Orang-orang di lingkunganku kalau memuji wanita cantik biasa menggunakan kalimat, “Ayune koyo Sripah” (Cantiknya seperti Sripah).
Sejak kecil, aku penasaran setengah mati siapakah Sripah, dan secantik apa dia, sampai dijadikan parameter kecantikan wanita.
Kenapa orang-orang di lingkunganku tidak memuji kecantikan wanita dengan kalimat, misalnya, “Ayune koyo Paramitha Rusady” atau “Desy Ratnasari” dan seterusnya?
Mungkin karena Sripah lebih cantik dari mereka. Tapi siapakah Sripah yang mereka sebut-sebut?
Waktu beranjak remaja, aku mulai tahu kalau “Sripah” yang sering disebut orang-orang untuk memuji kecantikan wanita itu merujuk ke wanita Arab. Jadi, “ayune koyo Sripah” bisa diartikan “cantiknya seperti wanita Arab”.
Tapi kenapa wanita Arab disebut Sripah?
Aku pernah menanyakan hal itu pada mereka; kenapa menyebut wanita Arab dengan Sripah? Tapi tidak ada yang bisa menjawab, tidak ada yang mampu menjelaskan. Intinya, mereka hanya mengatakan bahwa sejak zaman kuno biasa menyebut wanita Arab dengan Sripah.
Sampai bertahun-tahun aku memendam kebingungan atas pertanyaan itu, dari kecil sampai dewasa, dan penasaran setengah mati pada Sripah.
Belakangan aku sadar, bahwa “Sripah” yang mereka sebut-sebut itu sebenarnya berasal dari lidah orang Jawa menyebut “Syarifah”.
Kesadaran mengenai hal itu akhirnya menjawab pertanyaanku selama bertahun-tahun, dan sejak itu aku bisa tidur dengan tenang. Salah satu pertanyaan terbesar dalam hidupku akhirnya terjawab.
Dan siapakah “Syarifah”, yang oleh lidah orang Jawa disebut Sripah?
Syarif/Syarifah adalah sebutan untuk keturunan Nabi SAW dari jalur Hasan. Hasan adalah putra Ali bin Abi Thalib, yang menikah dengan Fatimah, putri Nabi. Saudara Hasan bernama Husein, dan keturunannya disebut Sayyid/Sayyidah. (Tolong ralat kalau aku keliru).
Jadi, “Ayune koyo Sripah” bermakna, “Cantiknya seperti wanita keturunan cucu Nabi.” Subhanallah.
Lalu aku ingin punya mbakyu yang ayune koyo Sripah. Appeuhhh...