Di antara Batang-Semarang, ada cukup banyak kelab malam, bar, dan tempat karaoke. Aku pernah ke salah satu kelab di sana; bukan untuk kelabing, tapi karena diundang pemiliknya. Si pemilik kelab itu punya suatu proyek, dan mengundangku ke sana untuk membicarakannya.
Karena urusan itu, aku pun beberapa kali datang ke sana, sengaja malam hari sambil cuci mata. Suatu malam, kami berbicara di ruang privat; si pemilik kelab, aku, dan satu pria yang waktu itu belum aku kenal. Ruangan itu kedap suara, jadi kami bisa berbicara dengan nyaman.
Pria asing itu teman si pemilik kelab, dan punya kemampuan menakjubkan. Setelah kami membicarakan hal-hal penting, dan mulai mengobrol hal-hal ringan, pria asing itu dengan ramah menyentuh tanganku. Selama dia menyentuh tanganku, dia seperti “mengisap” semua hal tentangku.
Waktu itu kami baru ketemu, tidak saling kenal, dan dia sama sekali tidak tahu siapa aku. Sebenarnya, si pemilik kelab yang mengundangku pun tidak mengenalku. Dia hanya mendapat namaku dari seseorang. Tapi begitu pria asing itu menyentuhku, dia tahu semua hal tentangku.
Jadi, sambil menyentuh tanganku, waktu itu, dia bisa tahu siapa aku, bahkan bisa menceritakan bagaimana kehidupanku, seperti apa kepribadianku, bagaimana sikapku menghadapi aneka hal yang terjadi, sampai hal-hal penting yang ada dalam pikiranku.
Dan aku tercengang.
Aku mencoba “mengetes” dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tertentu, dan dia menjawab sesuai yang ada dalam pikiranku. Diam-diam aku berpikir, pria asing itu sengaja disiapkan di sana untuk “menguji” apakah aku orang yang tepat untuk bekerja sama dengan pemilik kelab.
Sejak itu, kalau aku ke sana, kami sering mengobrol, dan dia teman bercakap yang menyenangkan. Aku bertanya, bagaimana dia bisa memiliki kemampuannya yang luar biasa, tapi dia seperti keberatan menjelaskannya. Aku memaklumi dan menghargai sikapnya atas hal itu.
Orang-orang yang memiliki kemampuan menakjubkan, dalam apa pun bentuknya, biasanya pernah melewati “kesakitan”, dan ada sebagian dari mereka yang tidak ingin membahasnya dengan orang lain. Karenanya, ketika dia tidak mau menceritakan, aku pun menghargai pilihannya.