Apa persamaan Nazi Jerman dengan rezim Korea Utara?
Sama-sama suka mendoktrinasi masyarakat dengan TOA.
—@noffret
Tujuh puluh sembilan tahun yang lalu, pada 16 Februari 1942, seorang bayi terlahir di tempat rahasia, di sebuah gunung keramat. Ketika bayi itu lahir, bintang yang sangat besar menerangi seluruh langit, musim tiba-tiba berganti—dari dingin ke musim semi—dan pelangi indah bermunculan.
Bayi itu, kelak, akan menciptakan “kebodohan paling menakjubkan” di muka bumi, khususnya di negara bernama Korea Utara. Ah, ya, bayi itu bernama Kim Jong-il, yang belakangan punya anak laki-laki bernama Kim Jong-un. Dari ayah ke anak, mereka sama-sama pemimpin doyan ngibul.
Deskripsi yang saya katakan tadi—tentang bayi yang lahir di gunung dan diikuti bintang cemerlang yang menerangi langit serta pelangi indah bermunculan—tertulis dalam buku-buku sejarah yang diterbitkan di Korea Utara, dan didoktrinkan, dibaca, dipelajari, dan diyakini rakyat Korea Utara.
Jadi, rakyat Korea Utara percaya bahwa pemimpin mereka, Kim Jong-il, adalah manusia pilihan. Sebegitu istimewa, sampai peristiwa kelahirannya mampu mengubah musim dingin menjadi musim semi, sampai bintang besar menerangi langit, sampai pelangi indah bermunculan. Oh, well.
Faktanya, Kim Jong-il lahir di kamp pengungsian, di Rusia, tempat ayahnya (Kim Il-sung) sedang melarikan diri dari kejaran Jepang. Orang-orang sedunia tahu fakta itu, tapi rakyat Korea Utara justru tidak tahu. Karena mereka (rakyat Korut) memang diupayakan agar tidak pernah tahu.
Pengetahuan kita—masyarakat dunia—tentang Korea Utara jauh berbeda dengan pengetahuan rakyat Korea Utara tentang negaranya. Bagi kita, Korea Utara adalah lelucon paling tragis di muka bumi, kisah nyata jutaan orang bisa dikibuli tanpa pernah sadar mereka dikibuli.
Tapi [hampir semua] rakyat Korea Utara tidak pernah tahu mereka dikibuli. Mereka percaya negara mereka sangat indah, pemimpin mereka sangat baik, aturan yang mengikat mereka sangat adil, dan—ini paling konyol—bahwa orang-orang di dunia merasa iri pada mereka.
Bagaimana bisa jutaan orang dikibuli habis-habisan seperti itu? Karena kesadaran mereka dimatikan. Rakyat Korea Utara tidak mendapatkan informasi apa pun dari luar negara mereka. Semua pengetahuan, bahkan sistem nilai, yang ada di sana hanya datang dari satu sumber: Sang Pemimpin.
Salah satu keyakinan konyol rakyat Korea Utara adalah bahwa pemimpin mereka sangat dicintai dan dipuja masyarakat dunia. Sebegitu cinta, menurut keyakinan mereka, sampai masyarakat dunia tak henti mendoakan Sang Pemimpin Korea Utara. Wuopppoooo....
Setiap bayi yang lahir di Korea Utara akan didoktrin bahwa pemimpin mereka adalah manusia pilihan, bahwa mereka adalah rakyat yang beruntung karena hidup di negara yang indah, dengan aturan yang adil dan menyenangkan, bla-bla-bla. Padahal semuanya cuma ngibul dan ngibul.
Kehidupan rakyat Korea Utara adalah ilustrasi terang benderang tentang batas tipis antara “terdoktrinasi” dan “terbebaskan”. Manusia bisa sebegitu bodoh, hingga terdoktrinasi untuk meyakini sesuatu—tanpa setitik pun keraguan—karena panca-indra dibutakan, kesadaran mereka dimatikan.