Terlepas bahwa dia cenderung misoginis, arogan, dan “agak gila”, Andrew Tate orang yang cerdas dan berwawasan. Karenanya, saya juga kadang menyimak ocehan-ocehannya, khususnya ketika dia sedang “waras”—meski, sewaras-warasnya Tate, tetap saja agak gila.
Salah satu ocehan Tate yang frontal tapi membuat saya cekikikan adalah soal passion dalam bekerja. Dia mengatakan, “Kalau kau menawariku sejuta dolar untuk menggali sebuah lubang, aku akan menggali lubang itu dengan sepenuh hatiku, dengan segenap passion-ku!”
Ketika ocehannya dibantah bahwa passion tidak sedangkal itu, Tate memberi contoh orang (tukang) pembuat beton. “Apakah kau berpikir dia (pembuat beton) memiliki passion terhadap pekerjaan membuat beton?” ujarnya. “No! Dia bekerja untuk menghasilkan uang!”
Ocehan Tate soal kerja, passion, dan uang, sebenarnya masih panjang, dan sangat bagus, tapi biar saya potong sampai di situ. Karena, ketika sampai pada ocehan tadi, saya introspeksi diri, dan—pada akhirnya harus mengakui—bahwa ocehan Tate memang ada benarnya.
Menulis, misalnya, adalah passion yang saya miliki. Saya suka menulis, karena dengan menulislah saya bisa “memindahkan” isi pikiran pada medium lain (tulisan). Saya bahkan telah menulis secara rutin di blog selama lima belas tahun, tanpa ada yang membayar. That’s passion!
Tetapi, jika ada dua orang yang menawari saya menulis hal sama (misal artikel dengan topik serupa), dan yang satu menawarkan 300 ribu sementara satunya menawarkan 3 juta... saya akan memilih yang bayarannya tiga juta!
Passion bukan berarti seseorang mau mengerjakan sesuatu untuk pihak lain tanpa dibayar atau dibayar murah. Passion, dalam perspektif saya, adalah kecintaan mengerjakan sesuatu, yang memungkinkan seseorang menghasilkan hal terbaik. Dan salah satu “hal terbaik” adalah uang!
Bertahun lalu, ada orang terkenal yang punya ide, dan mencari partner yang bisa membantu mewujudkan idenya. Banyak orang lalu menghubunginya, termasuk saya.
[Sekadar catatan, saya ikut menghubunginya waktu itu bukan semata karena idenya, juga bukan karena dia orang terkenal, tapi karena momentumnya. Bagi saya, kunci penting menghasilkan kesuksesan suatu karya adalah momentum yang tepat. Saya telah belajar bahwa ide hebat akan percuma jika momentumnya tidak ada atau tidak tepat. Sebaliknya, ide yang biasa-biasa saja bisa menghasilkan kesuksesan luar biasa jika momentumnya tepat.]
Waktu itu, momentumnya tepat untuk orang tadi, hingga saya tertarik. Jadi, saya menghubunginya. Dan dia merespons, lalu kami ketemuan untuk membicarakannya lebih lanjut.
Ada puluhan orang terkenal yang menghubunginya waktu itu. Kenapa dia memilih saya di antara yang lain?
Karena, ketika saya menghubunginya, inilah yang saya katakan, “Kalau kamu memilihku untuk mengerjakan proyek ini, kita tidak hanya akan mewujudkan impianmu, tapi juga akan menghasilkan uang dalam jumlah sangat besar!”
Itu tawaran yang tidak bisa ditolak, dan benar-benar saya wujudkan.
Ketika proyek itu selesai, kami sama-sama tahu bahwa lebih dari 50 persen pekerjaan itu merupakan karya saya. Tapi saya mengatakan kepadanya, “Kamu boleh klaim semuanya sebagai hasil karyamu, dan aku tidak masalah. Kamu artisnya. Aku hanya butuh persentase bagianku.”
Dia puas dengan hasil proyek itu, karena mendongkrak reputasi dan popularitasnya berkali-kali lipat, dan saya puas dengan bagian saya.
That’s passion!