Menjadi diri sendiri, menjalani kehidupan sesuai yang kita pilih,
menikmati waktu dengan hal-hal yang kita cintai,
itulah kesuksesan sejati.
Kalau kau sudah berusia 20 tahun, dan kenal komputer serta internet, hampir bisa dipastikan kau mengenal Bill Gates. Jika tidak, mungkin ada yang salah dengan hidupmu.
Bill Gates bukan hanya terkenal sebagai orang paling kaya di dunia, tapi juga orang yang telah mengubah wajah dunia serta peradaban manusia. Microsoft, perangkat lunak yang digunakan hampir semua komputer di muka bumi, adalah hasil karyanya. Bill Gates pula yang memungkinkan lahirnya personal computer, sehingga kita punya komputer pribadi di rumah atau di kantor, dan sekarang terhubung dengan jutaan komputer lain melalui internet.
Karena dianggap orang luar biasa di abad modern, Bill Gates pun kerap dijadikan subjek penelitian. Dalam hal kekayaan, misal, Bill Gates pernah menempati peringkat teratas sebagai orang paling kaya di dunia hingga bertahun-tahun. Kekayaan itu tentu karena penjualan produk-produk yang dihasilkannya, dan produk-produk itu dihasilkan oleh kemampuan otak serta kerja kerasnya.
Pertanyaannya, bagaimana Bill Gates bisa sehebat itu?
Pertanyaan sama telah diajukan ribuan orang—khususnya para peneliti kesuksesan—dan mereka melakukan penelitian, langsung maupun tak langsung, meliputi wawancara, pembelajaran atas karya-karya Bill Gates, sampai menyelidiki kehidupan Bill Gates sejak remaja. Dari hasil penelitian, wawancara, dan pengamatan, mereka menghasilkan setumpuk kesimpulan. Satu kesimpulan yang paling terkenal disebut “pembelajaran 100 ribu jam”.
Seratus ribu jam setara dengan sepuluh tahun.
Berdasarkan penelitian yang telah banyak dilakukan, Bill Gates disebut telah melakukan pembelajaran, mengasah keterampilan, dan terus berlatih selama 100.000 jam atau sekitar sepuluh tahun—dari masa remaja sampai dewasa—hingga akhirnya berhasil menjadi sosok luar biasa seperti sekarang. Buktinya, tentu saja, Microsoft dan kekayaannya yang luar biasa.
Dalil 100 ribu jam itu bahkan menjadi semacam “ayat suci kesuksesan” yang kerap disampaikan para motivator, bahwa “kalau kau ingin sukses, kaya, dan luar biasa seperti Bill Gates, kau membutuhkan waktu seratus ribu jam atau sepuluh tahun latihan dan pembelajaran.”
Kedengarannya menjanjikan, eh?
Durasi “seratus ribu jam” mungkin terdengar membosankan, sebagaimana waktu “sepuluh tahun” juga terdengar sangat lama. Tetapi, kalau dipikir-pikir, itu sebenarnya sangat singkat, khususnya jika taruhannya adalah menjadi Bill Gates!
Saya pribadi, terus terang, bersedia melakukan pembelajaran dan latihan sekeras apa pun selama 100 ribu jam atau sepuluh tahun, jika hasilnya bisa menjadi Bill Gates.
Tetapi, benarkah semudah itu? Benarkah semudah itu untuk menjadi orang terkaya di dunia seperti Bill Gates? Benarkah hanya dibutuhkan waktu latihan dan pembelajaran selama 100 ribu jam, untuk menjadi sosok yang mampu mengubah wajah dunia dan peradaban manusia?
Orang-orang yang melakukan penelitian terkait kesuksesan Bill Gates—hingga menemukan formula kesuksesan 100 ribu jam—tampaknya melupakan dua hal penting. Yaitu diri Bill Gates, dan lingkungan Bill Gates.
Mungkin Bill Gates memang genius. Mungkin Bill Gates memang berlatih dan melakukan pembelajaran tekun selama 100 ribu jam. Mungkin Bill Gates memang tidak melakukan apa pun selain belajar dan belajar selama sepuluh tahun. Lalu, hasilnya, dia bisa menciptakan kerajaan bisnis raksasa, sekaligus menjadi orang terkaya di dunia. Tetapi, sekali lagi, apakah hanya sekadar dan sebatas itu?
Jika memang hanya sebatas dan sekadar itu, kita telah melupakan hal penting terkait kesuksesan Bill Gates.
Pertama, dan mungkin jarang diketahui, Bill Gates sudah jadi miliuner, bahkan sebelum dia lahir! Sejak masih dalam kandungan ibunya, Bill Gates sudah kaya-raya!
Orang tua Bill Gates, juga kakeknya, adalah miliuner. Ketika Mary Maxwell Gates (ibu Bill Gates) mengandung janin Bill Gates, sang kakek mewariskan hartanya untuk Bill Gates—cucu yang waktu itu masih dalam kandungan. Karenanya, sekali lagi, Bill Gates sudah jadi miliuner, bahkan sebelum lahir. Faktor ini penting dikemukakan, karena kekayaan itu jelas menopang usaha Bill Gates saat ia dewasa.
Karena menjadi kaya tampaknya bukan sekadar urusan kerja keras, tapi juga keberuntungan. Dan salah satu keberuntungan terbaik adalah dilahirkan oleh keluarga kaya!
Kenyataan ini telah dibuktikan secara ilmiah oleh Raj Chetty, salah satu bocah genius di dunia, yang menjadi profesor di Harvard University saat usianya masih 29 tahun. Menggunakan big data, Raj Chetty mengolah dan mempelajari 1 miliar laporan pajak orang-orang Amerika, Denmark, dan Kanada, untuk melacak pergerakan keuangan mereka.
Riset itu ia lakukan untuk menjawab pertanyaan sederhana, “Berapa persen peluang anak orang miskin untuk menjadi kaya ketika dewasa?”
Hasil riset itu menunjukkan kenyataan yang muram. Di Amerika, anak miskin yang berpeluang kaya di masa dewasa hanya 7 persen. Di Denmark, hanya 11 persen, sementara di Kanada hanya 13 persen. Itu jelas probabilitas yang sangat kecil, terlepas dari sekeras apa mereka belajar dan bekerja dan berusaha atau bahkan berdoa!
Anak-anak orang kaya memiliki peluang yang jauh lebih besar untuk menjadi kaya di masa dewasanya, dibanding anak-anak orang miskin. Kenyataan itu sebenarnya tidak hanya terjadi di Amerika, Denmark, dan Kanada, tapi juga di negara-negara lain di seluruh dunia—termasuk di Indonesia.
Anak-anak orang kaya memiliki banyak modal yang tidak dimiliki anak-anak orang miskin. Selain modal uang, mereka juga memiliki modal pendidikan yang lebih baik, hingga pergaulan dan lingkungan sosial yang lebih mendukung. Karenanya, bahkan umpama mereka jatuh miskin dalam perjalanan hidup, mereka akan lebih mudah bangkit untuk kembali kaya—sesuatu yang sulit dilakukan rata-rata anak miskin.
Kembali ke Bill Gates.
Kedua, selain berasal dari keluarga kaya-raya, Bill Gates juga memiliki kesempatan yang jarang dimiliki orang lain. Latar belakangnya yang berasal dari kalangan atas, memungkinkan Bill Gates untuk mendapat pendidikan di sekolah swasta berkualitas, yang memberinya kesempatan memperoleh pengalaman dengan komputer. Di masa itu, ketika Bill Gates mulai belajar pemrograman di sekolahnya, kurang dari 0,1% generasinya yang mendapat akses komputer.
Bayangkan, di saat sama, ketika jutaan anak lain sama sekali belum tahu apa itu komputer, Bill Gates masuk golongan 0,1% anak yang telah kenal komputer, bahkan mulai belajar pemrograman! Ditunjang otaknya yang memang cerdas, tidak mengherankan kalau kemudian Bill Gates tumbuh menjadi raksasa di bidang komputer. Dia telah akrab dengan benda itu, sementara jutaan anak lain masih asyik main gundu.
Ketiga, Bill Gates juga memiliki lingkungan yang mendukung. Orang tua Bill Gates, sebagaimana umumnya orang-orang kaya, memiliki hubungan sosial yang luas, khususnya dengan kalangan atas. Mary Maxwell, ibu Bill Gates, bahkan bersahabat dengan pemimpin tertinggi IBM, yang waktu itu mendominasi dunia sebagai perusahaan komputer raksasa. Hubungan ibunya dengan petinggi IBM itulah, yang kemudian membantu memuluskan jalan Bill Gates masuk ke sana.
Jangan lupa, titik penting dalam kehidupan sekaligus kesuksesan Bill Gates yang luar biasa, dimulai ketika Bill Gates menjalin kerja sama dengan IBM. Kontrak dengan IBM menjadi langkah penting bagi Bill Gates untuk membangun imperiumnya sendiri, hingga menjadi penguasa perangkat lunak di dunia. Itu pula yang menjadi pijakan awal Bill Gates, hingga menjadi orang paling kaya di dunia.
Did you see that?
Ada tiga faktor penting yang jarang—bahkan hampir tidak pernah—dikatakan terkait rahasia kesuksesan Bill Gates. Kapan pun para motivator menyuguhkan resep sukses dan kaya-raya, yang mereka sodorkan adalah “teori-teori usang” seperti bekerja keras, gigih, tekun berusaha, dan semacamnya, lalu belajar dan berlatih hingga 100 ribu jam!
Oh, well, kalau saja semudah itu!
Jadi, apakah menjadi sukses perlu latihan dan pembelajaran yang tekun? Jelas! Apakah menjadi kaya-raya perlu kerja keras, kegigihan, dan sikap pantang menyerah? Itu pun jelas! Tetapi, sebaiknya tak usah berpikir hanya dengan itu kemudian bisa seperti Bill Gates.
Dengan kata lain, bahkan umpama kita melakukan sesuatu yang persis sama seperti Bill Gates—terkait kerja kerasnya yang luar biasa—tidak ada jaminan kita bisa meniru kesuksesannya.