Saya menulis catatan ini dari sudut pandang lelaki, karena mungkin kebanyakan perempuan tidak menyadari kenyataan ini.
Ehmm....
Kebanyakan perempuan dihinggapi kesalahan klasik yang tampaknya tidak—atau belum—mereka sadari. Bahkan perempuan-perempuan paling pintar pun tampaknya masih sering terjebak dalam kesalahan ini.
Well, tahu mengapa seorang lelaki jatuh cinta pada seorang perempuan? Alasannya mungkin sangat beragam—karena cantik, atau pintar, atau supel, atau populer, dan lain-lain. Tetapi, kalau mau tahu, alasan sebenarnya bukan itu. Satu-satunya alasan hakiki mengapa seorang lelaki jatuh cinta pada seorang perempuan, karena perempuan itu tampil apa adanya, karena dia menjadi dirinya sendiri, yang asli. Orisinalitas kepribadian itulah yang kemudian membuat lelaki jatuh hati kepadanya, karena menganggap perempuan itu tepat seperti yang diimpikannya.
Tetapi, ironisnya, kebanyakan perempuan justru merusak pesonanya sendiri!
Ketika masih jomblo, umumnya perempuan bisa menjalani hidup dengan menjadi dirinya sendiri yang alami, dengan karakter aslinya, sekaligus dengan kebiasaan-kebiasannya. Pendeknya, dia menjadi dirinya yang sejati. Karena itulah kemudian ada lelaki—atau banyak lelaki—yang jatuh hati kepadanya.
Sekarang lihat apa yang biasanya terjadi.
Ketika seorang perempuan mulai menyadari ada lelaki yang tertarik kepadanya, dan dia juga tertarik pada lelaki itu, kira-kira apa yang biasa dilakukan kebanyakan perempuan?
Benar—mereka berubah. Dan itulah kesalahannya!
Si perempuan mungkin berpikir bahwa dengan berubah—biasanya karena berharap ingin tampak lebih menarik—maka si lelaki makin jatuh hati kepadanya.
Salah!
Yang terjadi justru sebaliknya. Ketika si perempuan berubah—meski bertujuan agar tampak lebih menarik—si lelaki justru akan kehilangan sosok perempuan yang semula membuatnya jatuh cinta. Ketika itu terjadi, bisa jadi si lelaki malah akan menjauh dan pergi. Lalu si perempuan menganggap si lelaki cuma PHP.
Paham lingkaran setan yang terjadi ini?
PHP, bagi saya, adalah konsep tolol. Cuma lelaki idiot kurang kerjaan atau ABG konyol yang mau-maunya memberikan harapan palsu pada seorang—apalagi beberapa orang—perempuan. PHP, bagi saya, sebenarnya tidak ada. Itu cuma istilah yang merupakan bagian tren, semacam CLBK dan semacamnya. Inti sebenarnya adalah hal biasa yang dibuat seolah barang baru. Dalam konsep saya, sekali lagi, PHP tidak ada. Yang ada adalah kekeliruan perempuan dalam menghadapi dan menanggapi lelaki yang mendekatinya.
Agar penjelasan ini bisa lebih dipahami, kita gunakan contoh nyata. Heri (bukan nama sebenarnya) kenal dan naksir seorang perempuan di Twitter. Sebut saja si perempuan dengan nama Yuni. Alasan mengapa Heri mem-follow Yuni di Twitter bukan semata karena Yuni tampak menarik, tapi lebih karena isi timeline-nya. Di timeline akun Twitter-nya, Yuni biasa menulis dengan asyik, lucu, ceplas-ceplos, jujur, pendeknya tidak sok jaim. Karena itulah Heri tertarik, dan mem-follow Yuni.
Heri mengakui, sejak awal dia sudah naksir Yuni karena menyukai kepribadian Yuni yang apa adanya. Jadi, ketika mereka kemudian saling follow di Twitter, Heri pun berusaha mengakrabi Yuni. Lama-lama, Yuni sadar kalau Heri tengah pedekate. Mungkin, Yuni juga bermaksud menerima Heri.
Lalu bencana dimulai.
Yuni, seperti umumnya perempuan lain, melakukan kesalahan yang sama. Menyadari ada lelaki yang naksir dirinya, dia berubah! Jika semula dia ceplas-ceplos dan asyik, sekarang sok jaim. Jika semula jujur dan apa adanya, sekarang sok alim. Mungkin dia berpikir dan berharap bisa tampil lebih menarik di mata Heri. Tapi dia keliru. Ketika dia berubah, Heri justru kehilangan sosok perempuan yang semula membuatnya jatuh cinta.
Ending-nya sangat ironis. Ketika Yuni berubah, Heri justru menjauhi Yuni, karena menurutnya dia sudah tidak lagi menemukan perempuan yang dicintainya pada sosok Yuni.
Dan ketika menyadari Heri mulai menjauhinya, Yuni jengkel, dan menuduh Heri hanya PHP. Lalu dia menyindir-nyindir di timeline Twitter-nya.
Sampai di sini, sudahkah kita melihat lingkaran setan yang disebut PHP?
PHP sebenarnya tidak ada. Yang ada adalah kekeliruan perempuan dalam merusak pesonanya sendiri karena mengira dia akan tampil lebih menarik di mata lelaki yang jatuh hati kepadanya. Itu keliru! Ketika seseorang berubah menjadi sosok lain yang bukan dirinya, pesonanya langsung sirna!
Mungkin, kebanyakan perempuan berpikir bahwa semua lelaki menginginkan perempuan yang lembut, halus, keibuan, suka malu-malu, bahkan terkesan ningrat. Mungkin memang ada, dan banyak, lelaki yang menginginkan perempuan seperti itu. Tetapi tidak berarti semua lelaki seperti itu! Di antara banyak lelaki di planet ini, sebagian justru suka perempuan yang berkebalikan dari semua sifat-sifat di atas. Untuk kasus ini, kita bisa berkaca pada kisah Erwin.
Erwin (bukan nama sebenarnya) tinggal di Bandung. Suatu hari, ketika sedang keluyuran di Bali, dia masuk ke sebuah kafe, dan melihat seorang perempuan yang sedang asyik sendirian di suatu meja dengan sebotol minuman dan sebungkus rokok di depannya. Perempuan itu tampak santai, cuek dengan sekelilingnya, dan Erwin menilainya eksotik. Singkat cerita, mereka berkenalan. Si perempuan bernama Erika (bukan nama sebenarnya), dan tinggal di Jakarta. Dia juga sedang berlibur, seperti Erwin.
Mereka mengobrol dengan asyik, mengalir lancar tanpa jaim-jaiman, dan Erwin makin terpesona pada perempuan itu. Di matanya, waktu itu, Erika adalah sosok perempuan yang diimpikannya. Cuek, ceplas-ceplos, tidak sok jaim, tapi jujur.
Ketika mereka telah pulang ke kota masing-masing, keduanya masih berteman, dan aktif berkomunikasi lewat ponsel. Karena sedari awal sudah naksir, Erwin mulai pedekate, dan tampaknya Erika memahami. Lalu Erwin menawari kencan, dan Erika bersedia. Erwin datang dari Bandung ke Jakarta, menemui Erika di tempat yang dijanjikan... dan dia kecewa.
Ketika menemuinya di Jakarta, Erwin melihat sosok Erika bukan lagi perempuan yang ia lihat di Bali, yang telah membuatnya jatuh cinta. Berbeda dengan Erika yang dulu dikenalnya, perempuan itu sekarang berubah. Jika dulu dia tampak cuek dan apa adanya, sekarang berusaha tampil lembut dan sok jaim. Jika sebelumnya ceplas-ceplos dan jujur, sekarang berusaha tampak malu-malu.
Mungkin Erika berharap Erwin makin jatuh hati kepadanya, tapi dia keliru. Erwin menyukai sosoknya yang asli—sosok perempuan cuek yang ia lihat di Bali. Ketika Erika berubah, Erwin merasa kehilangan perempuan yang pernah membuatnya jatuh cinta. Ending-nya, acara kencan yang semula dibayangkan indah itu gagal, dan Erwin pulang ke Bandung dengan jengkel sekaligus patah hati.
Sekali lagi, sudah melihat lingkaran setan yang disebut PHP?
PHP sebenarnya tidak ada. Yang ada adalah kesalahan perempuan dalam merusak pesonanya sendiri.
Ketika seorang lelaki jatuh cinta pada seorang perempuan, kata-kata yang paling ingin diucapkannya adalah, “Tolong, tolong jangan berubah!”
Konyolnya, perempuan justru cenderung berubah karena berharap si lelaki makin mencintainya! Apa yang lebih konyol dari ini, coba...???
Di banyak kesempatan, kadang saya menemukan perempuan yang tepat seperti yang saya impikan. Mereka jenis perempuan yang membuat saya terpesona, hingga jatuh cinta. Karena tertarik, saya pun mendekatinya. Dan nyaris semuanya melakukan kesalahan yang sama. Ketika tahu saya mendekat, mereka berubah! Dan ketika mereka berubah, saya pun mundur!
Mungkin mereka mengira saya PHP. Padahal, yang terjadi, mereka merusak pesonanya sendiri! Mungkin mereka berpikir perubahan yang mereka lakukan bertujuan agar tampak lebih menarik. Tapi yang terjadi justru sebaliknya. Saya malah tidak tertarik!
Apa pelajaran yang bisa kita ambil dari uraian ini? Hanya satu kalimat; jadilah dirimu sendiri!
Orang menyukaimu, bahkan jatuh cinta kepadamu, karena kau adalah kau. Sesosok unik, dengan segala kelebihan dan kekurangan, dengan kehebatan dan kekonyolan. Jangan berubah menjadi sosok lain hanya karena berharap agar tampil lebih menarik, karena itu tidak akan terjadi. Oh, well, tidak akan pernah terjadi! Ketika kau berubah menjadi sosok lain, kau justru tampak munafik—dan itu sungguh tidak menarik!
Jadi, sekali lagi, cara paling pasti untuk menjadi menarik—khususnya di mata lawan jenis—adalah ini: Jadilah dirimu sendiri.
Ketika seseorang jatuh cinta kepadamu, artinya dia jatuh cinta pada sosokmu yang asli, bukan yang palsu! Ketika kita menjadi diri sendiri, secara tak langsung kita membebaskan diri sendiri dan orang lain. Dengan menjadi diri sendiri, kita seolah berkata pada dunia, “Inilah aku. Kalau kau suka, kita bisa bersama. Kalau tidak suka, silakan pergi ke neraka!”