Tempo hari ada kasus penyiraman air keras di Jakarta, dengan pelaku satu orang dan korban beberapa orang. Sekarang ada kasus pelemparan sperma di Tasikmalaya, dan lagi-lagi pelakunya satu orang, sementara korbannya beberapa orang.
Kedua pelaku kejahatan itu telah tertangkap. Sebagian kita mungkin bertanya-tanya, apa motivasi para pelaku melakukan kejahatan semacam itu?
Dari berita-berita yang kubaca, tidak ada penjelasan soal motivasi, padahal itu hal sangat penting terkait kasus kejahatan mereka.
Dalam pikiranku, motivasi kedua pelaku kejahatan itu adalah dominasi—suatu upaya mendominasi orang(-orang) lain yang dilatari rendahnya penilaian diri, atau bahkan kebencian pada diri sendiri. Mereka tidak mendapat keuntungan apa pun, selain kepuasan mendominasi.
Kasus-kasus semacam pembunuhan berencana, perampokan, pembegalan, dan semacamnya, mudah dipahami—karena si pelaku mendapat keuntungan yang jelas. Tapi kasus-kasus yang tidak menghasilkan keuntungan jelas pada si pelaku, biasanya dilatari masalah/kelainan psikologis.
Selama ini, misalnya, aku lebih percaya bahwa kasus perkosaan sebenarnya bukan dilatari motivasi "memuaskan nafsu pada si korban", tapi dilatari "keinginan mendominasi orang lain (korban)". Kalau kau laki-laki, dan waras, kau akan paham maksudku.
Karenanya, aku lebih percaya bahwa perkosaan sebenarnya bukan kejahatan yang dilatari oleh nafsu seks, tapi dilatari nafsu mendominasi. Laki-laki waras mana pun tentunya dapat berpikir, "Apa enaknya seks yang dilakukan dengan paksaan, dan buru-buru karena khawatir tertangkap?"
Jika memang pelaku perkosaan menikmati aktivitas perkosaan yang ia lakukan, maka kesimpulannya jelas; dia tidak waras atau mengidap kelainan. Itu sebelas dua belas dengan kelainan lain semisal sadisme, nekrofilia, paedofilia, zoofilia, beastiality, dan semacamnya.
Apakah kau bernafsu pada mayat, hingga ingin bercinta dengannya? Jawabannya tentu tidak. Tapi penderita nekofilia, ya—mereka bernafsu.
Apakah kau bernafsu pada hewan, hingga ingin ngeseks dengannya? Jawabannya sama, tidak. Tapi penderita beastiality, ya—mereka horny pada hewan.
Pertanyaan sama bisa diajukan; apakah kau bisa bernafsu pada perempuan, hingga ingin memperkosanya saat itu juga?
Jika jawabanmu tidak, kau tergolong laki-laki normal. Tapi jika jawabanmu ya, sebaiknya segera mencari pertolongan ahli yang berkompeten, karena itu tidak normal.
Bahkan tanpa harus menyinggung moral atau agama, kita sudah melihat bahwa perkosaan sebenarnya terjadi bukan karena pakaian si korban, tapi karena kelainan si pelaku. Yang jadi masalah, para penderita kelainan sering kali sulit mengakui apalagi menyadari kelainan yang diidapnya.
*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 19 November 2019.