Minggu, 04 Juni 2017

Sunyi Bersama Angin

Dalam hidup, kita semua punya ketakutan, seperti lorong gelap tanpa ujung, dan kita ingin ditemani, namun kadang terlalu takut untuk meminta.

Ada anak-anak kecil kesepian di hati kita, namun sayang kita bukan lagi anak kecil. Dan kita terlalu angkuh untuk mengulurkan tangan.

Seseorang menyatakan bahwa hati kita serupa nyala lilin. Ada saat nyala yang panjang, memancarkan sinar, kemudian meredup, dan mati.

Selalu ada waktu untuk segala sesuatu. Pun kehidupan, kesabaran, dan rindu.

Ada batu yang berlubang karena tetesan air, ada air yang membeku dan membatu karena udara dingin. Begitu pun hati kita. Dari waktu ke waktu.

Setelah lama diterpa dingin, hati yang paling membara pun perlahan-lahan membeku dalam gigil. Sunyi bersama angin.

Dalam gelap dan ketakutan, kadang aku terlalu takut menyalakan lilin. Karena khawatir yang kulihat dalam terang bisa lebih menakutkan.

Dalam sunyi dan kesepian, kadang aku terlalu takut ditemani. Karena kesepian kadang jauh lebih baik daripada menambah luka di hati.


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 28 April 2015.

 
;