Berdasarkan pengalaman dan pengamatan, sepertinya teknologi yang makin tinggi juga diikuti kerumitan. Menurutku, itu "kesalahan penciptaan".
Sheila On7 punya filosofi yang bagus, "hebat dalam berkarya, sederhana dalam bersikap". Seharusnya, teknologi dibangun dengan dasar itu; kemampuan mesin yang hebat, dan antarmuka serta cara penggunaan yang sederhana.
Dalam konteks teknologi, manusia selalu menginginkan kehebatan, tapi di saat sama juga membutuhkan kemudahan. Kenapa para inventor tidak pernah menyadari kenyataan itu? Mereka menciptakan mesin-mesin hebat, tapi rumit.
Sepuluh tahun lalu, printer yang kugunakan sangat mudah dioperasikan. Sebegitu mudah, hingga aku bisa mengoperasikannya sambil merem. Sekarang, mengoperasikan printer seperti mau melakukan operasi caesar! (Pokoknya serumit itu).
Begitu pula dalam urusan ponsel. Semakin hebat teknologinya, semakin lebar layarnya. Aku heran, dan bertanya-tanya, bagaimana "rumus kacau" itu bisa diterapkan pada semua ponsel?
Saat ini, mencari ponsel dengan kamera 12 MP namun layarnya di bawah 5 inci (misalnya), sulitnya mendekati mustahil. Padahal, banyak orang yang membutuhkan. Aku salah satunya. Sampai sekarang, aku tidak nyaman mengantongi ponsel berukuran besar.
Kenapa produsen ponsel berasumsi bahwa semua orang membutuhkan ponsel berlayar lebar? Dari dulu sampai sekarang, aku tidak pernah tertarik pada ponsel sehebat apa pun, jika layarnya lebih dari 4,5 inci. Sebenarnya, 4 inci sudah maksimal. Lebih nyaman dikantongi.
*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 1 Maret 2018.