Kamis, 01 Desember 2022

Orang-orang Menjijikkan

Sambil nunggu udud habis, aku mau melanjutkan ocehan kemarin, untuk menunjukkan betapa orang yang suka mengadu domba dan tukang fitnah bisa ada di mana saja, dan korbannya bisa siapa saja.


Aku punya teman bernama Arif. Dia teman dari masa kuliah dulu. 

Yang unik, teman-teman kami biasa memanggil Arif dengan sebutan “Mbah Marijan”, karena dulu Arif menjadi relawan saat Gunung Merapi meletus pada 2010. Sampai sangat lama dia jadi relawan di sana.

Karena saking lamanya Arif jadi relawan ketika Gunung Merapi meletus itulah, dia kemudian dijuluki “Mbah Marijan”—merujuk nama Mbah Maridjan yang dikenal sebagai juru kunci Merapi. 

Sejak itu sampai sekarang, Arif masih biasa dipanggil “Mbah” (Mbah Marijan) oleh teman-teman.

Wawan (@SofwananismM), Kafa (@fayfauline), Fathur (@fathoer_fr), juga Fitri (@fitriyanihelmi), adalah segelintir dari banyak orang yang dulu sama-sama sekampus denganku, dan mereka semua kenal Arif. Sama seperti yang lain, mereka juga biasa memanggil Arif dengan sebutan “Mbah”.

Nah, belum lama, ada orang melihatku memanggil “Mbah” pada Arif. Bagi kami (Arif dan aku), itu hal biasa, karena nyatanya aku memang biasa memanggil dia dengan sebutan “Mbah”, sama seperti teman-teman kami yang lain. Tapi rupanya itu jadi awal fitnah yang jahat dan menjijikkan.

Orang yang sempat melihatku memanggil “Mbah” pada Arif, mengira kalau Arif adalah suhu (dukun) peliharaanku. Dan tanpa bertanya atau melakukan klarifikasi, dia menyebarkan tuduhan yang serupa fitnah itu ke orang-orang lain, hingga mereka mengira aku berhubungan dengan dukun.

Itu benar-benar fitnah yang konyol sekaligus menjijikkan, persis seperti si pelaku fitnah. Wong aku tidak percaya pada hal-hal mistik, apalagi berurusan dengan dukun? Dan usia Arif jauh di bawahku—dia bahkan menganggap aku sebagai kakaknya, karena kedekatan kami.

Meski kisah ini mungkin terdengar konyol, nyatanya ada orang-orang bermental sakit. Mereka akan memanfaatkan apa saja untuk mendiskreditkan orang lain, dan, seiring dengan itu, menaikkan citra dirinya. Mereka tipe orang yang “merasa baik jika bisa menjelekkan orang lain.”

Dan orang bermental sakit seperti itu bisa siapa saja, di mana saja; tipe orang-orang yang selalu berusaha mencari cacat cela orang lain, lalu menggunjingkannya dengan sok hebat. Dan jika mereka tidak bisa menemukan cacat cela orang lain, mereka akan mengarang seenak jidatnya.

PS:

Arif dalam kisah ini adalah teman yang pernah aku ceritakan dalam catatan ini. Dan dia bukan dukun, tapi pengusaha daging ayam! Belakangan kami sering ketemu (dia sering datang ke rumahku), karena kami sedang merintis bisnis bareng.

Resolusi untuk 2022 » https://bit.ly/3ze6L7y


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 15 Maret 2022.

 
;