Jumat, 19 Oktober 2012

Sebuah Hati yang Letih (1)

Berhentilah mendebat, belajarlah memahami.
Yang kita pikir benar bisa jadi kekeliruan besar.
@noffret


Francis Crowley mungkin dilahirkan untuk membunuh. Ia lahir pada 31 Oktober 1912 di New York City, sebagai anak kedua. Ketika bocah itu beranjak besar dan dewasa, dia menjadi kriminal yang membunuh orang dalam jumlah sangat banyak, sehingga menjadikan namanya dikenal sebagai penjahat paling berbahaya di Amerika.

Pada masa remajanya, Francis Crowley telah keluar masuk kantor polisi, menginap di penjara, akibat kenakalannya—dari perkelahian di jalanan, sampai penyerangan dan pencurian. Seiring usianya yang makin dewasa, tingkat kenakalannya semakin berbahaya. Ia mulai merampok, dan membunuh. Saat mengakhiri masa remaja, reputasi Crowley sebagai bandit jalanan telah dikenal oleh semua kantor kepolisian.

Pada 21 Februari 1931, “puncak karir” Crowley dalam dunia kejahatan terjadi. Pada waktu itu, Crowley dan dua temannya—Rudolph Duringer dan Helen Walsh—berjalan-jalan di Bronx, Amerika, dan mengganggu orang-orang yang lewat. Ketika dua polisi patroli muncul untuk menindak mereka, Crowley dengan ringan mengambil senjata dan menembak dua polisi itu hingga bersimbah darah.

Menyadari kedua polisi itu terluka parah akibat tembakannya, Crowley pun melarikan diri. Ia pergi ke wilayah Lexington Avenue, namun di tempat itu ia kembali harus berurusan dengan polisi. Detektif Ferdinand Schaedel, yang kebetulan mengenali wajah Crowley, mencoba menahannya. Tetapi Crowley segera mengambil senjata dan menodongkannya ke perut sang detektif. Dengan muka dingin, Crowley menembakkan pistolnya beberapa kali, hingga isi perut polisi itu berhamburan di jalanan.

Dua hari setelah membunuh Detektif Ferdinand Schaedel, pada 15 Maret, Crowley dan dua temannya pergi ke New Rochelle, dan merampok sebuah bank di sana. Dengan santai mereka menodongkan senjata ke kasir, meminta koper-koper mereka diisi uang, kemudian menembak para penjaga yang mencoba melawan. Ketika mereka keluar dari bank, beberapa mayat bergeletakan, sementara raungan sirine mobil polisi terdengar berdatangan.

Tapi Crowley belum berhenti menjalankan kejahatannya. Satu bulan setelah perampokan bank di New Rochelle, Crowley membobol apartemen milik broker properti Rudolph Adler, di kawasan West Street. Mengetahui ada penjahat yang menyusup ke apartemennya, Rudolph Adler mencoba melawan, tetapi Crowley langsung mengarahkan senjatanya dan menembak Adler lima kali hingga lelaki itu jatuh menghantam lantai dengan darah muncrat ke mana-mana.

Pada 27 April, Crowley membutuhkan kendaraan. Ia dan Rudolph Duringer mencegat mobil yang saat itu lewat di jalanan. Pengemudinya seorang wanita bernama Virginia Brannen. Setelah menghentikan mobil itu, Crowley berkata dengan santai, “Keluarlah, aku perlu mobilmu.”

Virginia Brannen tentu saja menolak permintaan Crowley. Penolakan itu dijawab Crowley dengan tembakan yang segera membuat tubuh Virginia Brannen bersimbah darah di jok mobilnya. Crowley menarik tubuh yang telah tewas itu, dan melemparkannya ke pinggir jalan, di luar Seminari St. Joseph di Yonkers.

Tubuh Virginia Brannen yang telah tewas kemudian ditemukan oleh kepolisian New York, dan bukti-bukti yang ada mengarah kepada Crowley. Kali ini, NYPD (New York Police Department) benar-benar sudah kehabisan kesabaran dalam menghadapi Crowley. Penjahat itu harus segera dihentikan, dan mereka pun segera meningkatkan segala upaya untuk dapat menangkap Crowley.

Lanjut ke sini.

 
;