Keyboard komputerku eror, sementara toko-toko komputer pada tutup hari ini (kalian tahu alasannya). Lalu nemu satu toko aksesoris komputer yang buka, dan ada keyboard merek V***e seharga Rp40 ribu. Karena tak punya pilihan, aku pun beli keyboard itu dengan perasaan waswas.
Sedari awal aku sudah waswas. Keyboard macam apa yang harganya Rp40 ribu? (Belakangan, aku search keyboard V***e di marketplace, harganya malah cuma Rp30 ribu). Lalu aku pasang keyboard itu di komputer, dan BENCANA YANG SANGAT MENJENGKELKAN terjadi.
Semula, semua tampak baik-baik saja. Semua tuts keyboard berfungsi sebagaimana mestinya, dan bisa digunakan untuk mengetik. Tapi kemudian muncul berbagai ketidakberesan. Pertama, keyboard itu seperti punya nyawa yang membuatnya BISA MENGETIK SENDIRI SECARA LIAR.
Mungkin akan sangat menyenangkan, kalau keyboard itu bisa mengetik sendiri secara akademis, dan menghasilkan kata serta kalimat-kalimat yang terstruktur. Kalau begitu sih, aku senang-senang saja—biar dia yang kerja, aku cukup ngopi sambil udud. SAYANGNYA TIDAK BEGITU, NABILAH!
Keyboard itu tampaknya punya bahasa sendiri, dan dia mengetik menggunakan bahasanya, yang bahkan lebih membingungkan dari bahasa Rusia. Berikut ini contohnya:
P[;’\/\0 0;’\/ 0 9dip[;’\/p[;’\/ fg0 cerr[;’\/\0 0[;’\/\0 0
9xcx\[;’\/\0 0=ncv3[;’\/\0 9dip[;’\/p 0[;’\/\0 0
WTH!
Yang lebih menjengkelkan, dia terus menerus “nyerimpung” tiap aku sedang mengetik. Saat aku sedang khusyuk menulis di MS Word, dia ikut menambahkan aneka kata/tanda di kalimat-kalimatku, hingga aku kebingungan dan frustrasi, dan aku tidak tahu bagaimana cara menghentikannya.
Akibatnya, aku terus menerus mengoreksi tulisanku. Dan sambil aku membetulkan kalimat-kalimat yang dibuat salah olehnya (nya: keyboard), ia (keyboard) kembali berbuat ulah dengan terus menambahkan aneka kata dan tanda pada kalimat-kalimat yang sudah kukoreksi, hingga salah lagi.
Jadi seharian ini aku tidak melakukan apa pun selain “bercanda” dengan keyboard itu, sambil misuh-misuh. Tapi ulah keyboard itu benar-benar brengsek. Selain terus berusaha mengacaukan tulisanku, ia juga terus menerus memunculkan aneka aplikasi di komputer tanpa henti.
Itu pun belum cukup. Ia juga seenaknya mengacaukan tab-tab yang terbuka di komputer, hingga aku sampai capek mengurusinya. Pendeknya, seharian ini aku benar-benar stres dan lelah gara-gara keyboard seharga Rp40 ribu. Mungkin keyboard itu dibuat dari peleburan ember bodol.
Agar kalian tidak mengalami hari buruk seperti yang kualami, sebaiknya hindari membeli keyboard yang murah(an). Kalau sewaktu-waktu keyboard komputer kalian perlu diganti, belilah yang “layak”. Mahal sedikit tidak apa-apa, asal bisa digunakan dengan baik dan melancarkan kerja.
Semoga besok toko-toko komputer sudah buka, agar aku bisa membeli keyboard baru yang benar-benar bagus.
*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 8 Mei 2019.