Mattews
  8. Joseph Murphy
  9. James Allen

Well... mungkin kalian heran mendapati daftar di atas hanya ada sembilan. Memang, karena motivator satunya lagi adalah diri kita sendiri.

Tak peduli berapa banyak buku motivasi yang kita baca, tak peduli berapa banyak seminar motivasi yang kita kunjungi, tak peduli berapa banyak motivator yang kita follow di Twitter, diri kita sendirilah yang tetap memegang keputusan—untuk berubah menjadi pemenang, atau tetap bertahan sebagai pecundang.

Manusia adalah apa yang ada di pikirannya. Pikirannya adalah apa yang dibacanya. Yang dibacanya adalah apa yang dikenalnya. Yang dikenalnya akan membentuk kehidupannya.

Karena itu, kenalilah para guru sejati, yang mungkin tidak pernah koar-koar, tidak pula terkenal, tapi layak diikuti. Dan, lebih dari itu, kenalilah diri sendiri. Di kedalaman diri kita yang mungkin belum pernah kita sadari, kita akan menemukan sesosok luar biasa yang suatu hari akan kita kenali. Dan, ketika itu terjadi, kita pun akan menyadari siapa sesungguhnya motivator sejati.

 
;