Sabtu, 01 April 2023

Tidak Semua Orang Punya Maaf

Kita akan mudah memaafkan, jika kesalahan terjadi karena “kecelakaan” atau tidak sengaja. Tapi kita akan sulit memaafkan, jika kesalahan terjadi karena kesengajaan, dengan niat melukai atau menyakiti.

Jika pelayan kafe tanpa sengaja menumpahkan air ke baju kita, tentu kita akan memaafkan, karena—meski mungkin itu kesalahan—dia tidak sengaja melakukannya. Tapi jika ada orang sengaja menumpahkan air ke muka kita, kita pun akan sulit memaafkannya. Ini manusiawi.

Setiap orang mudah memaafkan, jika kesalahan terjadi karena ketidaksengajaan. Tapi tidak semua orang akan mudah memaafkan, jika kesalahan terjadi karena kesengajaan atau niat menyakiti. 

Ini sesuatu yang sederhana, bahkan manusiawi, tapi anehnya hanya sedikit yang mau memahami.

Dan tentang maaf, selama ini kita seperti didoktrin agar mudah memaafkan, padahal memaafkan atau tidak adalah hak orang per orang. 

Kita tidak bisa memaksa siapa pun untuk memaafkan orang lain yang jelas-jelas menyakitinya. Jika seseorang tidak mau memaafkan, itu hak dia.

Jika aku bersalah kepadamu, aku punya kewajiban meminta maaf. Tapi kamu yang menjadi korban kesalahanku, berhak memaafkan atau tidak. 

Aku atau siapa pun tidak bisa memaksamu untuk memaafkan atau tidak, karena itu hakmu. Kenapa hal sepele ini sepertinya sulit dipahami?

Dan terkait maaf, inilah pelajaran penting yang tidak penah diajarkan gurumu, orang tuamu, atau siapa pun: Tidak semua orang punya maaf. 

Dan itulah asal usul kesalahan banyak orang: Mengira semua orang bisa memaafkan, lalu kita berbuat seenaknya pada orang lain.

Kita mengira semua orang bisa memaafkan, mengira semua kesalahan kita akan dapat dimaafkan, lalu kita merasa bebas melukai, memfitnah, dan menyakiti, tanpa berpikir konsekuensinya. Melakukan kesalahan, lalu enak saja berpikir, “Ah, gampang, nanti lebaran tinggal minta maaf.”

Sudah saatnya kita menyadari bahwa tidak semua orang punya maaf, tidak semua orang bisa memaafkan. 

Dan jika seseorang tidak mau memaafkan, itu hak dia. Memangnya siapa kita, sampai berpikir bisa memaksa orang lain untuk memaafkan atau tidak?

Kalau seseorang menyakitimu, kamu punya hak untuk memaafkan atau tidak. 

Kalau seseorang memfitnahmu, kamu punya hak untuk memaafkan atau tidak. 

Tidak ada yang bisa memaksamu untuk memaafkan atau tidak—bahkan negara pun tidak! Itulah hak asasi manusia.

Dan tidak semua orang punya maaf. 

Mengingat fakta penting ini akan membuat kita lebih berhati-hati.


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 20 Maret 2022.

 
;