Kamis, 26 November 2009

Cintaku di Kampus yang Tak Biru

Hari-hari berlalu dan pergi, dan aku tetap di sini, di kampus tempatmu pernah hadir di dalamnya, merasakan yang kurasakan, memikirkan yang kupikirkan, dan mengerjakan yang kini kukerjakan.

Aku tahu saat-saat itu kau pasti tak punya waktu untuk teringat kepadaku, apalagi mengenang waktu saat kau masih bersamaku, karena semuanya telah menjadi bayang-bayang buram... yang mungkin juga ingin kaulupakan. Buku-buku tebal, makalah-makalah bertumpuk dan sekeranjang teori tentang kehidupan baru telah menyita isi otak, pikiran, bahkan mungkin hatimu, hingga tak sejengkal pun tersisa untukku. Kau mungkin telah melupakanku, melupakan segala yang pernah terjadi, meski sampai hari ini aku tetap mengenangmu, dan mengabadikan segala yang pernah terjadi.

Saat aku hadir di kampus ini, aku tahu kau telah tak ada lagi. Kau telah menghilang bersama sejuta impian baru untuk meninggalkan segala masa lalu, untuk membangun hidup yang benar-benar baru. Aku memasuki kampus ini hanya untuk menjumpai kehampaan tanpa dirimu, tanpa wujud indahmu yang kurindukan... tetapi wangimu masih tertinggal di sini.

Di sini, di kampus ini, aku tetap mencium harum keindahanmu meski kau tak ada lagi. Dan saat aku duduk di bangku taman ini, aku membayangkan kau juga pernah duduk di sini, pada suatu waktu, sekian tahun yang lalu... Aku merasa seperti napak tilas dalam bayang-bayang buram tak berwujud, tetapi aku meyakini itu bayangmu, itu wujudmu, karena... aku masih merasakan mencium harum wangi keindahanmu.

Aku memahami sepenuhnya, kinilah saatnya harus bisa menjalani hidupku sendiri yang utuh, tanpa kembali ke masa lalu dan terus terbelenggu pesonamu. Aku menyadari dengan segenap kesadaran bahwa inilah saatnya aku harus bisa melupakanmu, dan mencoba mencari penggantimu, mencari wangi lain untuk kucium, mencari keindahan lain untuk kupeluk, mencari bayang lain untuk kurengkuh, mencari cinta lain untuk kucintai... Tetapi tetap saja aku tak pernah bisa, aku tak pernah mampu. Kalau kau bisa melakukannya, tolong, tolong ajarilah aku....

Hidupku di kampus ini tak lama lagi. Keberadaanku di sini akan segera berakhir, dan aku pun akan kembali mengikutimu untuk masuk ke dalam hidup yang sebenarnya. Maklumat tentang itu bahkan telah tertancap dalam-dalam di lubuk hatiku yang paling dalam. Tetapi, bahkan sampai detik ini pun aku masih merasa gamang, aku terus merasa berada di ruang hampa, tanpa udara tanpa cahaya tanpa cinta.

Ke mana lagi harus kucari kedamaian itu? Ke mana lagi harus kulabuhkan kerinduanku...?

Aku sudah berupaya mencarinya, menggalinya, menantinya dengan sepenuh hati, tapi tak juga kutemui, tak juga kudapati. Aku sudah mencarinya di balik tembok-tembok kampus yang angkuh, tapi yang kudapati hanya wangimu yang tertinggal. Aku sudah mencarinya di antara tumpukan buku tebal dan membosankan, tapi yang kuperoleh hanya benih-benih baru dari sebuah kerinduan. Aku sudah mencarinya di antara sekian banyak diskusi yang panjang dan melelahkan, tapi yang kutemui hanyalah bayangmu yang membisu, dan tetap diam. Kau pernah ada di sini, kau pernah ada di kampus ini... dan hanya itulah yang hingga kini kumengerti.

Kepada kampus, kepada rak-rak buku di perpus, kepada pohon dan bunga di taman, kepada rumput, kepada lorong-lorong kelas dan bangku-bangku kasar, kepada bayangmu, juga kepada wangimu yang tertinggal, aku ingin menyatakan aku merindukanmu... aku merindukanmu....

 
;