Sabtu, 10 Agustus 2024

Dalih Orang Beracun

Orang beracun selalu bisa menemukan cara untuk memutarbalikkan fakta, untuk menutupi kesalahannya, sekaligus untuk menyalahkan pihak lain.

Mari gunakan ilustrasi sederhana, hingga siapa pun akan dapat memahami bagaimana pola beracun terjadi, dan siapa tahu kita juga beracun.

Ada orang sedang ngobrol, lalu kita nguping. Karena nguping, hasil percakapan yang kita dapat pasti tidak lengkap, karena hanya berdasarkan telinga kita yang nguping, yang bisa jadi salah dengar, atau kita yang salah paham. Lalu, kita menggunakan hasil nguping itu untuk ghibah.

Kita sudah melakukan dua kesalahan di sini. Pertama, nguping percakapan orang lain. Kedua, ber-ghibah dari hasil nguping yang belum tentu lengkap dan benar.

Karena hasil nguping itu dijadikan bahan ghibah, orang yang di-ghibahi akhirnya sadar ada yang nguping percakapannya.

Ketika orang yang di-ghibahi kemudian marah karena kita nguping percakapannya, dan menjadikan hasil nguping itu sebagai bahan ghibah, kira-kira apa yang akan kita lakukan?

Jawaban atas pertanyaan itu akan menunjukkan apakah kita orang beracun atau tidak. Sesederhana itu.

Kalau kita bukan orang beracun, kita akan menyadari yang kita lakukan (nguping percakapan orang lain lalu menjadikannya sebagai bahan ghibah) itu salah. Lalu mengakui kesalahan itu secara tulus, dan meminta maaf pada orang yang menjadi korban nguping dan ghibah kita. Selesai.

Tapi kalau kita orang beracun, kita akan berusaha mencari pembenaran atas aksi nguping dan ghibah kita, untuk membenarkan kesalahan kita, misalnya dengan berdalih, "Ya salahmu sendiri karena ngobrol dengan suara keras."

Atau dalih lain, "Aku ber-ghibah sebenarnya niatku baik."

Dalih-dalih itu mungkin terdengar benar, tapi sebenarnya salah! Karena tak peduli orang ngobrol dengan suara sekeras apa pun, kita tidak punya hak untuk nguping. Kalau pun kita mendengar percakapan mereka, kita tidak punya hak untuk menyebarkannya pada orang lain. Sesimpel itu.

Karenanya, berurusan dengan orang jujur (dalam arti tidak beracun) itu jauh lebih mudah. Karena salah ya ngaku salah, tanpa pakai dalih macam-macam. Minta maaf, selesai.

Sebaliknya, berurusan dengan orang beracun itu melelahkan. Karena ketika salah, dia akan memakai aneka dalih.

Dan dalih yang dipakai orang beracun bisa macam-macam, dari memutarbalikkan fakta, merangkai kata berbunga-bunga, sampai menyalahgunakan hadist atau ayat suci demi membenarkan perbuatan salahnya.

Karenanya, menjauhi orang beracun itu bukan kesombongan; itu adalah kebijaksanaan.


*) Ditranskrip dari timeline @noffet, 19 Desember 2022.

 
;