Jumat, 15 Juli 2011

Baghal dari Matahari

Baghal meninggalkan kampung halamannya di bumi, untuk terbang ke matahari. Dia percaya dapat hidup di matahari, menahan panasnya, menahan derasnya.

Maka dia pun pergi—meninggalkan kawan-kawan, sahabat, para tetangga, serta kampung halaman tercinta. Ketika pergi, Baghal adalah manusia.

Beberapa tahun kemudian, Baghal kembali ke kampung halamannya, dan orang-orang di sana kaget, karena dia masih hidup. Menurut para tetangga, kemungkinan besar Baghal sudah mati terbakar di matahari. Tapi tidak, dia hidup. Dan itu ajaib. Jadi para tetangga pun takjub. Dan heran.

Lalu Baghal pergi lagi ke matahari, kali ini ia berpamitan pada para tetangga. Para tetangga melepas kepergian Baghal dengan masygul, karena baru sadar ternyata ada manusia yang bisa hidup di matahari tanpa merasakan panasnya. Dan, kali ini, Baghal berangkat meninggalkan kampung halaman dengan dada terbusung, karena merasa sebagai manusia yang tidak umumnya manusia.

Bertahun-tahun kemudian, Baghal pulang lagi ke kampungnya, dan selama beberapa saat tinggal di sana. Kali ini, para tetangga sudah tidak kaget lagi. Mereka sudah percaya kalau Baghal memang bisa hidup di matahari. Tetapi, para tetangga berpikir—atau merasa—Baghal sekarang sudah tidak mirip manusia lagi. Jadi, baik Baghal sendiri atau para tetangganya, sama-sama merasa ia bukan manusia, namun dalam konteks berbeda.

Lalu Baghal pergi lagi. Ke matahari. Konon kabarnya di sana ia kawin. Entah dengan siapa. Menurut kabar, dia kawin dengan manusia setengah monster. Atau peri keparat. Atau bidadari bangsat. Entahlah.

Yang jelas, tidak lama setelah itu, Baghal pulang lagi ke kampung halamannya, dan dia semakin tidak tampak manusia. Mungkin sudah terpengaruh oleh peradaban matahari. Atau mungkin pula karena sudah terkontaminasi oleh cumbuan si keparat yang menjadi pasangannya di sana.

Jadi, Baghal sekarang telah menjadi keparat.

Itu kesimpulan beberapa orang di kampungnya—karena mereka menyaksikan Baghal memang begitu. Baghal, kata mereka, melakukan agresi pada para tetangganya, teman-temannya, dan orang-orang lain yang bisa ia jangkau. Jadi begitulah. Sebuah agresi monster dari matahari mulai turun ke bumi. Orang-orang tua bilang itu tanda kiamat semakin dekat. Tapi orang-orang muda punya opini berbeda. Entahlah.

Yang jelas, Baghal sekarang sudah berbeda. Dan karena itu orang-orang mulai mengutuknya. Kutukan itu berbunyi, “Semoga ia terbakar di matahari, dan tak akan pernah bisa pulang lagi!”

ditulis di bawah matahari, dibaca orang-orang di bumi,
semoga catatan ini menjadi noktah bersegel darah.

 
;