Tanganku kasar, itu yang dikatakan Kif ketika memperlihatkan telapak tangannya, suatu waktu ketika Banjir Nuh baru saja mereda. Orang-orang menyentuh telapak tangannya, dan setuju bahwa telapaknya kasar. Lalu terdengar leluhurnya mencari sesuatu untuk menghaluskan telapak tangan Kif. Berhasil atau tidak, entahlah. Tapi yang jelas, kemudian, berabad-abad setelah itu, Kif berjalan di depan. Seperti orang lain. Yang telapaknya tidak kasar.
Ketika melihatnya berjalan di depan, aku tahu dunia tak berubah. Semuanya mendapat tempat, dan semua ingin menempatinya. Seperti Kif. Dia berjalan di depan.