Kamis, 01 Februari 2018

Pacaran itu Mainstream

Seorang lelaki berjenggot bertanya kepada saya, “Apakah Anda setuju konsep pacaran?”

“Tentu saja tidak!” jawab saya mantap. “Bagaimana bisa kita menyetujui konsep pacaran?”

Dia tampak berbinar. “Ah, sepertinya kita punya pikiran yang sama. Kalau boleh tahu, kenapa Anda tidak setuju konsep pacaran?”

“Karena pacaran itu mainstream—oh, well, terlalu mainstream.”

Sambil mengerutkan kening, lelaki berjenggot menanyakan, “Uhm... maksudnya mainstream bagaimana?”

“Anda tahu, orang-orang punya pacar—itu biasa, karena mereka orang-orang biasa. Orang-orang juga pacaran—itu biasa, karena mereka orang-orang biasa. Karenanya saya bilang, punya pacar itu mainstream. Sebagaimana pacaran juga mainstream. Saya tidak berminat punya pacar, sebagaimana saya tidak berminat pacaran.”

Dia kembali bertanya, “Jadi, apa yang Anda minati? Uhm... konsep bagaimana yang Anda inginkan?”

“Yang saya minati bukan pacar, tapi mbakyu! Karenanya, aktivitas kami tidak disebut pacaran... tapi mbakyuan. Karena itulah, saya tidak setuju konsep pacaran!”

Lelaki berjenggot mimisan.
 
 
;