Berita tentang artis/selebritas yang memilih tidak [buru-buru] menikah atau memutuskan tidak punya anak, hampir bisa dipastikan akan menarik perhatian masyarakat Indonesia. Padahal menikah atau punya anak adalah keputusan pribadi orang per orang. Itu sebenarnya biasa saja.
Yang tidak biasa justru [sebagian] masyarakat kita. Artis Anu menyatakan tidak akan menikah, langsung geger. Artis Ini memutuskan tidak akan punya anak, langsung ribut. Ironis, sebenarnya, betapa hal-hal yang sifatnya pribadi semacam itu dipersoalkan/diributkan oleh banyak orang.
Di sisi lain, ada semacam "kegilaan massal" pada [sebagian] masyarakat kita saat ada berita artis yang menikah. Ada pasangan artis yang pernikahannya sampai diliput, bahkan dijadikan acara khusus, stasiun televisi di Indonesia. Jutaan orang menyaksikan detik-detik prosesi nikahnya.
Jadi, kalau ada artis menikah [atau punya anak], masyarakat kita bertempik sorak—oh, well, aku suka istilah ini. Dan ketika ada artis yang memilih tidak menikah atau memutuskan tidak punya anak, masyarakat kita seperti murka. Tidakkah kita pernah berpikir ini "mengerikan"?
Fenomena aneh ini telah berlangsung dari waktu ke waktu, berkali-kali, dan kita tidak juga menyadari kalau ini aneh. Padahal fenomena itu menunjukkan potret wajah [sebagian] masyarakat kita, yang, meski hidup di era modern, tapi pola pikirnya ternyata masih sangat terbelakang.
Kita butuh kesadaran massal untuk menyadari bahwa menikah [atau tidak] dan memiliki anak [atau tidak] adalah hal yang biasa-biasa saja—itu bagian pilihan dan keputusan pribadi orang per orang, yang mestinya tidak perlu diributkan, tidak perlu dirusuhi, tidak perlu dihisteriakan.
Ocehan ini, kalau kulanjutkan, masih panjang sekali, dan mungkin baru selesai tahun 8475. Tapi ududku habis.
Dan tiba-tiba aku teringat catatan lama:
Almarhumah Cinta » http://bit.ly/15Ju30r
*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 20 Agustus 2021.