Ribut-ribut soal Omnibus Law Cipta Kerja, sebenarnya, menurutku, intinya sederhana. Yakni karena hilangnya, atau menipisnya, kepercayaan rakyat pada pemerintah. Rakyat sudah hilang kepercayaan pada pemerintah, jadi apa pun yang sensitif akan langsung ditentang.
Omnibus Law adalah salah satu hal yang sensitif, karena menyangkut jutaan nasib buruh di Indonesia. Mungkin maksud pemerintah baik—oh, well, tentu saja “maksud kami baik”—tapi karena rakyat sudah telanjur hilang kepercayaan, mereka tak mau lagi mendengar penjelasan apa pun.
Diakui atau tidak, kenyataan itulah yang sebenarnya terjadi. Karenanya, perdebatan soal “apakah kamu sudah membaca 900 halaman UU Omnibus Law?” sebenarnya tak relevan, karena inti masalahnya bukan itu. Inti masalahnya adalah mayoritas rakyat sudah hilang kepercayaan.
Dan bukankah begitu cara kerja demokrasi? Demokrasi memilih—atau tidak memilih—seseorang, karena kepercayaan. Rocky Gerung mengatakannya dengan ringkas, “Karena di dalam politik, (yang penting) bukan soal truth, tapi soal trust.” Ketika “trust” hilang, lainnya hilang.
Rakyat dulu memilih Jokowi, tentu bukan karena Jokowi benar—wong saat itu dia belum jadi presiden. Rakyat memilihnya, karena percaya. Karena begitulah cara kerja demokrasi. Dan ketika kepercayaan itu dilukai, rakyat punya hak untuk kecewa, dan menyatakan kekecewaannya.
Sekarang, kalaupun UU Omnibus Law salah, ia tidak mungkin salah total, pasti ada bagian yang juga baik, khususnya bagi buruh/pekerja. Tapi karena tingkat kepercayaan kita pada pembuatnya sudah menipis, bahkan nyaris hilang, kita tak mau lagi mendengar penjelasan.
Ironis, dan patut disayangkan, bagaimana seorang pria yang (tampak) sederhana dan bisa dipercaya karena berpenampilan merakyat, hingga dipercaya jutaan rakyat, ternyata juga menjadi orang sama yang melukai kepercayaan rakyat.
_____________________
*Catatan ini dulu saya tulis ketika terjadi keributan terkait Omnibus Law Cipta Kerja, tapi kemudian terlupa dan terselip di tumpukan arsip komputer. Saat menemukan catatan ini, saya terpikir untuk menyimpannya di blog, daripada saya hapus begitu saja.