Omong-omong soal Tatiana, aku merasa seperti menghadapi realitas baru.
Yang dia lakukan mungkin memang "norak" karena mengungkap sesuatu yang mestinya disimpan—meski dia melakukannya dengan alasan yang logis. Tapi gara-gara itu pula, aku seperti mendapat perspektif baru.
Sebagai bocah yang telah trauma dengan orang-orang (wanita) yang posesif dan obsesif, pengakuan blak-blakan Tatiana mengembalikan kepercayaanku pada lawan jenis; bahwa di luar sana ada orang-orang yang bisa menjalin hubungan secara "sehat", santai, tanpa obsesi yang posesif.
Hubungan—misal pertemanan, sesama jenis atau lawan jenis—yang sehat dan menyenangkan memang mempersyaratkan beberapa hal, di antaranya kesadaran bahwa "ini cuma berteman, jadi mari berteman dengan santai". Tidak ada obsesi, tidak ada sikap posesif, tidak ada harapan macam-macam.
Meski mungkin terdengar sepele, nyatanya di dunia ini ada orang-orang yang "terlalu serius" menghadapi orang lain. Meminjam ungkapan anak Twitter, "Dia kasih senyum aja, aku udah bayangin nama buat anak-anak kami." Jujur saja, ngeri berhubungan dengan orang-orang semacam itu.
Orang yang paling menyenangkan untuk kita dekati adalah orang yang "santai". Bahkan aku yang mungkin sangat serius pun suka orang-orang yang santai. Orang yang santai tidak menimbulkan "ancaman", dan kita merasa nyaman mendekati, karena tahu dia benar-benar akan "santai".
Beberapa orang ribet melakukan aneka macam hal yang sulit bahkan rumit hanya untuk membuat orang lain terkesan.
Aku terkesan pada orang-orang santai seperti Tatiana.
*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 1 November 2020.