Kamis, 24 Mei 2018

Ironi Agama

Kalau kau rajin beribadah, dan merasa tidak tenang hanya karena ada 
orang lain yang tidak beribadah sepertimu, maka kaulah yang bermasalah, 
bukan orang lain. Karena kalau kau memang tulus beribadah, kau tidak 
akan peduli jika seluruh dunia tidak ada yang beribadah sepertimu.


Di tempat tinggalku ada "kebiasaan" baru yang cukup aneh. Sekelompok orang mendatangi rumah-rumah, lalu berceramah tentang agama. Mereka meminta agar semua orang shalat berjamaah di mushala. Selama yang didatangi belum ikut shalat berjamaah, orang-orang itu akan terus datang.

Bahkan, jika ada warga yang telah shalat berjamaah di mushala, warga itu masih akan didatangi orang-orang tadi, jika suatu hari warga bersangkutan tak terlihat di mushala. Fenomena ini sebenarnya membuat orang-orang resah (tak nyaman), tapi mereka bingung bagaimana menghadapinya.

Belakangan, muncul hal lain yang lebih "parah". Sekelompok orang dari daerah lain (mengaku dari pesantren di luar kota) juga mendatangi rumah-rumah di tempat tinggalku, menyerukan hal yang sama. Kali ini, sikap mereka bahkan cenderung "memaksa", agar orang datang ke mushala.

Entah fenomena semacam itu hanya ada di tempatku, atau juga ada di tempat lain. Yang jelas, keberadaan mereka sudah membuat resah sebagian orang. Mereka juga mendatangi rumahku, mengajak hal serupa, tapi aku hanya tertawa. Kalau mood-ku sedang buruk, aku balik menceramahi mereka.

Aku pernah menanyakan hal ini pada beberapa teman di lain daerah, apakah di tempat mereka juga ada orang-orang serupa (seperti yang terjadi di tempatku). Rata-rata mereka menjawab tidak ada. "Jika ada orang-orang semacam itu di tempat kami, warga tempatku pasti mengusir mereka!"

Hal serupa pernah terjadi di tempat tinggal orang tuaku. Pernah ada sekelompok orang mendatangi rumah-rumah di sana, berceramah agama. Mereka bahkan menggunakan mushala di sana untuk "menjalani hidup sehari-hari". Orang-orang di tempat orang tuaku pun marah dan mengusir mereka.

Ini mungkin ironis. Orang-orang berceramah agama, tapi malah ditolak dan diusir. Menurutku, ini juga salah mereka. Orang-orang yang hobi ceramah ke rumah-rumah itu mirip anggota MLM. Yang mereka tawarkan adalah hal baik, tapi cara mereka buruk dan membuat orang lain muak.

Sebenarnya, baik di tempat tinggalku maupun di tempat yang lain, rata-rata orang menjalani kehidupan yang baik, juga religius, sebagaimana umumnya orang di tempat lain. Cuma kadang tidak shalat berjamaah di mushala. Jika karena itu mereka dinilai salah, tentu saja mereka marah.

Orang-orang yang datang ke rumah-rumah untuk ceramah itu seolah menginginkan semua orang menunjukkan ketaatan beragama dalam "bentuk jelas", seperti shalat berjamaah di mushala, menghadiri pengajian, dll. Jadi, kita sebenarnya mau menjalani hidup beragama, atau mau pamer agama?

Kenyataan itulah yang menjadikan banyak orang resah dan tidak nyaman dengan kehadiran mereka (orang-orang yang mendatangi rumah-rumah lalu berceramah). Mestinya ada "aturan" mengenai hal ini, agar orang-orang itu tidak terus leluasa menimbulkan keresahan di tengah masyarakat.


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 22 Januari 2018.

 
;