Sambil nunggu udud habis...
Salah satu kesenangan kecil dalam keseharianku adalah saat membuat cokelat hangat di dapur, menikmatinya, lalu menyulut udud. Setelah itu membuka Twitter, dan melihat-lihat kabar terbaru hari ini. Kegiatan sederhana, tapi cukup menyenangkan. Ya, itu selalu pukul 22.00.
Kenapa harus pukul 22.00? Sebenarnya, itu waktuku selesai kerja. Jadi, aku baru membuka Twitter setelah urusan yang penting selesai, dan—sesuai jadwal yang kubuat sendiri—pukul 22.00. Itu pun cuma “sebat” (batas waktuku di Twitter cuma sampai sebatang rokok habis).
Aku tidak bisa lama-lama mantengin Twitter, karena memang tidak ada waktu. Bahkan “jadwal” masuk Twitter pukul 22.00 pun kadang tak bisa kulakukan, karena adanya hal-hal lain yang lebih penting dan mendesak. Misal meneruskan kerja, atau ada tamu, atau ada kegiatan lain.
Seperti kemarin malam, misalnya. Aku asyik ngobrol dengan seseorang sampai larut malam, jadi tidak ingat Twitter. Ya tidak apa-apa. Karena nyatanya toh masuk Twitter atau tidak, juga tidak ada bedanya bagiku. Wong ini cuma sekadar nunggu udud habis—apa pentingnya?
Kadang-kadang pula, aku nemu buku baru yang bagus—atau ingin kembali membaca buku lama yang pernah kubaca—jadi aku memilih untuk membaca buku daripada masuk Twitter. Dan ada berbagai hal lain (di dunia nyata) yang lebih penting, yang bisa jadi membuatku tak bisa masuk Twitter.
Di Twitter, kadang aku ngoceh, kadang hanya me-retweet twit-twit yang [kuanggap] penting. Kalau sudah me-retweet banyak twit, aku sengaja tidak ngoceh, apalagi sampai panjang lebar, karena aku khawatir mengganggu TL orang-orang lain dan membuat mereka tidak nyaman.
Sekadar catatan. Seperti umumnya di tempat kerja lain, menjelang akhir tahun biasanya waktu yang sangat sibuk—kalian yang punya usaha pasti tahu, lah. Begitu pula yang kualami. Jadi ada kemungkinan besok-besok aku akan jarang masuk Twitter, karena sibuk di dunia nyata.
Aku tidak punya kebutuhan menjaga popularitas, karena memang tidak punya dan tidak butuh. Aku ngoceh di Twitter hanya untuk senang-senang, di kala senggang—bukan kewajiban. So, aku masuk Twitter atau tidak, itu hal yang biasa-biasa saja, sama seperti orang-orang lain.
Ocehan ini, kalau kulanjutkan, masih panjang sekali, dan mungkin baru selesai tahun 3633, tapi ududku habis. Dan aku masih punya kegiatan lain yang lebih penting untuk dilakukan. Tidur, misalnya.
*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 22 Oktober 2021.