Dulu, April identik dengan perayaan April Mop. Yang kumaksud “dulu” adalah puluhan tahun lalu, ketika orang-orang mungkin masih kurang hiburan, dan merayakan April Mop jadi hiburan menyenangkan. Sekarang, April Mop sudah dianggap kuno dan ditinggalkan.
Pada 1 April kemarin, aku ngobrol dengan seseorang, dan aku meminta pendapatnya tentang April Mop. Di luar dugaan, dia memberi jawaban mengejutkan. “Terlepas ada April Mop atau tidak,” dia berkata, “dari dulu aku tak pernah senang setiap kali bulan April datang.”
Aku bertanya heran, “Kenapa?” Dia menjelaskan, “Selama bertahun-tahun, aku mendapati aneka masalah besar, pas di bulan April. Selalu adaaaa saja masalah. Setiap tahun begitu. Ketika April datang, masalah juga datang. Jadi aku prihatin setiap kali bulan April datang.”
Dia melanjutkan, “Makanya, bahkan tidak ada April Mop pun, aku sudah merasa jadi korban April Mop. Dan ‘April Mop’ yang kuhadapi tiap April bukan becandaan, tapi beneran. Karena itulah, seperti yang kubilang tadi, aku selalu prihatin setiap kali bulan April datang.”
Dengan penasaran, aku kembali bertanya, “Menurutmu, kenapa selalu muncul masalah di bulan April?”
“Aku tidak tahu,” jawabnya. “Yang aku tahu, tiap kali bulan April datang, masalah juga selalu datang. Rasanya seperti... setahun sekali, aku harus pusing dan stres tiap April.”
Kami terdiam beberapa saat. Lalu, dengan sedikit tidak enak, aku bertanya, “Ini kan sudah masuk April, ya. Apakah sudah ada masalah yang datang?”
Dia menjawab dengan membuka ponselnya, lalu menunjukkan pesan di WhatsApp. Aku membacanya, dan tahu itu masalah.
Lalu dia menjelaskan, “Pesan [di WhatsApp] ini datang akhir Maret kemarin, dan aku harus mengurusnya sekarang, di bulan April. See? Setiap tahun selalu begini. April datang, masalah datang. Jadi kalau umpama kamu menyukai bulan April, maaf, aku justru membencinya!”